Part 15Daren mencekal tanganku lalu berkata, "Aku ingin segera menghalalkanmu." Apa katanya? Dia ingin menghalalkanku?"Maksud kamu bagaimana? Bukannya kamu akan melamar wanita lain? Kenapa bicara itu padaku." Sejujurnya hatiku sudah bahagia saat dirinya mengungkapkan itu. Namun, aku tak boleh bahagia dulu. "Wanita itu kamu, Ayu." Tatapan kami saling bertemu sorot matanya tajam tak ada kebohongan. Kualihkan pandangan karena tidak sanggup melihat lama-lama. Wajah teduhnya membuat hatiku tentram."A-aku." "Masa idahmu akan segera berakhir. Aku mau kita melangsungkan pernikahan. Ibuku akan datang besok, beliau sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu." Aku tak bisa lagi berkata-kata perlakuannya yang baik membuatku luluh padanya. Sehingga aku mengangguk pelan dan membuatnya berjingkrak bahagia."Serius kamu mau?" tanyanya lagi memastikan"Iya aku mau," jawabku malu-maluDia langsung memelukku beberapa kali mengecup pucuk kepala. Tangan satunya dilingkarkan di pinggang, begi
Part 16Hatiku menjadi gelisah mengingat ibunya Daren, bagaimana kalau beliau menolak dan sikapnya sama seperti mantan mertuaku dulu. Kupejamkan mata supaya melupakan sejenak kerisauan ini. Namun, mata makin terpejam malah terbayang-bayang. Kulirik jam yang ada di ponsel ternyata sudah pukul 23.05 rasa kantukku tak kunjung datang. Kini kaki jenjang ku turun dari ranjang berniat mengambil wudhu dan berserah diri. Akan kuserahkan pada-Nya supaya hati ini menjadi damai. Tetesan air wudhu yang mengenai wajah membuatku langsung adem. Sekitar lima menit selesai dan kuambil mukena serta sajadah. Shalat malam dua rakaat membuatku terasa sangat tenang. Hati tidak lagi risau seperti sebelumnya. Ku menengadahkan tangan bermunajat pada sang Khaliq. "Ya Allah kuserahkan semuanya pada-Mu. Aku yakin Engkau telah memberikan yang terbaik bagi hamba Amiin." Rasanya sangat tenang kini kubisa tidur, apapun yang terjadi besok akan kuterima dengan lapang dada. [Bu Syasya akan menjual sahamnya sekitar
part 17Saat wanita itu hendak mendekat tiba-tiba pria bersamanya berkata, "Kamu telpon saja pria yang bodoh itu, minta sama dia kalau anak yang kamu kandung ngidam sesuatu. Ya, walaupun sebenarnya itu bukan anak kandungnya." Aku yang akan hendak pergi mengurungkan niat karena perkataannya mampu membuatku penasaran. "Eh, jangan keras-keras kalau ada yang tahu bagaimana? Nanti si Syasya tidak akan memberikan kita uang lagi," balas MilaYa, wanita hamil yang tengah merengek itu adalah temanku Mila, dia menikah secara diam-diam dengan mas Aldi. Namun, yang membuatku bingung kenapa Syasya tidak menikah dengan mas Aldi malah bersama Mila. "Iya, wanita yang bersama pria bodoh itu juga sama. Mengapa tidak dia saja yang menikah denganya ini malah kamu, aku cemburu tahu." "Kamu mau tahu, kalau sebenarnya Syasya itu Mandul. Dia menginginkan anak dari Aldi mangkanya setelah kuberitahu aku mengandung anak Aldi, dia sangat girang. Dan aku disuruh untuk menikah agar si Ayu sakit hati. Kamu tahu
Bab 18"Kamu Ayu?" tanyanya dengan mimik wajah yang sulit diartikan. Aku mengangguk pelan, menundukan wajah. Kedua tanganku meremas baju kuat rasanya sangat gugup. Takut, ibunya Daren akan membenci karena statusku janda. "Bu, dia cantik kan?" ucap Daren dengan antusias. Namun, hatiku belum tenang. Tanganku dipegang Aku olehnya dengan lembut."Ayo, jangan takut," bisiknya tepat di telinga. Kini, aku memberanikan untuk mengangkat wajah melihat ibunya Daren dengan jelas."Sini duduknya dekat Ibu kok jauh gitu sih, apa saya menyeramkan?" Apa aku tak salah dengar kalau Beliau tersenyum hangat padaku. Lalu? Mengapa tadi saat pertama melihatku wajahnya sangat datar. Tak ada ekspresi suka hingga aku berargumen sendiri kalau ibunya tak menyukaiku."I-iya Bu." Aku pun duduk di dekatnya tanpa diduga beliau memelukku. Daren tersenyum dan mengangguk. "Kamu sangat cantik, bahkan lebih cantik dari yang Ibu lihat di foto," ujarnya yang langsung melirik Daren. "maafkan Ibu, tadi sengaja sedikit me
part 19Aku telah memikirkan cara untuk membalas Mila, tentunya bukan diri ini yang akan melakukannya, melainkan Syasya. Mereka berdua sangat licik aku juga akan berbuat yang sama. Kami memesan gaun pengantin yang paling mahal. Perut Mila yang kian membesar membuat dirinya kerepotan hanya untuk berjalan. Ngapain juga dia bekerja di sini? Bukannya dia masih istri mas Aldi? Mila terus memperhatikanku sambil menulis alamat rumah Daren. Semoga saja dirinya tak dapat mengenaliku, kalau itu terjadi entah bagaimana rencana yang telah disusun."Kami akan kirim tepat waktu, terima kasih telah percaya dengan butik ini." Mila menyerahkan nota dan Ibu langsung mengambilnya. "Kita ke restoran dulu Ibu sudah lapar," ujarnya yang langsung mendapat anggukan dariku. Ibu berjalan duluan, tiba-tiba tangan kananku ada yang mencekal dengan kuat. Sontak aku melihatnya dan sedikit terkejut dengan perkataannya."Kamu pasti Ayu, jangan membohongiku kita berteman sudah lama. Aku yakin kalau itu kamu, meski
Ternyata Daren tidak mencium ku, ah dasar otakku sudah tak waras rasanya malu. "Ada kotoran di hijabmu," ujarnya dan berlalu. Pipiku terasa merah bagaimana bisa aku berpikir kalau Daren akan mencium? "Kenapa pipimu merah?" tanya Daren dengan entengnya. Sontak kupegang pipi ini."Daren jangan goda Ayu terus. Nanti juga kamu akan halal." Ibu menatap tajam anaknya."Aku tidak menggoda. Ayu seperti bidadari yang turun dari langit. Rasanya tak percaya bisa mendapatkan dirinya."Apaan sih gombal terus, apa tidak malu kan ada ibunya. Daren membuka ponselnya dia terlihat serius berbicara. Mungkin dari kantornya. Mengapa juga lama-lama di sini."Aku pergi dulu ya soalnya ada meeting di kantor pusat," ujarnya dengn buru-buru."Yasudah sana ngapain masih di sini," balas Ibu karena Daren masih betah duduk."Ada yang tertinggal, Bu?" jawabnya dengan sedikit khawatir"Apa?""Bidadariku takut ada yang ambil. Tolong jaga dia untukku, Bu."Ya ampun masih sempat-sempatnya gombal. Dia itu terbuat dar
Bab 21Hari pernikahanku akan digelar dengan mewah, aku sudah meminta untuk sederhana. Namun, ibunya Daren tak setuju beliau menginginkan pesta yang ramai. Banyak dikunjungi para pebisnis ternama, apalagi mereka keluarga terpandang. Mau tak mau harus menerimanya."Iya gimana baiknya saja, aku nurut." Daren masih keukeuh dengan keinginan ibunya. Aku melihat raut wajahnya sendu mungkin tak bisa menolak keinginan ibunya. Bukannya tak mau, tetapi aku malu karena ini bukan pernikahan pertama bagiku. Namun, bagi ibunya Daren ini pernikahan pertama bagi anaknya. "Maaf, ini bukan mauku. Namun, Ibu." Dia tertunduk lesu. Aku menggenggam tangannya dan tersenyum padanya kalau aku baik-baik saja. Sebenarnya bukan masalah pernikahan mewahnya, tetapi aku takut kalau tak bisa menjaga keharmonisan setelah menikah. Mau sederhana atau mewah, ya tetap saja sah. Kami saling beradu argumen tentang pesta yang sangat luar biasa. Tentunya akan memakan banyak biaya, mungkin baginya tak apa. Tak terasa bulir
Part 22"Heh Ayu, jangan pura-pura polos wanita ular sepertimu tak pantas mendapatkan kebahagiaan," ujarnya dengan menatap nyalang. Mila makin mendekat ke pelaminan. Orang-orang menatapku benci, pasti mereka mengira aku telah mendzoliminya. Seorang wanita hamil dengan penampilan acak-acakan, bahkan bajunya terlihat koyak sehingga terlihat kulit putih mulusnya. Pasti semuanya akan iba melihat seperti itu. Apalagi Mila mengeluarkan kata-kata tak sopan padaku. Akan tetapi, kenapa dengannya kenapa bisa penampilan Mila seperti itu? Banyak pertanyaan di benakku. Namun, bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Lebih baik diam dan nyimak apa yang akan dia katakan."Dengar semuanya. Perempuan itu yang telah merebut kebahagiaan dariku. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, kini dia menikah dengan lelaki kaya. Aku pastikan setelah mendapatakan hartanya. Dia akan meninggalkan suami barunya. Begitu pula dengan pernikahan sebelumnya." Sorot matanya menatap tajam ada kilatan marah di sana. O, dia h