Share

Wanita Itu Datang

Author: Rose Bloom
last update Last Updated: 2023-03-01 00:08:24

Di perjalanan, degup jantung Amira berdetak tak karuan, dia sangat gugup bahkan rasanya memilih untuk datang ke acara makan malam ini adalah sebuah kesalahan. Berulang kali dia meremat kedua tangannya untuk meredakan gemetar pada tangan Amira. Namun, keringat dingin semakin menjadi-jadi.

Sampai tikungan menuju rumah kedua orang tua Alan terlihat, Amira semakin resah. Dia tidak bisa mengendalikan perasaannya kali ini, rasa takut mulai menguasai diri Amira.

Alan yang paham jika Amira sedang tidak baik-baik saja menggenggam tangan kanan sang istri. Mungkin dengan begitu rasa gugup yang dialami Amira bisa mereda. Tak lupa Alan memberikan senyuman lebar supaya menenangkan Amira.

“Tenang, Sayang. Tidak akan terjadi hal buruk di sana,” kata Alan sangat lembut. Amira sedikit lega setelah mendengar perkataan Alan.

Tepat di halaman rumah kedua orang tua Alan, Amira bisa melihat bahwa ibu dan ayah mertuanya sedang menunggu di depan rumah untuk menyambut kedatangan mereka berdua.

Amira berusa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
mampus kau..mati berdiri lh kau
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Hati Yang Lapang

    "Dia sudah sadar," ujar Paman Amira yang masih setia berada di rumah sakit untuk menemani keponakannya itu.Alan dengan wajah bahagianya segera memasuki kamar inap yang ditempati Amira. Namun, dia tidak menemukan Amira di sana. "Amira di mana, Paman?" Paman Oki menunjuk arah di mana Amira berada. Alan segera menyusul, dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sang pujaan hati. Dentuman detak jantung Alan bertalu begitu riang, seperti halnya dia akan bertemu dengan gadis yang baru ia temui untuk pertama kalinya. Waktu seolah melambat, desiran angin seolah menjadi musik pengiring langkah-langkah kaki Alan. Alan bisa melihat wajah pucat nan cantik itu dalam keadaan damai sedang menatap pemandangan di depannya melalui kaca jendela. Amira duduk di kursi roda, tubuhnya yang kurus membuat Alan seperti dihantam batu besar. Bukti bahwa Alan tidak bisa menjaga dan gagal memberikan usaha yang terbaik untuk Amira. "Amira," ucapnya lembut. Namun, sang pemilik nama masih enggan untuk menoleh.

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Tidak Bisa Mengelak Lagi

    Pintu dibanting kuat-kuat !!!Dubraakkk....Sang empu rumah yang sedang berkumpul di ruang tengah terkejut mendengar suara debuman keras itu dari luar. Alan menghampiri seluruh anggota keluarganya dengan wajahnya yang memerah. Yang pertama kali menghampiri Alan adalah sang ibu, bersuara dengan nada lembut menenangkan untuk meredakan emosi Alan. "Ada apa, Nak? Datang-datang kok banting pintu?"Alan tidak menjawab, kedua manik matanya mencari sosok wanita yang ingin ia beri pelajaran. Kayla yang masih duduk di kursinya, bersembunyi dibalik punggung ibu Alan."Di mana Kayla?""Ada apa? Apa karena Amira lagi? Berulah apa lagi dia?" tanya Asna, kakak Alan yang seketika itu juga mendapat pelototan dari Alan. "Jaga ucapanmu, Mbak."Detik itu juga semua orang kebingungan. Kayla masih bersembunyi, perasaannya tidak enak. Tidak mungkin Alan tahu apa yang telah diperbuatnya, dia tidak perlu takut karena tidak ada bukti yang bisa menyudutkannya.Kayla berusaha bangkit, perutnya yang kian membes

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Terungkap

    "Apa maksudmu?"Bram yang tidak sabar menarik kerah kemeja Sandi. Semua orang menunggu penjelasan dari dokter muda itu. Sandi memantapkan diri, dia menahan lengan Bram untuk mengendurkan cengekeramannya."Aku-aku yang memberitahu Kayla bahwa Amira sedang hamil.""Apa? Kita berusaha untuk menyembunyikannya. Mengapa kamu melakukannya?" Nada Luna mulai meninggi, dia tahu jika kehamilan Amira tersebar sahabatnya itu tidak akan aman. Keluarga Alan akan meragukan kehamilan Amira dan akan membuat Amira sangat sedih, begitu pula masih ada bayang-bayang Kayla yang selalu mengusik kehidupan Amira, arena itu kehamilannya dirahasiakan agar Amira bisa hidup dengan tenang. "Maafkan aku. Tujuanku agar Kayla sadar akan posisinya. Aku yakin bahwa Kayla yang merencanakan kecelakaan ini, karena kejadian sebelumnya juga ulah wanita itu.""Jangan mengada-ada, Kayla tidak akan melakukan kejahatan seperti ini."Hanum murka saat melihat Alan lebih membela istri keduanya. Jelas-jelas Amira sedang dalam keada

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kecelakaan

    "Kamu tidak ingin aku gendong? Apa kamu yakin bisa berjalan sendiri?"Kedua tangan Bram terentang seolah bersiap untuk membekap tubuh Amira yang lemah. Namun, Amira menggelengkan kepala, dia masih bisa berjalan hanya saja tubuhnya yang kurang sehat. "Aku masih bisa berjalan, Bram." Amira terkekeh kecil melihat Bram begitu khawatir padanya. "Apa kamu sudah menghubungi Luna? Jangan membuat dia risau."Amira menganggukkan kepala, dirinya begitu lemas hanya untuk membuka suara. Bram merangkul bahu Amira, meskipun menolak pria itu tidak mau melepaskannya. "Dia pasti sangat khawatir aku pergi tanpa izin darinya." Amira sudah membayangkan jika Luna akan memarahinya nanti setelah ada di rumah. "Dan lihat apa yang terjadi, aku menjadi lemah seperti ini." Amira memutuskan untuk tinggal sementara di rumah Luna, dia butuh teman, dia butuh Luna untuk menenangkan pikirannya. Dia juga tidak ingin paman dan bibinya semakin risau. Amira selalu membawa kesedihan bagi keluarganya, karena itu saat i

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Kekalahan Mutlak

    "Aku ingin bertemu Mas Alan, apakah dia sibuk?"Ibu hamil yang kini sudah memasuki trimester ketiga itu sedikit terengah-engah setelah menyusuri jalanan rumah sakit dan kini berdiri tepat di depan ruangan dokter. Kayla dengan tentengan tas besar yang di dalamnya sudah ia siapkan bekal untuk suaminya. Dia berhadapan dengan tiga orang perawat yang berjaga di lantai tiga, di mana ruangan Alan juga ada di lantai ini. Kayla tidak ingin langsung masuk ke ruangan suaminya, karena terakhir kali dia ke sini tanpa izin terlebih dahulu, dia mendapat amukan dari Alan. "Oh maaf, Dokter Alan sedang keliling," ucap salah satu perawat. Kayla pun mengangguk, dia memahami apa yang sedang dilakukan suaminya. Tugas penting memang harus didahulukan. "Oke baiklah, aku akan tunggu di depan ruangannya."Setelah itu, Kayla duduk di ruang tunggu. Dia tersenyum kecil karena setelah ini dialah satu-satunya nyonya dari Alando Bagaskara. Hanya menunggu beberapa hari lagi Alan dan Amira akan bercerai, mereka aka

  • Aku Bukan Satu-Satunya   Yang Sebenarnya Terjadi

    Bisakah kita bertemu?Satu hari itu Amira gunakan untuk beristirahat di rumah Luna. Luna tidak mengizinkannya untuk kembali ke rumah bibinya, melihat kondisi Amira saat ini membuat Luna khawatir. Sedangkan Luna pergi bekerja, Luna yang meminta izin cuti kepada manager mereka. Sampai-sampai manager mereka mempertanyakan keberadaan Amira dan juga merasa khawatir. Siang ini dia mendapatkan pesan dari Sandi. Asisten dokter itu ingin menemuinya dilokasi yang tak jauh dari rumah sakit. Amira ragu-ragu, tetapi akhirnya dia menyetujui untuk bertemu dengan pria itu. Amira juga memahami bahwa Sandi tidak bisa pergi jauh-jauh dari rumah sakit. Amira menunggu Sandi disebuah kafe estetik yang nuansanya sangat modern. Duduk di sini sembari menyesap jus alpukat kesukaannya begitu menenangkan. Bau margarin dari roti bakar yang baru saja dipesan, membuat perut Amira bergejolak. Amira bisa menahannya dan memakannya. Entah apa yang ingin disampaikan oleh Sandi. Dia sangat penasaran karena itu Amira d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status