Share

Aku Istrimu Bukan Pembantumu!
Aku Istrimu Bukan Pembantumu!
Penulis: Adissutria Adiss

Part 1, Penolakan Yang Menyakitkan

"Chelsea!"

Suara teriakan nyonya Andin terdengar sangat nyaring, saat itu Chelsea sedang menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga Bram Wijaya Kusuma, rumah mewah nan megah itu selalu ramai di kala pagi menyapa.

Chelsea buru-buru mendatangi nyonya Andin, yang tak lain adalah ibu mertuanya sendiri. Di rumah mewah itu, Chelsea adalah istri dari Edo Wijaya Kusuma, anak laki-laki satu-satunya dari nyonya Andin Kusuma dan juga Tuan Bram Wijaya.

"I-iya Ibu, aku datang," ucap Chelsea masih memakai celemek sebagai pakaian paginya setiap hari.

"Apa saja yang kamu masak pagi ini, Chelsea? Kenapa kamu sangat lama sekali di dapur!" marah nyonya Andin yang merasa bahwa Chelsea begitu membuang waktu.

"A-ada banyak menu makanan yang aku buat, Ibu. Karena semalam Ibu meminta ku untuk membuatkannya sebagai hidangan sarapan pagi," ucap Chelsea dengan jujur.

"Ya sudah kalau begitu, cepat selesaikan tugasmu, karena sebentar lagi adik-adik ipar mu dan juga suami mu akan segera bangun, jangan sampai mereka kecewa karena menu makanannya terlambat disajikan," titah nyonya Andin menatap tajam ke arah Chelsea.

"Baik Ibu, akan aku usahakan selesai secepatnya." jawab Chelsea patuh.

Dengan langkah pasti, Chelsea kembali ke dapur untuk mengolah kembali makanan yang masih beberapa menu saja yang sudah siap disajikan.

"Semuanya, bantu aku menyiapkan semua ini, aku tidak bisa melakukan itu sendiri," ucap Chelsea meminta bantuan para asisten rumah tangga yang ada di dapur.

"Baik Nyonya, apa yang harus kami lakukan?" tanya mereka dengan sigap mendatangi Chelsea.

"Tolong bantu aku mengupas wortel dan kentang, adik ipar bungsuku mau dimasakkan sup ayam, jadi ini harus cepat, karena sebentar lagi dia pasti bangun untuk sarapan." jawab Chelsea tergesa-gesa.

Mereka dengan cepat mematuhi permintaan Chelsea, beruntung sekali mereka sangat akrab dengan Chelsea. Setelah pernikahan 2 tahun yang lalu dengan Edo, dan sikap keluarga suami yang tidak bersahabat bahkan bisa dibilang tidak begitu menganggap Chelsea sebagai keluarga, membuat Chelsea nampaknya sangat sejajar dengan pembantu yang mengabdi pada keluarga itu.

Namun, Chelsea tidak mempermasalahkan bagaimana buruk nya keluarga sang suami padanya saat itu, bahkan Chelsea sering sekali tidak mendapatkan tempat nya sebagai seorang istri dan juga keluarga di sana.

Pukul 08:00 pagi

Seluruh makanan sudah siap untuk disajikan di meja makan, asisten rumah tangga itu bergegas menyusun menu tersebut dengan begitu rapinya, sementara di saat itu Chelsea pergi ke kamar untuk membangunkan sang suami, suaminya yang sangat sibuk di kantor, harus berangkat pagi sesuai dengan jadwal yang sudah diketahui oleh Chelsea.

"Mas, bangun Mas, sudah jam delapan pagi," ucap Chelsea berusaha menggerak-gerakkan lengan Edo agar ia terbangun.

"Sebentar lagi Chelsea, aku masih ngantuk," tolak Edo yang sangat berat meninggalkan bantal dan guling nya.

"Mas, tidak bisa Mas, ini sudah siang, kamu harus mandi dan bersiap-siap, di meja makan juga kamu harus berkumpul dengan keluarga untuk menikmati sarapan, ayo Mas bangun." jelas Chelsea masih berusaha membangunkan suaminya.

Dengan berat hati, akhirnya Edo bangkit dari tempat tidurnya, lalu ia pergi ke kamar mandi. Saat itu Chelsea mengambilkan kemeja, jas, dan juga celana dasar yang senada dengan jas tersebut. Keringan yang ada di kening Chelsea ia seka begitu saja tanpa meninggalkan bekas.

Setelah keluar dari kamar mandi, Chelsea membantu Edo untuk memakai dasi, lalu setelah itu mengajak Edo pergi ke meja makan.

Di meja makan itu, sudah ada ibu dan ayah mertua Chelsea. Ada tiga adik ipar Chelsea juga yang tengah duduk seolah siap menyantap makanan tersebut.

"Selamat pagi Kakak," sapa Reni melempar senyum pada kakak pertamanya itu.

"Selamat pagi, selamat makan semuanya." jawab Edo duduk di posisinya.

Chelsea melempar senyum, celemek yang ia pakai sudah ia lepaskan, dan dengan penuh bahagia ia buru-buru ingin sampai di samping Edo untuk menikmati sarapan pagi bersama.

"Eets, tunggu! Kakak Ipar mau ngapain?" tanya Raras, menatap ke arah Chelsea yang baru saja ingin duduk di samping Edo, suaminya.

"A-aku ke sini ingin menikmati sarapan pagi bersama dengan kalian," ucap Chelsea dengan nada polosnya.

"Tidak, Kakak Ipar makan saja di dapur bersama dengan para asisten rumah tangga lainnya, karena di meja makan ini, khusus untuk keluarga Bram Wijaya Kusuma saja." jelas Riri, adik bungsu sang suami yang begitu sangat cetus dan bermulut pedas.

Mendengar hal itu tentu saja menyakiti perasaan Chelsea sebagai kakak ipar yang tidak dianggap, namun tak sedikit pun dari mereka yang menghiraukan ucapan Riri yang begitu menyakiti hati Chelsea itu, begitu juga dengan Edo, suami dari Chelsea nampaknya sangat asik sekali menikmati makanannya dengan tenang, tanpa memikirkan perasaan Chelsea yang saat itu sedang berdiri terpaku tanpa suara.

Nyonya Andin tersadar bahwa kehadiran Chelsea yang sudah berkaca-kaca itu justru membuat mood makannya menjadi terganggu, tatapan mata nyonya Andin menyorot tepat di hadapan Chelsea.

"Mau apa lagi kamu di sini, Chelsea? Sudah ke belakang sana, tunggu semua nya selesai makan, baru kamu bisa makan di meja ini!" titah nyonya Andin sama tidak suka nya dengan Chelsea.

"B-baik Ibu." singkat Chelsea menjawab tanpa membantah satu kata pun ketika sang ibu mertua berbicara.

Dengan langkah kaki yang begitu berat, Chelsea pun sampai di dapur. Di sana Chelsea berusaha untuk tidak menangis, karena jika ia melakukan itu tentu saja para asisten rumah tangga yang sedang menunggu untuk membereskan meja makan, akan menyadari semuanya.

"Loh, Nyonya tidak makan juga di meja makan itu?" tanya salah satu asisten rumah tangga yang menghampiri Chelsea.

"Oh, aku nanti saja makannya, rasanya pagi ini sangat lelah karena sudah menyiapkan beberapa menu makanan yang cukup banyak, itu membuat ku sangat kenyang karena mengolahnya," ucap Chelsea menutupi kebohongan yang terpampang sangat nyata.

"Oh, begitu." jawabnya dengan tatapan tidak yakin.

Chelsea tersenyum lalu duduk di antara mereka yang sedang menunggu perintah untuk membereskan meja makan, saat itu para asisten rumah tangga yang ada di samping kanan kiri Chelsea bukan tidak mengetahui apa yang terjadi, di balik diam dan ketegaran Chelsea, ada sedih yang sangat terlihat di sepasang matanya. Meskipun air mata suci itu tidak menetes dengan terang-terangan, namun mereka yakin bahwa di batin Chelsea saat itu ia sedang menangis.

"Chelsea!"

Suara Edo terdengar nyaring, memecah lamunan Chelsea yang sejak tadi duduk tanpa suara. Bergegas Chelsea berlari menghampiri Edo yang sudah meninggalkan meja makan.

"Ya Mas," ucap Chelsea memenuhi panggilan suaminya.

"Ambilkan tas kerjaku di kamar," titah Edo dengan nada tinggi nya.

"B-baik Mas, tunggu sebentar." singkat Chelsea menjawab lalu bergegas pergi.

Beberapa saat kemudian Chelsea datang membawa apa yang diinginkan oleh Edo, lalu dengan kasar Edo meraih tas yang dibawa oleh Chelsea dengan nafas yang tersengal, tatap Edo tajam menatap Chelsea yang saat itu hendak meraih tangan Edo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status