"Maksud kamu apa Bel?". "Apakah kamu adik ipar pak Andi?" Gris begitu penasaran dengan cerita hidup Bella. Melihat Bella yang terlihat serba salah, Gris pun mengerti. Mungkin Bella tadi keceplosan berbicara sesuatu yang rahasia tentang keluarganya. Tapi, Gris tidak menyalahkan Bella. Sebab, semua ini salahnya yang begitu penasaran dengan Bella yang begitu histeris setelah bertemu dengan mamanya Tamara, mertua bosnya. "Kalau kamu merasa tidak nyaman untuk menceritakan semua itu. Tidak apa-apa. Aku tidak memaksa". "Setiap orang memiliki cerita dan rahasia yang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh orang lain". "Tapi please. Jangan anggap aku orang asing, jika kamu membutuhkan teman untuk berbagi kisahmu. Aku ada untukmu, kamu bisa pakai bahuku untuk menyandarkan beban hatimu" Gris menggenggam erat tangan Bella. "Jangan pernah berpikir, kamu sendirian. Aku akan menemanimu. Aku akan selalu menjadi orang pertama yang berdiri membelamu Bel" Gris memberikan semangat untuk Bella. "Thanks Gr
"Jangan memikirkan sesuatu hal yang aneh Gris". "Aku tidak ingin mempunyai musuh" ucap Bella. Dia sangat yakin, jika seandainya wanita itu tau tentang siapa Bella sebenarnya. Mungkin Bella akan selalu diteror olehnya. "Gimana ya rasanya, jika anak pelakor yang dapat karma dari perbuatan orang tuanya. Sepertinya seru juga ya" pikir Bella sambil mengembangkan senyum. "Suami anak pelakor dipelakorin sama anak yang diambil oleh pelakor" mungkin judul itu sangat pas buat ceritanya jika dijadikan film dalam stasiun televisi ikan terbang. "Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Jangan bilang kamu ngarep juga kan buat jadi istrinya pak Andi". "Tenang saja, aku pasti bakalan bantuin kamu buat dapetin pak Andi" Gris mengedipkan sebelah matanya seolah dia memiliki rencana untuk menjadikan Bella pengganti Tamara. "Apaan sih" wajah Bella langsung bersemu merah. Jujur saja di dalam hatinya kini ada keinginan untuk balas dendam. Setelah dia tahu kalau ibunya Tamara wanita yang telah merusak rumah ta
"Ma, jadikan ikut ke rumah Bella hari ini?" Gris mengoles selai strawberry kesukaannya pada roti tawar yang tengah dipegangnya. Dia duduk dimeja makan sambil memperhatikan mamanya tengah memasak. "Iya dong sayang. Ini mama lagi bikinin masakan kesukaan Nilam. Dulu ketika berkunjung ke gubuk orang tua mama, Nilam selalu request makanan ini" Veronika mengingat sahabatnya itu selalu membujuk mamanya Veronika untuk dimasakan rendang jengkol. Mamanya memasak rendang jengkol dengan tambahan bumbu rahasia yang membuat rasa jengkol olahan mamanya terasa spesial. "Kuy lah. Pasti mamanya Bella bakalan senang bertemu kembali dengan mama" Gris tampak begitu senang akan bertandang ke rumah Bella. Sejak Gris tahu tentang kehidupan orang tua Bella dulu. Ada rasa kasihan dan sayang kepada Bella mengisi hati Gris. Sebab, dia yakin jika Bella mengalami masa-masa yang sulit setelah perpisahan orang tuanya dulu. Dada Gris begitu bergemuruh ketika mamanya menceritakan bagaimana mamanya Bella dan Bella w
"Halo ma". "Halo sayang". "Andi, mama mau bicara dengan kamu. Bisa kamu nanti mampir ke rumah" Listy meminta anaknya tersebut untuk menemui dia di rumahnya. "Bisa ma, lagipula ada yang ingin Andi bicarakan juga dengan mama" jawab Andi ketika sang mama menelponnya. "Benarkah? Sepertinya ada hal yang penting. Jika kamu sudah bicara seperti itu" Listy mengukir sebuah senyuman pada bibir mungilnya. Sambil memainkan sendok pada piring saladnya. "Mama nanti juga akan tahu setelah Andi ceritakan" Andi berbicara dengan nada yang memancarkan hatinya tengah senang dan bahagia. "Tentu saja, tapi mama begitu sangat penasaran. May i guess?". "Apa Tamara hamil?" tanya Listy penuh harap. Meski dia tidak terlalu menyukai Tamara. Tapi sebagai seorang ibu dia sangat menginginkan anaknya memberikan kabar gembira. Yakni, kabar dirinya akan menjadi seorang nenek. "Huh". "Sepertinya itu tidak akan pernah mungkin ma" ucap Andi sedikit bernada frustasi. Listy merasakan ada beban yang terpendam dalam
"Pagi Bella" sapa Andi ketika dia akan memasuki ruang kerjanya. "Pagi pak" balas Bella sambil membungkukkan badannya. "Bisa kamu masuk ke ruangan saya? Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu" ucap Andi menyiratkan sebuah perintah. "Baik pak". "Setelah saya selesai mempersiapkan berkas yang harus bapak tanda tangani nanti. Jadi biar sekalian saja pak saya masuknya" jawab Bella. Andi pun mengangguk setuju. "Baiklah" Andi pun berlalu pergi masuk ke dalam ruangannya dan mulai disibukkan dengan kegiatan kantornya. Setelah tiga puluh menit, pintu ruangan milik Andi diketuk. "Tok… Tok… Tok". "Masuk" ucap Andi. Nampak wajah Bella yang membuka gagang pintu. Ditangan sebelahnya dia merangkul beberapa map. Mungkin itu adalah berkas yang harus Andi tanda tangani seperti ucapannya tadi. Andi menampilkan senyuman manisnya saat melihat wajah Bella yang terlihat cantik menawan. Pesona Bella sungguh membuat Andi seperti dimabuk asmara. Hatinya selalu berbunga-bunga jika menatap iris milik B
"Hush, diam". "Jangan teriak begitu, bikin malu saja". "Nanti yang lain bisa marah kalau tau kita diajak pergi ke Bali" ucapan Bella membuat Gris paham akan situasinya saat ini. "Ok, aku paham". "Memangnya cuma kita bertiga ya yang pergi?" tanya Gris mulai berpikir sesuatu. "Nanti kamu bilangin ke Agus. Kalau dia nanti juga ikutan ke Bali". "Kata pak Andi, dia bakalan lama perginya ke Bali. Jadi kita bertiga disuruh ikutan". "Kamu tau sendirikan kalau minggu depan itu bakalan ada acara pembukaan resort baru perusahaan. Nah, selama di Bali kita bakalan stay disana". "Pak Andi kan juga mau meresmikan hotel barunya disana" Bella mengunyah makanannya. "Wah, gila banget. Ini benar-benar keberuntungan yang tidak pernah aku mimpikan selama ini". "Bisa menikmati resort secara free. Uhhh.... Lucky... Lucky... Lucky" Gris menarikan kedua tangannya didepan wajahnya. Dengan membentukan jarinya berbentuk V. Bella hanya terkekeh melihat kelakuan Gris. "Apa kamu tidak mencurigai sesuatu da
"Selamat ya pak Andi untuk kesuksesan yang pak Andi raih saat ini" ucap selamat dari salah satu koleganya. "Istri pak Andi cantik sekali, sangat cocok dengan pak Andi yang tampan" pujinya kembali. Namun Andi sedikit kaget dia mengatakan istrinya cantik, padahal tidak ada Tamara sama sekali disini. "Maksud pak Deni apa ya?" tanya Andi untuk memastikan perkataan koleganya tersebut. "Bukankah wanita cantik berhijab disebelah pak Andi ini istrinya pak Andi ya?" pak Deni menjelaskan. Sesuai dengan dugaan Andi sebelumnya. Jika istri yang di maksud pak Deni adalah Bella sang sekretaris. Seandainya bisa, ingin sekali dia menjadikan Bella istrinya. Selain cantik wajahnya, attitude nya pun luar biasa. Sangat jauh berbeda dengan Tamara. Meski dia juga cantik dan tentunya lebih seksi, tapi Andi tak ada sedikitpun rasa tertarik kepadanya. Padahal dia sudah berusaha untuk mencintainya. Tapi getaran itu tidak pernah muncul apalagi ada rasa suka. Berbeda saat bertemu dengan Bella. Ketika pertama k
Andi mengajak Bella ke suatu tempat dengan pemandangan pantai yang sangat begitu indah. Hati Bella merasa sedikit gugup dikarenakan kini dia tengah berduaan dengan seorang pria. Kalau laki-laki single sih tidak terlalu jadi masalah bagi Bella. Tapi Andi adalah laki-laki beristri. Hal itu membuat Bella sedikit merasa agak risih. Sebab, dia tidak ingin ada terjadi fitnah diantara mereka berdua. "Kamu tau Bel, tempat ini adalah tempat yang tidak mungkin akan pernah saya lupakan". "Berasal dari kejadian ditempat inilah, saya harus menikahi Tamara" cerita Andi perihal tempat yang tengah mereka kunjungi. "Kejadian naas telah terjadi disini, bagi saya kejadian itu membuat kesialan dalam hidup saya selama ini" Bella merasa sedikit tersentuh mendengar cerita Andi. Ada perasaan sedih dibalik ungkapan hati Andi saat ini. Bella pun tanpa sadar memikirkan sesuatu hal yang buruk tentang Andi saat ini. Ada rasa simpati dan juga prasangka buruk terhadap Andi. Dari cerita Andi sebelumnya, karena te