Share

Bab 26: Sertifikat Tanah

Aku mengitari dengan mata ketiga orang yang duduk bersisian di sofa tempat ibu membaca koran semula. Wajah ketiganya getir, sedangkan Bang Teguh sedikit gugup sampai butiran bening bermunculan di pelipisnya.

Tidak ada yang berbicara, bahkan ibu merasa enggan membuka suara. Hanya ada aroma harum dari ayam goreng bumbu di meja yang tidak dipindahkan Anha, serta nasi yang masih menghangat dan terasa lezat di mata.

Kulirik Bang Teguh yang memelototi sarapan kami pagi ini. Wajahnya kian kusam serta muram. Sepertinya, pria ini tergiur dengan ayam lezat di depannya, karena aku tahu benar Bang Teguh menyukai daging ayam lebih dari apapun, mungkin lebih dari menyukai istrinya sendiri.

Ingat dulu saat dia menghabiskan dua potong ayam sekali duduk tanpa memikirkan orang lain? Entah bagaimana kehidupannya sekarang setelah kami berpisah. Dia tidak lagi bekerja, sekarang hampir punya bayi dan tidak ada lagi yang bisa dijadikannya tumpuan dan sandaran.

“Kamu lihat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status