Share

Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana
Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana
Penulis: Peachy

Bab 1

Penulis: Peachy
Selama lima tahun, aku menjalani dua peran sekaligus dalam hidup Denis. Restorator seni dan rahasianya, yaitu kekasihnya.

Lalu keluarga Denis memaksanya bertunangan. Pada malam pesta itu, aku memutuskan untuk meninggalkan pria yang seharusnya tidak pernah menjadi milikku.

"Aku mengundurkan diri."

Aku menyerahkan surat pengunduran diriku kepada Anton, kepala pelayan Denis.

"Kamu yakin?" Anton tampak terkejut. "Pak Denis selalu puas dengan hasil kerjamu."

Puas?

Aku hampir tertawa.

Dia itu Denis Sanggu, kepala keluarga kriminal paling berkuasa di Nawa Yok.

Sedangkan aku hanyalah gadis yang pendidikannya dibiayai Denis, restorator seni yang bekerja untuk melunasi utang, sebuah hukuman seumur hidup.

Kami berasal dari dua dunia yang berbeda.

"Aku sudah ambil keputusan." Suaraku lebih tenang dari yang kukira. "Utangku sudah lunas, sudah saatnya aku pergi."

"Ini memerlukan persetujuan pribadi dari Pak Denis."

"Kalau begitu, kasih tahu dia." Aku berbalik ke arah pintu. "Aku nggak bisa menunggu lama."

Saat melangkah keluar dari kediaman itu, aku menyentuh kalung di leherku, gantungan kecil berbentuk pisau palet.

Murah, tetapi memiliki makna.

Aku membelinya untuk diriku sendiri saat lulus dari sekolah seni.

Itu adalah pengingat akan kehidupan yang seharusnya aku miliki, yaitu kehidupan yang normal.

Denis menemukanku pada malam hujan sepuluh tahun lalu, dia juga orang yang membiayai pendidikanku.

Aku tidak pernah membayangkan akan terjadi sesuatu yang lebih di antara kami.

Saat itu, aku hanya merasakan kekaguman dan rasa terima kasih. Setelah lulus, aku setuju untuk bekerja padanya demi membalas "kebaikan" Denis yang luar biasa.

Aku tahu aku tidak akan pernah pantas berada di dunia Denis.

Namun, suatu malam, Denis mabuk. Bibirnya menyentuh kulitku, dan aku sama sekali tidak berdaya untuk menolak.

Lima tahun kemudian, aku harus menghadapi kenyataan, aku jatuh cinta padanya.

Namun, aku harus pergi.

Aku kembali ke apartemen dan dengan hati-hati meletakkan lukisan minyak terakhir yang telah dipulihkan ke dalam wadah pelindungnya.

Saat aku hendak berkemas, sebuah pesan teks dari Denis masuk.

[Kamu sudah janji akan datang ke pesta pertunanganku. Aku sudah mengirimkan gaun untukmu.]

Terdengar ketukan di pintu. Salah satu anak buah Denis berdiri di sana sambil membawa gaun satin putih.

"Pak Denis sedang menunggumu, Nona."

Apa Denis ingin aku menyaksikannya berbahagia bersama wanita lain?

Aku menahan air mata dan berganti pakaian dengan gaun itu.

Hubungan ini membutuhkan akhir, ini butuh penyelesaian.

Mobil berhenti di lokasi acara. Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar.

Menara sampanye berkilauan di bawah lampu kristal, para tamu dengan pakaian mahal tertawa sembari mengobrol.

Setiap lukisan di dinding telah aku sentuh, aku pulihkan, dan aku hidupkan kembali.

Namun, malam ini, aku hanyalah orang luar.

Pandanganku menyapu ruangan untuk mencari wajah yang kukenal.

Lalu, aku melihatnya.

Denis berdiri di tengah ruangan, tuxedo hitamnya membuatnya tampak lebih tinggi dan berwibawa.

Lengannya melingkari tubuh seorang wanita cantik, Bella Rosana, tunangannya.

Bella mengenakan gaun merah tua, seperti mawar yang sedang mekar.

Dadaku terasa sesak.

Aku teringat pada malam tiga bulan lalu saat Denis memelukku.

Dia bergerak dalam diriku, keras dan cepat, lalu mencium air mataku.

Denis bilang tidak ingin menikahi Bella, keluarganya yang memaksa. Dia ingin bersamaku selamanya.

Keesokan paginya, dia bertingkah seolah tidak ada yang terjadi dan mengumumkan pertunangannya.

"Lihat siapa yang datang." Sebuah suara tajam terdengar dari belakangku.

Aku berbalik. Bella berjalan ke arahku dengan segelas anggur merah, senyum sosial yang sempurna terpampang di wajahnya.

"Elian, kamu benaran... menawan malam ini." Suaranya manis tapi menusuk.

"Terima kasih," jawabku singkat.

"Putih cocok untukmu," katanya sambil berhenti di depanku, kilatan kejam di matanya. "Warna murni untuk pekerjaan yang murni, bukan? Memulihkan lukisan tua. Begitu... elegan."

Aku bisa merasakan semua mata di ruangan itu tertuju pada kami.

"Bella, aku datang cuma buat... "

"Datang buat apa?" Bella memotong ucapanku, suaranya tiba-tiba melengking. "Buat merusak pesta pertunanganku? Buat ingatkan tunanganku kalau dia masih punya simpanan?"

Udara membeku.

Semua percakapan berhenti.

Semua orang menatap.

Simpanan...

Kata itu menusuk hatiku bak pisau.

"Aku nggak... "

Tiba-tiba Bella menyiramkan anggurnya padaku.

Cairan dingin itu membasahi satin putih, membentuk noda merah seperti bunga darah di dadaku.

Hening total.

"Ya Tuhan, aku minta maaf." Bella terkesiap, menutup mulutnya dengan lebay penuh drama. "Tanganku terpeleset, sama seperti bagaimana beberapa orang cenderung 'terpeleset' ke tempat yang nggak seharusnya mereka tempati, seperti ranjangnya Denis."

Orang-orang mulai berbisik.

Aku bisa mendengar kata-kata "simpanannya Denis" dan "membayar utang dengan tubuhnya."

Aku hanya berdiri di sana, merasakan tetesan anggur dari gaunku jatuh ke lantai.

Saat itu juga, kerumunan terbelah.

Denis berjalan mendekat.

Jantungku berdetak kencang.

Apa Denis akan membelaku?

Apakah Denis akan memberi tahu semua orang bahwa aku tidak hanya simpanan, tetapi wanita yang Denis cintai?

Dia berhenti di depan kami, tatapannya beralih antara aku dan Bella.

"Ada apa ini?" Suaranya tenang dan dingin. Kedinginan yang sama seperti di pagi hari dia bangun di sampingku.

"Sayang, aku benaran minta maaf." Bella langsung memeluknya. "Aku cuma ingin menyapa Nona Elian, terus nggak sengaja menabraknya."

Mata Denis, mata yang sama saat menatap mataku di tempat tidur dan membisikkan kata-kata cinta, kini sedingin es.

"Pak Denis." Aku mulai bicara dengan suara gemetar, "Aku bisa jelaskan... "

"Nggak perlu." Dia memotong ucapanku lalu beralih ke kerumunan. Dia berhenti sejenak sembari menatap ruangan yang hening. Lalu dia mengucapkan kata-kata yang menghancurkan sisa hatiku.

"Nona Elian ini karyawanku," katanya dengan suara tenang namun tajam. "Nggak lebih dari itu. Hubungannya dengan keluarga ini murni profesional. Dia nggak ada hak buat ganggu acara malam ini, atau membuat tunanganku marah."

Dunia seakan berputar.

Tatapan matanya begitu dingin, seolah bisa mencabik-cabikku.

Namun, dia sendiri yang menyuruhku datang...

"Satpam." Suara Denis memotong di ruangan itu. "Bawa dia keluar."

Bella tersenyum puas dalam pelukan Denis.

Aku menatap mereka, menatap pria yang sudah kuperingatkan diriku untuk tidak kucintai, tapi pada akhirnya kucintai selama lima tahun yang panjang.

Dia memeluk wanita lain dan pura-pura tidak melihat penghinaan yang menimpaku.

Para satpam mulai berjalan ke arahku.

"Nggak usah repot-repot," kataku sembari menegakkan punggungku. "Aku bisa keluar sendiri."

Aku berbalik dan berjalan pergi.

Di belakangku, aku mendengar suara manis Bella, "Sayang, ayo kita berdansa."

Aku mendorong pintu hingga terbuka dan disambut oleh dinginnya hujan.

Aku berdiri di sana, membiarkan hujan membasuh air mata di wajahku dan bekas guyuran anggur di dadaku.

Sepuluh tahun yang lalu, aku tersandung di jalan, sedangkan mobil Denis menabrakku.

Aku ingat terbaring di aspal basah, hujan mengguyurku, aku siap mati.

Denis berdiri di atasku seperti dewa, penyelamat kelam yang menarikku dari reruntuhan hidupku.

Malam ini, dialah juga yang mendorongku kembali ke dalam api.

Sesampainya di apartemen, aku baru saja berganti pakaian saat ponselku bergetar.

Sebuah pesan teks muncul.

[Jangan rusak pernikahanku dengan Bella, kamu tahu sendiri konsekuensinya. Malam-malam itu cuma kesalahan. Lupakan saja, D.S.]

Aku menatap layar, hatiku membeku.

Sebuah kesalahan?

Semua yang kami miliki hanyalah sebuah kesalahan?

Jariku melayang di atas layar untuk waktu yang lama sebelum akhirnya aku membalas pesan Denis.

[Jangan khawatir, Pak Denis. Aku sudah berhenti mencintaimu.]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 21

    Sudut pandang Elian.Enam bulan kemudian, hari pernikahanku di Prasa.Aku mengenakan gaun yang Julian bantu rancang. Renda sederhana, dihiasi mutiara kecil seperti embun pagi.Sebelum upacara, satu paket anonim lagi tiba.Di dalamnya ada desain perhiasan asli oleh maestro Art Nouveau, Alphonse Mucha. Satu set alexandrite, itu semua tidak ternilai harganya.Alexandrite berubah warna dalam cahaya yang berbeda: Zamrud di siang hari, rubi di malam hari, simbol kehidupan ganda dan rekonsiliasi pada akhirnya.Kartu itu berisi satu baris dalam tulisan tangannya yang tajam dan familier, [Untuk wanita yang sejak awal seharusnya menjadi diri sendiri.]Aku tahu itu adalah salam perpisahan terakhir dari Denis.Aku menutup kotak itu dan meletakkannya ke samping. Lalu, aku mengenakan kalung bunga matahari sederhana yang diukir Julian untukku.Harta sejatiku, jenis yang tidak membutuhkan kegelapan untuk bersinar.Di dalam gereja, aku berjalan di pelaminan bersama ibuku, menuju Julian di altar.Saat p

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 20

    Sudut pandang Elian.Dua bulan kemudian, aku dan Julian berada di bandara.Kami akan pindah ke Prasa untuk memulai hidup baru sepenuhnya.Kota di Origo itu indah, tetapi kemunculan Denis bagaikan setetes tinta yang mengotori seluruh lautan.Aku butuh awal yang benar-benar baru.Denis tidak pernah muncul lagi setelah malam itu.Namun, "hadiah" penebusannya tidak pernah berhenti.Sketsa desain yang kupikir sudah lama hancur sudah direstorasi.Dokumen untuk yayasan seni yang didirikan atas namaku.Bahkan sertifikat kepemilikan Hotel Makmur di Cangga.Setiap hadiah adalah rantai lain yang mencoba menarikku kembali ke masa lalu.Aku mengembalikan semuanya tanpa dibuka, dengan satu catatan terlampir:[Aku tidak menginginkan apa pun darimu. Rasa bersalahmu adalah bebanmu sendiri, biarkan aku hidup tenang.]Sebelum naik pesawat, Julian memeriksa bagasi kami, aku duduk sendirian di ruang tunggu.Dari kejauhan, aku melihatnya.Denis berdiri di sisi lain pos pemeriksaan keamanan, mengenakan mante

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 19

    Sudut pandang Denis.Sebuah kota pesisir di Origo.Selama tiga hari, aku menjadi hantu dalam kehidupan baru Elian. Pengintai dari bayangan, kelaparan hanya untuk sekilas melihatnya.Aku melihatnya. Rambutnya kini pendek dan rapi. Dia mengenakan kemeja putih sederhana.Sinar matahari sore menyelimuti wajahnya yang fokus, membingkainya dengan cahaya keemasan.Dia bukan lagi gadis yang selalu tegang di sisiku, dia bersinar.Aku melihat seorang pria baik datang menjemputnya setiap sore.Pria itu akan mengambil tas peralatannya, lalu menggenggam tangannya.Dia akan mengaitkan jarinya dengan jari pria itu, begitu alami.Aku melihat mereka berbelanja di supermarket, bercanda sambil berdebat tentang merek susu.Setiap senyum yang Elian tunjukkan pada pria itu seperti pisau panas yang menusuk perutku.Kecemburuan adalah sulur beracun, mencekik hatiku hingga aku nyaris tidak bisa bernapas.Namun di saat yang sama, rasa kepuasan yang menyakitkan membanjiriku.Elian baik-baik saja, bahagia dan hid

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 18

    Sudut Pandang Denis.Tanganku mengendur.Revolver berlapis emas yang akan menentukan nasib Bella jatuh beradu ke lantai.Bella menerjang ke arahku seperti tali penyelamat.Dia merangkak, memeluk kakiku, wajahnya penuh air mata dan ingus. "Denis! Denis, dengarkan aku! Aku tahu di mana dia! Aku tahu di mana dia!"Aku perlahan menatap wanita menyedihkan di kakiku, mataku membeku."Ulangi ucapanmu.""Aku tahu di mana dia!" Bella mengira dia telah menemukan kartu negosiasi, kepalanya terangkat dengan penuh semangat. "Orang-orangku menemukannya sebelum orang-orangmu! Sebuah kota kecil di pesisir Origo. Dia mengganti namanya menjadi Elena Kumala dan membuka studio desain! Denis, aku tahu segalanya!"Sebuah tangan tak kasat mata mencengkeram jantungku, menekannya hingga nyaris berhenti.Bella tidak hanya menemukan Elian.Dari ekspresi Bella, tampaknya jauh lebih dari itu."Apa yang kamu lakukan padanya?" Suaraku rendah, setiap kata bak batu berat siap menghancurkannya.Mata Bella bergerak geli

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 17

    Sudut pandang Denis.Aku telah menghabiskan dua tahun merajut jaring besar untuk menjebak Keluarga Rosana di dalamnya.Aku memutus semua kesepakatan mereka, mendanai musuh-musuh mereka dan membiarkan mereka mati perlahan dalam penderitaan.Aku pikir semua itu kulakukan demi harga diriku, demi nama Keluarga Sanggu.Sampai Luki meletakkan laporan penyelidikan berdebu berusia dua tahun di depanku."Pak Denis, menurut temuan terbaru kami... kebocoran foto di upacara hotel dan permainan Rolet Rusia... semuanya bukan kebetulan."Aku menatap ke atas, kebingungan sekilas muncul di mataku.Luki menelan ludah dengan susah payah, suaranya tegang. "Semuanya ulah Bella, Pak Denis. Dia menyuap kru teknis untuk mempermalukan Nona Elian di depan umum. Dia bersekongkol sama Mario untuk mengatur permainan itu, dia mempermainkanmu. Kamu adalah senjata yang dia gunakan untuk menyiksa dan mungkin membunuh... Elian."PRANG.Gelas wiski di tanganku pecah.Pecahan kaca menusuk telapak tanganku. Darah bercampu

  • Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana   Bab 16

    Sudut pandang Denis.Dua bulan lalu, telepon internal di kantorku berdering."Pak Denis." Suara Luki terdengar ragu. "Kami menemukan seseorang di Orom... seseorang yang seharusnya sudah mati."Seolah ada kepalan tangan yang mencengkeram jantungku, darah di nadiku membeku."Siapa?" Suaraku terdengar jauh, seakan bukan milikku."Anton Raga."Tiga hari kemudian, di sebuah rumah aman tanpa jendela di pinggiran Nawa Yok, aku melihat Anton.Dua pengawal menyeretnya masuk. Tubuhnya kurus kering... tapi matanya masih menyala dengan perlawanan. Dia tampak seperti pria yang sudah terima kematiannya.Aku memberi isyarat agar para pengawal keluar, kami berdua sendirian di ruang beton besar itu.Aku tidak bicara, hanya mengitarinya seperti predator menilai mangsanya. Udara terasa begitu tegang hingga bisa meledak.Pistolku tergeletak di atas meja, logam dinginnya memantulkan cahaya putih lampu bohlam di atas kepala."Di pesawat… " Akhirnya aku bersuara, serak. "Apa dia ketakutan?"Anton menatapku,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status