Short
Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana

Aku Hilang, Dia Mencariku Kemana-mana

By:  PeachyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
21Chapters
21views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Aku hanyalah seorang mahasiswi yang tidak sanggup membayar biaya kuliah. Selama lima tahun, aku juga menjadi kekasih rahasia seorang mafia, Denis Sanggu. Secara umum, aku adalah restorator seni pribadinya. Secara pribadi, dia menghabiskan malamnya meniduriku, memelukku erat dan menciumku hingga aku kehabisan napas. Lalu keluarganya mengatur pertunangan untuknya. Denis bertunangan dengan Bella Rosana, seorang putri dari keluarga mafia saingan. Di pesta pertunangan mereka, Bella menusuk punggung tanganku dengan pecahan kaca. Tapi Denis malah memaksaku meminta maaf kepada Bella karena telah membuat keributan. Aku hanya bisa menundukkan kepala pada Bella sembari menahan air mata. Saat Bella kalah taruhan dan harus bermain Rolet Rusia, satu peluru, enam ruang peluru, Denis memaksaku menggantikan Bella. Tanganku gemetar saat aku mengangkat pistol ke kepalaku. "Kamu pernah menyelamatkan hidupku..." kataku pada Denis. "Sekarang kamu bisa mengambilnya kembali." Saat aku lenyap dari dunianya, Denis yang selalu mengendalikan segalanya... benar-benar kehilangan akal sehatnya.

View More

Chapter 1

Bab 1

Selama lima tahun, aku menjalani dua peran sekaligus dalam hidup Denis. Restorator seni dan rahasianya, yaitu kekasihnya.

Lalu keluarga Denis memaksanya bertunangan. Pada malam pesta itu, aku memutuskan untuk meninggalkan pria yang seharusnya tidak pernah menjadi milikku.

"Aku mengundurkan diri."

Aku menyerahkan surat pengunduran diriku kepada Anton, kepala pelayan Denis.

"Kamu yakin?" Anton tampak terkejut. "Pak Denis selalu puas dengan hasil kerjamu."

Puas?

Aku hampir tertawa.

Dia itu Denis Sanggu, kepala keluarga kriminal paling berkuasa di Nawa Yok.

Sedangkan aku hanyalah gadis yang pendidikannya dibiayai Denis, restorator seni yang bekerja untuk melunasi utang, sebuah hukuman seumur hidup.

Kami berasal dari dua dunia yang berbeda.

"Aku sudah ambil keputusan." Suaraku lebih tenang dari yang kukira. "Utangku sudah lunas, sudah saatnya aku pergi."

"Ini memerlukan persetujuan pribadi dari Pak Denis."

"Kalau begitu, kasih tahu dia." Aku berbalik ke arah pintu. "Aku nggak bisa menunggu lama."

Saat melangkah keluar dari kediaman itu, aku menyentuh kalung di leherku, gantungan kecil berbentuk pisau palet.

Murah, tetapi memiliki makna.

Aku membelinya untuk diriku sendiri saat lulus dari sekolah seni.

Itu adalah pengingat akan kehidupan yang seharusnya aku miliki, yaitu kehidupan yang normal.

Denis menemukanku pada malam hujan sepuluh tahun lalu, dia juga orang yang membiayai pendidikanku.

Aku tidak pernah membayangkan akan terjadi sesuatu yang lebih di antara kami.

Saat itu, aku hanya merasakan kekaguman dan rasa terima kasih. Setelah lulus, aku setuju untuk bekerja padanya demi membalas "kebaikan" Denis yang luar biasa.

Aku tahu aku tidak akan pernah pantas berada di dunia Denis.

Namun, suatu malam, Denis mabuk. Bibirnya menyentuh kulitku, dan aku sama sekali tidak berdaya untuk menolak.

Lima tahun kemudian, aku harus menghadapi kenyataan, aku jatuh cinta padanya.

Namun, aku harus pergi.

Aku kembali ke apartemen dan dengan hati-hati meletakkan lukisan minyak terakhir yang telah dipulihkan ke dalam wadah pelindungnya.

Saat aku hendak berkemas, sebuah pesan teks dari Denis masuk.

[Kamu sudah janji akan datang ke pesta pertunanganku. Aku sudah mengirimkan gaun untukmu.]

Terdengar ketukan di pintu. Salah satu anak buah Denis berdiri di sana sambil membawa gaun satin putih.

"Pak Denis sedang menunggumu, Nona."

Apa Denis ingin aku menyaksikannya berbahagia bersama wanita lain?

Aku menahan air mata dan berganti pakaian dengan gaun itu.

Hubungan ini membutuhkan akhir, ini butuh penyelesaian.

Mobil berhenti di lokasi acara. Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah keluar.

Menara sampanye berkilauan di bawah lampu kristal, para tamu dengan pakaian mahal tertawa sembari mengobrol.

Setiap lukisan di dinding telah aku sentuh, aku pulihkan, dan aku hidupkan kembali.

Namun, malam ini, aku hanyalah orang luar.

Pandanganku menyapu ruangan untuk mencari wajah yang kukenal.

Lalu, aku melihatnya.

Denis berdiri di tengah ruangan, tuxedo hitamnya membuatnya tampak lebih tinggi dan berwibawa.

Lengannya melingkari tubuh seorang wanita cantik, Bella Rosana, tunangannya.

Bella mengenakan gaun merah tua, seperti mawar yang sedang mekar.

Dadaku terasa sesak.

Aku teringat pada malam tiga bulan lalu saat Denis memelukku.

Dia bergerak dalam diriku, keras dan cepat, lalu mencium air mataku.

Denis bilang tidak ingin menikahi Bella, keluarganya yang memaksa. Dia ingin bersamaku selamanya.

Keesokan paginya, dia bertingkah seolah tidak ada yang terjadi dan mengumumkan pertunangannya.

"Lihat siapa yang datang." Sebuah suara tajam terdengar dari belakangku.

Aku berbalik. Bella berjalan ke arahku dengan segelas anggur merah, senyum sosial yang sempurna terpampang di wajahnya.

"Elian, kamu benaran... menawan malam ini." Suaranya manis tapi menusuk.

"Terima kasih," jawabku singkat.

"Putih cocok untukmu," katanya sambil berhenti di depanku, kilatan kejam di matanya. "Warna murni untuk pekerjaan yang murni, bukan? Memulihkan lukisan tua. Begitu... elegan."

Aku bisa merasakan semua mata di ruangan itu tertuju pada kami.

"Bella, aku datang cuma buat... "

"Datang buat apa?" Bella memotong ucapanku, suaranya tiba-tiba melengking. "Buat merusak pesta pertunanganku? Buat ingatkan tunanganku kalau dia masih punya simpanan?"

Udara membeku.

Semua percakapan berhenti.

Semua orang menatap.

Simpanan...

Kata itu menusuk hatiku bak pisau.

"Aku nggak... "

Tiba-tiba Bella menyiramkan anggurnya padaku.

Cairan dingin itu membasahi satin putih, membentuk noda merah seperti bunga darah di dadaku.

Hening total.

"Ya Tuhan, aku minta maaf." Bella terkesiap, menutup mulutnya dengan lebay penuh drama. "Tanganku terpeleset, sama seperti bagaimana beberapa orang cenderung 'terpeleset' ke tempat yang nggak seharusnya mereka tempati, seperti ranjangnya Denis."

Orang-orang mulai berbisik.

Aku bisa mendengar kata-kata "simpanannya Denis" dan "membayar utang dengan tubuhnya."

Aku hanya berdiri di sana, merasakan tetesan anggur dari gaunku jatuh ke lantai.

Saat itu juga, kerumunan terbelah.

Denis berjalan mendekat.

Jantungku berdetak kencang.

Apa Denis akan membelaku?

Apakah Denis akan memberi tahu semua orang bahwa aku tidak hanya simpanan, tetapi wanita yang Denis cintai?

Dia berhenti di depan kami, tatapannya beralih antara aku dan Bella.

"Ada apa ini?" Suaranya tenang dan dingin. Kedinginan yang sama seperti di pagi hari dia bangun di sampingku.

"Sayang, aku benaran minta maaf." Bella langsung memeluknya. "Aku cuma ingin menyapa Nona Elian, terus nggak sengaja menabraknya."

Mata Denis, mata yang sama saat menatap mataku di tempat tidur dan membisikkan kata-kata cinta, kini sedingin es.

"Pak Denis." Aku mulai bicara dengan suara gemetar, "Aku bisa jelaskan... "

"Nggak perlu." Dia memotong ucapanku lalu beralih ke kerumunan. Dia berhenti sejenak sembari menatap ruangan yang hening. Lalu dia mengucapkan kata-kata yang menghancurkan sisa hatiku.

"Nona Elian ini karyawanku," katanya dengan suara tenang namun tajam. "Nggak lebih dari itu. Hubungannya dengan keluarga ini murni profesional. Dia nggak ada hak buat ganggu acara malam ini, atau membuat tunanganku marah."

Dunia seakan berputar.

Tatapan matanya begitu dingin, seolah bisa mencabik-cabikku.

Namun, dia sendiri yang menyuruhku datang...

"Satpam." Suara Denis memotong di ruangan itu. "Bawa dia keluar."

Bella tersenyum puas dalam pelukan Denis.

Aku menatap mereka, menatap pria yang sudah kuperingatkan diriku untuk tidak kucintai, tapi pada akhirnya kucintai selama lima tahun yang panjang.

Dia memeluk wanita lain dan pura-pura tidak melihat penghinaan yang menimpaku.

Para satpam mulai berjalan ke arahku.

"Nggak usah repot-repot," kataku sembari menegakkan punggungku. "Aku bisa keluar sendiri."

Aku berbalik dan berjalan pergi.

Di belakangku, aku mendengar suara manis Bella, "Sayang, ayo kita berdansa."

Aku mendorong pintu hingga terbuka dan disambut oleh dinginnya hujan.

Aku berdiri di sana, membiarkan hujan membasuh air mata di wajahku dan bekas guyuran anggur di dadaku.

Sepuluh tahun yang lalu, aku tersandung di jalan, sedangkan mobil Denis menabrakku.

Aku ingat terbaring di aspal basah, hujan mengguyurku, aku siap mati.

Denis berdiri di atasku seperti dewa, penyelamat kelam yang menarikku dari reruntuhan hidupku.

Malam ini, dialah juga yang mendorongku kembali ke dalam api.

Sesampainya di apartemen, aku baru saja berganti pakaian saat ponselku bergetar.

Sebuah pesan teks muncul.

[Jangan rusak pernikahanku dengan Bella, kamu tahu sendiri konsekuensinya. Malam-malam itu cuma kesalahan. Lupakan saja, D.S.]

Aku menatap layar, hatiku membeku.

Sebuah kesalahan?

Semua yang kami miliki hanyalah sebuah kesalahan?

Jariku melayang di atas layar untuk waktu yang lama sebelum akhirnya aku membalas pesan Denis.

[Jangan khawatir, Pak Denis. Aku sudah berhenti mencintaimu.]

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
21 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status