Share

Bab 18. Terpuruk.

Penulis: Ucing Ucay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-16 15:35:05

Zola memasuki rumah Surendra dengan langkah gontai, tangannya menyeret koper berukuran sedang. Wajahnya muram dan sembab.

Surendra yang tengah memberi ikan di paviliun belakang mengerutkan kening melihat koper di tangan Zola.

"Kamu mau kemana? Atau habis dari mana?" tanyanya heran.

Zola mengangkat wajahnya dan menatap ayahnya, perlahan air matanya turun. Membuat Surendra meletakkan mangkuk pakan ikannya dan beralih menggeret kursi rodanya menghampiri Zola.

"Ada apa, Nak? Kalian bertengkar?" tanyanya lembut dan mengulurkan tangan.

Zola langsung berlutut dan memeluk Surendra, dan menangis terisak-isak di bahu pria tua itu. Bagas tak bertanya apapun dan hanya mengusap punggung putrinya itu dengan lembut.

***

Setelah Zola tenang dan makan dengan baik, barulah Surendra mendekatinya. Wanita itu tampak sedang terdiam melamun di sisi kolam ikan.

"Zola, masuklah! Di luar dingin!" ucapnya lembut.

Zola menoleh dan tersenyum tipis, "Aku asik melihat ikan, Pa!" jawabnya lalu kembali menatap kola
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 37. Di pesantren.

    Mobil taksi itu memasuki komplek pesantren, para santri yang mereka lewati tampak berhenti dan saling bertanya satu sama lain. Zola yang melihat itu tersenyum dari dalam mobil. Pemandangan sore di pesantren memang selalu indah, anak-anak perempuan memakai busana muslim yang lucu, berlarian dengan riang saling berkejaran menuju ke mesjid. Para santriwati berjalan bersama memeluk kitab suci dan mukena mereka. "Sangat menyejukkan hati," bisiknya. Sepertinya dia akan tinggal lebih lama dengan suasana indah seperti ini.Mobil itu berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gaya arsitektur jaman dulu, dengan jendela tinggi dan pendopo yang luas. Tampak seorang pria seumuran Surendra keluar dari dalam rumah dengan seorang wanita dengan gamis panjang. Mereka saling melempar pandang melihat ada mobil taksi berhenti di depan rumah mereka.Zola turun dan tersenyum. "Assalaamu'alaikum," ucapnya."Waalaikum salaam," sahut keduanya. Mereka masih kebingungan bahkan ketika Zola menyalami wanita itu

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 36. Menuju ke Pesantren.

    Zola menghabiskan sisa perjalanan di kereta itu dengan berbicara dan bertukar pikiran dengan Nenek Aminah. Dia merasa lega dan beban di hatinya sedikit berkurang, tutur kata wanita tua itu lembut namun penuh dengan makna dan wejangan. Sehingga tanpa terasa sisa waktu yang ada akhirnya habis, dan kereta sampai di stasiun tujuan.Petugas yang di awal membantunya muncul lagi dan membantu Zola menurunkan tasnya, bahkan membawakannya ke luar kereta."Di sini saja, Pak, terimakasih!" kata Zola merasa tidak enak karena seolah petugas itu hanya fokus menolongnya saja."Tidak apa-apa, sudah menjadi tugas saya," sahut petugas itu tersenyum formal lalu berpamitan.Nenek Aminah yang tiba di dekat Zola turut tersenyum melihat itu."Bahkan dia tidak melihat cincin di jari manismu," ucapnya yang membuat wajah Zola merona merah."Jangan ngaco, Nek!" sergahnya halus."Aku benar, Nak," kekeh Nenek Aminah, "jika seorang perempuan bepergian sendiri, maka dia akan mendapat 2 kemungkinan," katanya sambil m

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 35. Perjalanan kereta.

    Zola menangis sepanjang perjalanan. Lagi dan lagi. Dia merasa menjadi orang bodoh. Ponselnya berdering sejak tadi di dalam tasnya, tapi Zola tak peduli. Siapapun itu yang menelpon baginya saat ini dia tak ingin bicara apapun. Zola pun mematikan gawainya. Dan dia merasa bersalah pada Surendra."Maafkan aku, Pa! Aku pergi dulu!" rintihnya sedih tak terkira.Taksi yang ditumpanginya tiba di stasiun. Zola segera menuju ke loket dan membeli tiket, yang kebetulan siang itu terbilang sepi. Sehingga dia sempat memesan makanan yang akan dia beli nantinya."Ayo, Nak! Kita kuat!" ucap Zola mengusap perutnya. Dia membungkuk hendak mengangkat tasnya, namun terhenti ketika ada sesosok tangan mendahuluinya. Zola pun termangu kaget dan mengangkat wajahnya."Mari saya bantu!" kata petugas kereta itu tersenyum. Dia memperhatikan Zola yang sejak kedatangannya di stasiun tampak kesulitan membawa tasnya.Zola menghela nafas lega, dia hampir terkena serangan jantung jika saja sosok itu adalah orang yang

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 34. Pergi dari apartemen.

    Zola berniat untuk mengunjungi Jihan di akhir minggu, dia bosan di apartemennya seorang diri sementara dia malas untuk ke rumah Surendra. Karena sudah pasti nantinya Surendra akan menanyakan Evan, dan Zola bahkan tak ingin membahasnya. "Aku capek terus berbohong pada papa," keluhnya. Maka siang itu dia berangkat menuju ke rumah Jihan dan tak lupa membawa oleh-oleh untuk Mikhaila dan adiknya. "Eh, Nyonya Zola! Silahkan masuk!" sambut sekuriti di pintu gerbang ketika dia turun dari taksi. Dia meminta izin untuk membawakan barang-barang di tangan Zola."Terimakasih, Pak!" kata Zola. Sekuriti itu lalu mempersilahkannya untuk masuk. "Kok tumben naik taksi?" tanya Sekuriti sedikit terkejut ketika tadi melihat Zola turun di depan jalan sana."Mobil saya lagi di bengkel," jawabnya sekenanya.Mereka pun lalu berjalan menyusuri lantai keramik kasar itu. Andai Zola melirik ke arah garasi sana, dia akan melihat ada satu mobil yang pastinya akan membuat dia balik kanan dan pulang. Sekuriti itu

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 33. Iri pada orang lain.

    "Di sini saja," kata Zola ketika mereka mendekati sebuah toko swalayan. "Mau kuantar?" tanya Evan.Zola menoleh dengan tatapan yang ..."Sudahlah, Mas! Kamu tidak usah sampai kayak gini," tukas Zola geram. Evan seolah mempermainkan perasaannya dengan bersikap manis namun tetap tidak mengubah pandangannya terhadap kehamilan Zola."Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja," kata Evan dengan sorot mata tenang, tapi jusrtu itu mengusik perasaan Zola.Zola menggeleng, dia tak berkata apapun lagi lalu keluar dari mobil secepatnya. Berada di dalam mobil bersama Evan membuatnya kehabisan oksigen."Astaghfirullah hal'adziim!"desahnya menenangkan emosinya yang sempat naik.Tak menunggu sampai mobil Evan pergi, Zola segera melangkah lebar-lebar memasuki swalayan itu dan menyelinap di antara para pengunjung lain. Evan sendiri menghela nafas di kursinya, dia lalu menelepon seseorang. "Masuk dan awasi dia!" perintahnya singkat sebelum menutup telepon dan memerintahkan sopirnya untuk menjala

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 32. Dijemput Evan.

    Apartemen itu mewah, begitu menurut Zola. Sampai-sampai dia merasa semua itu memang dipersiapkan untuknya. Karena memang benar."Sepupumu itu perempuan?" tanya Zola ketika melihat interior apartemen yang sepertinya banyak sentuhan tangan wanita di setiap penataannya."Eh iya, dia perempuan!" jawab Jihan sedikit tidak fokus karena dia sendiri merasa kagum dengan isi tempat itu. Diam-diam dia menggerutu memarahi Evan."Aku tidak mengerti dengan pikirannya!" gumamnya kesal sendiri. Mereka lalu melihat isi kamar, Zola terlihat antusias melihatnya karena suasana kamarnya dengan balkon luar yang cantik. Dia keluar dan melihat pemandangan di sana. Sementara Jihan memeriksa seisi ruangan, dia dengan iseng membuka laci di samping tempat tidur. Dan matanya membelalak ketika menemukan sebuah pigura kecil dengan foto Evan dan Zola di dalamnya."Dasar ceroboh!" umpatnya pelan seraya cepat mengambil foto itu dengan cepat hendak menyembunyikannya."Itu foto siapa?" tanya Zola yang tiba-tiba sudah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status