Share

Bab 137 - Prasangka

Penulis: Faw faw
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-01 23:16:28

Pagi menyingsing. Cahaya matahari menembus lembut melalui celah tirai kamar apartemen Ace, menorehkan garis-garis hangat di lantai marmer. Perlahan, Felisha membuka mata. Sengatan pusing segera menyerang kepalanya, membuat dunia terasa berputar. Namun ia tahu, ia tak bisa berlama-lama terbaring di tempat asing ini. Dengan sisa tenaga, ia memaksa tubuhnya bangkit, meskipun nyaris kehilangan keseimbangan dan jatuh.

Gadis itu mendesis pelan, menahan perih akibat mabuk semalam. Kakinya melangkah menuju pintu, membukanya perlahan. Hal pertama yang menyambutnya adalah jam dinding—pukul setengah delapan. Seharusnya, di jam seperti ini, ia sudah bersiap untuk berangkat kerja. Namun hari ini, ia masih terjebak di apartemen Ace.

Sementara itu, pria tersebut duduk di minibar, menatap layar ponsel dengan raut serius. Pakaiannya sudah rapi—bukan pakaian yang ia kenakan semalam. Rambutnya tersisir klimis, seakan siap menyapa dunia luar. Felisha menunduk sekilas, merasakan kontras tajam: bangun tidu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 145 - Yang Tertinggal

    Tubuh Felisha sontak menegang, terkejut karena ciuman mendadak itu. Ia bisa merasakan luapan hasrat yang selama ini Ace pendam—kerinduan yang begitu dalam, seolah telah menumpuk lama di dadanya. Namun di saat bersamaan, rasa khawatir menyambar benaknya. Bagaimana jika ada yang melihat? Rekan kerjanya bisa kembali kapan saja.Dengan panik, Felisha mendorong dada Ace hingga ciuman itu terlepas.Raut Ace seketika berubah beringas, napasnya memburu, matanya masih penuh keinginan. Ia hendak kembali mencium Felisha, namun gadis itu cepat-cepat menutup bibir Ace dengan kedua telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan? Kalau ada yang lihat lagi, bagaimana?!” desis Felisha, napasnya tersengal.Ace menggenggam tangan Felisha perlahan, menurunkannya dari bibirnya. Dahinya berkerut kesal.“Mereka tidak akan kembali secepat itu,” ucapnya mantap.“Tetap saja… kita harus berhati-hati,” tutur Felisha pelan.Ace menghembuskan napas panjang, menyandarkan punggungnya ke kursi dengan tatapan kosong. Raut k

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 144 - Panggil Namaku

    Meskipun Felisha memang sempat marah pada Ace karena peringatan yang diberikan oleh penggemar berat pria itu, ia tahu bahwa kejadian tadi bukan sepenuhnya kesalahan Ace. Ia harus mengakui, ancaman dari wanita gila tersebut memang memengaruhi suasana hatinya terhadap Ace.Namun ia bingung, bagaimana Ace bisa tahu ia sempat marah? Felisha justru yakin sebelumnya bahwa Ace-lah yang kecewa padanya.“Aku tidak marah, kok,” ucapnya jujur.Ace menaikkan sebelah alis, jelas tidak percaya.“Lalu kenapa kemarin kau tidak mengabariku setelah pulang dari apartemenku?”Sekarang giliran Felisha yang menaikkan alis, heran. “Kupikir justru kau yang marah. Kau pergi begitu saja saat aku mandi.”“Kau tidak membaca surat yang kutinggalkan?”Felisha mendesah pendek. “Menurutmu, surat itu cukup untuk meyakinkanku bahwa semuanya baik-baik saja? Aku tidak berani menghubungimu. Kupikir kau kecewa karena aku mengacaukan malam itu gara-gara salah minum!”Mendengar itu, tawa Ace hampir pecah, tapi ia segera men

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 143 - Karisma CEO Tampan

    Felisha berkedip cepat, menunduk sesaat untuk menyusun kalimat. Namun pikiran yang biasanya tajam terasa tumpul seketika.“Aku… uh…” Felisha menelan ludah. Haruto dan Eric menahan napas, menunggu.“Aku pikir… pesan inti dari produk ini adalah…” Ia berhenti lagi, mengacak rambut pelan karena gugup. “Perasaan nyaman. Maksudku—kenyamanan yang sederhana, tapi berarti. Sesuatu yang bisa membuat orang merasa… pulang, meski hanya lewat satu gigitan.”Setelah mengucapkannya, Felisha memejamkan mata sebentar, malu karena kalimat itu terdengar terlalu puitis untuk standar presentasi proyek. Pipinya memanas.Haruto menganga pelan. Eric sampai memijat tengkuknya, tidak tahu harus berkomentar apa.Ace justru tersenyum—perlahan, penuh apresiasi. Ia menundukkan kepala sedikit, seperti sedang memberi penghormatan kecil.“Itu luar biasa,” ujar Ace, suaranya rendah namun tegas. “Perasaan pulang. Hangat. Aman. Sebuah tempat beristirahat dari kerasnya dunia. Jika itu pesan inti yang ingin kalian sampaika

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 142 - Lembur

    “Operasi…?” Eric mengulang pelan, seakan tak percaya dengan kabar yang baru dibawa Felisha. Ia menatap gadis itu, namun Felisha tidak menjawab sepatah kata pun. Raut wajahnya sudah cukup menjelaskan segalanya—sedih, bingung, dan terpukul. Ia tak ingin mengulang kisah yang masih terasa menyesakkan di dadanya. Sementara itu, Haruto masih duduk di kursi Vin sambil memeriksa komputer sang ketua tim. Tiba-tiba ia terpaku pada sesuatu di layar. “Aku menemukan file konsep proyek yang disimpan satu tahun lalu,” ucapnya, suaranya terdengar lebih serius dari biasanya. “Apa jangan-jangan ini yang dimaksud Tuan Jason?” Refleks Felisha dan Eric mendekat. Mereka menatap layar yang menampilkan mockup dan catatan proyek. “Oh? Ini produk makanan ringan,” gumam Felisha. “Kau yakin, Haruto?” tanya Eric, memastikan. “Apa tidak sebaiknya kita tanyakan dulu pada Tuan Jason sekarang juga?” “Dasar bodoh,” umpat Haruto tanpa mengalihkan pandangan dari layar. “Kau tidak lihat bagaimana dia meremehkan kit

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 141 - Tanpa Kendali

    Felisha langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi kerja begitu memasuki ruangannya. Ia menunduk dalam-dalam, kedua tangannya memijat pelipis yang berdenyut keras. Kepalanya terasa berat—serangkaian masalah datang tanpa henti. Hutang yang menyesakkan, ancaman dari para wanita barusan, dan tekanan batin yang membuatnya hampir menyerah.Ia sama sekali tidak menghiraukan Ace yang sedang berdiri memandanginya dari balik pintu kaca, dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan—campur aduk antara resah, bingung, dan hampa.Kenapa Felisha menjauh?Pertanyaan itu menghantam dadanya. Ada amarah karena ketidakberdayaan, ada cemburu, ada frustrasi. Bahkan setelah resmi berpacaran pun, ia masih kesulitan mendapatkan perhatian gadis itu.Hingga ketika Haruto dan Eric muncul dari ujung lorong, barulah Ace berpaling dan melangkah pergi menuju ruang kerjanya dengan perasaan kacau.“Oh? Kau sudah datang?” tanya Eric terkejut ketika melihat Felisha pagi-pagi sudah duduk dengan wajah nyaris menempel pada meja.“

  • Aku Ingin Kau Jadi Milikku   Bab 140 - Peringatan

    “Begitu, ya? Jadi Ace mau menikahi gadis itu?” Matthew mengulang kata-katanya pelan, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Theo mengangguk mantap, berdiri di hadapannya dengan ekspresi serius. Pagi itu, Theo sebenarnya hanya berniat mengantarkan berkas yang kemarin ia susun bersama Ace. Namun, obrolan ringan berubah menjadi cerita tentang keinginan terdalam Ace. Setelah Theo selesai bercerita, Matthew tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Ia hanya tersenyum tipis, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu yang sudah ia ketahui sebelumnya, atau mungkin sudah ia duga. Theo merasakan dadanya mengencang. Ia mulai menyesal telah membuka pembicaraan itu. Maksudnya baik—ia ingin meyakinkan Matthew bahwa kecintaan Ace terhadap Felisha adalah alasan kuat yang membuat pria itu tetap bertahan mengurus perusahaan. Bahwa Ace telah berubah, dan perubahan itu pantas didukung. Dengan penuh kesadaran, Theo merapatkan kedua telapak tangannya dan menunduk memohon dengan sungguh-sungguh. “Tolon

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status