Home / Rumah Tangga / Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju / Bab 5. Kecurigaan Abimanyu

Share

Bab 5. Kecurigaan Abimanyu

Author: Dian Matahati
last update Last Updated: 2023-10-30 13:17:46

"Aku beneran disuruh resign?" tanya Frans mulai pucat mendengar candaan Abimanyu yang sama sekali tidak terdengar lucu baginya. 

Bagaimana akan terasa lucu jika tampang Abimanyu saat mengatakan dua kalimat tersebut terlihat begitu kaku dan lurus tanpa ada senyum sedikitpun? 

"Emang aku tadi nyuruh resign?" 

"Sial!" umpat Frans dengan dengkusan yang khas. 

Dia sudah terpancing dengan permainan kata-kata dari pemilik rumah sakit terbesar di negaranya. Jelas-jelas Abimanyu tidak menyuruh, hanya mempersilakan jika Frans memang berkeinginan untuk resign. Jika Frans tidak ingin, maka seharusnya dia tidak perlu kepikiran apalagi takut kehilangan pekerjaan. 

Jika tidak sedang berada di acara formal, sudah pasti Frans akan menendang bokong Abimanyu atau bahkan memukul kepalanya. Sayangnya meski seakrab itu dengan sang direktur rumah sakit, tapi Frans tidak mungkin melakukan itu di depan umum. 

Lagi-lagi tingkah mereka mengundang tawa yang lain. Hanya Ghea yang tidak merasa senang karena harapannya untuk benar-benar bisa bekerja di Medica Center hanya menjadi gurauan semata. 

'Sekalipun Pak Abi serius memberikan tawaran pekerjaan, belum tentu Mas Hari akan menyetujuinya,' batin Ghea tidak sadar melamun hingga diperhatikan oleh Abimanyu yang menatapnya dalam diam. 

'Dia terlihat kecewa. Apa sebenarnya dia berharap sungguhan bisa bekerja di Medica Center?' batin Abimanyu kemudian.

Obrolan pun berganti saat istri Jeremy menegur saat melihat tanda merah di bagian leher Ghea yang memang diminta suaminya untuk tidak ditutupi make up sepenuhnya. 

"Wah, gairah anak muda pasti lagi membara-membaranya ya? Sampai kelewatan ditutupi make up loh bekasnya," candanya membuat yang lain ikut memperhatikan tanda merah yang dimaksud. 

Ghea miris sekali rasanya mendengar candaan tersebut. Apalagi hanya dia yang tahu jika sebenarnya tanda merah itu adalah memar bekas cekikan suaminya semalam. Belum lagi saat mendengar jawaban Hari yang seakan membenarkan.

Frans terlihat patah hati saat dibuat sadar jika wanita yang dipujanya sudah tidak sendiri lagi. Sedangkan Abimanyu justru merasa ada yang janggal. Keahliannya dalam hal forensik membuat matanya 7 kali lebih jeli dari orang lain untuk menilai sebuah luka di tubuh seseorang. 

Meskipun terlihat sama-sama berupa bekas memar berwarna merah keunguan, tapi Abimanyu menyangsikan jika tanda merah itu merupakan bekas percintaan. Tidak ada alasan yang mendukung, itu murni pemikiran impulsive seorang Abimanyu semata. 

'Mungkin instingku kali ini salah,' batin Abimanyu meski selama ini instingnya tidak pernah salah. 

Sejak kecil Abimanyu sudah sering mendapatkan firasat di luar nalar jika berhubungan dengan keluarganya. Dia seperti diberikan kemampuan khusus untuk merasakan sesuatu jika ada yang lain. Tapi kemudian Abimanyu tidak memikirkan lebih jauh karena Ghea pun bukan bagian dari keluarganya. 

Saat keadaan semakin seru karena yang dibahas menjurus ke arah pembahasan dewasa, Hari didatangi sang asisten yang menepuk bahu dan berbisik singkat. Hari pun dengan terpaksa harus meninggalkan obrolan karena ada hal yang perlu dilakukannya. 

"Aku tinggal sebentar ya?" ijin Hari sambil mengusap lengan istrinya dengan lembut. 

Tidak biasanya Hari membiarkan Ghea lepas darinya di saat berada di jamuan seperti ini. Wajahnya juga terlihat tegang. Sebenarnya Ghea penasaran dengan apa yang dibisikkan Jodi kepada suaminya. Tapi Ghea memilih tidak peduli dan tidak mau ikut campur karena mungkin hanya untuk urusan pekerjaan. 

"Iya, Mas, aku juga mau ke toilet dulu." 

Hari mengangguk dan tidak mempersulit Ghea seperti biasanya. Dia benar-benar bisa bersandiwara dengan baik untuk menjaga citranya di depan orang-orang penting di sekitarnya. 

"Nanti aku kembali ke sini kalau urusanku sudah selesai. Gak akan lama kok." 

"Iya," balas singkat Ghea meski dalam hati dia justru berharap suaminya meninggalkannya lebih lama. 

Jika tidak bersama dengan suaminya, Ghea bisa lebih leluasa mencari relasi yang mungkin lain waktu bisa dimintakan pertolongan jika memang dalam keadaan mendesak. 

Hari pun pergi menjauh bersama Jodi dari kumpulan orang-orang penting yang mengobrol dengannya. Sedangkan Ghea meneruskan niatan ke kamar kecil untuk menuntaskan hajatnya. 

Setelah kembali dari kamar mandi, Ghea kembali ke tempat sebelumnya karena jujur saja Ghea tidak punya orang yang dikenal selain yang sudah dipertemukan dan dikenalkan oleh suaminya. 

Di tempat itu hanya tersisa Abimanyu dan Frans yang belum berpindah tempat. Sedangkan Jeremy beserta istri sudah berpindah tempat dengan menyapa pengusaha lain. 

Frans sangat senang berkesempatan mengobrol dengan pujaan hatinya tanpa adanya Hari. Abimanyu lebih banyak diam dan menyimak bagaimana Ghea menanggapi obrolan Frans dengan santun tanpa berlebihan. 

"Kamu kok udah nikah aja sih, Ghe? Padahal baru lulus S2 dan aku yakin karir kamu bakalan bagus kalau kamu bekerja atau ikut mengurus perusahaan Gauta Farma. Itu perusahaan yang dikelola suamimu sebenarnya milik keluargamu kan?" 

"Perusahaan itu dibangun berdua antara papa dan Om Hardana. Meskipun awalnya saham papa memang lebih besar dan menjadikannya sebagai pemimpin perusahaan. Tapi setelah papa gak ada…" Ghea terlihat sedih saat mengingat papanya yang sudah berpulang. 

Frans dan Abimanyu bisa melihat kesedihan itu dengan jelas. Tapi Ghea lekas menggelengkan kepala karena tidak mau berlarut memperlihatkan kelemahannya di depan orang lain. 

"Tapi setelah Mas Hari jadi suamiku, aku rasa gak ada masalah kalau Mas Hari yang pimpin perusahaan. Karena apa yang dimiliki dia, sama saja punyaku juga kan?" sambung Ghea seperti cara berpikirnya di awal menerima permintaan pengalihan saham milik keluarganya menjadi milik suaminya. 

"Tapi gak harus kasih semua saham juga kali, Ghe! Itu bahaya kalau sewaktu-waktu dia berkhianat. Sorry maksud aku bukan mau nakut-nakutin atau jelek-jelekin suamimu, tapi-" 

"Aku punya kepercayaan yang besar, Kak," sahut Ghea memotong penjelasan Frans yang sudah tahu kemana ujungnya. 

"Kamu percaya sebesar itu sama suamimu?" tanya Frans tidak terima. 

"Aku percaya Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya. Kalau suamiku berkhianat, maka Tangan Tuhan yang akan menarikku keluar dari belenggunya," ('Dan itu yang sedang aku tunggu, Kak. Pertolongan Tuhan yang entah dengan tangan siapa yang akan menjadi perantaranya,' imbuhnya dalam hati).

Frans dan Abimanyu terdiam. Ghea terlihat sangat serius saat mengatakan hal itu. Seperti ada pesan tersirat yang diam-diam membuat Abimanyu kembali kepikiran. 

Kejadian tidak terduga terjadi saat pelayan pesta hendak mengisi ulang gelas-gelas kosong di meja mereka. Karena tersandung, minuman justru menumpahi paha hingga kaki Ghea. 

Ghea mengibas gaun bagian bawah hingga tersingkap dan memperlihatkan bekas cambukan suaminya di atas betisnya yang putih. 

"Itu-?" lirih Abimanyu terkejut bukan main dengan apa yang dilihatnya.

Ghea hanya menggeleng tidak mau menjelaskan apa-apa. Sedangkan Frans yang merespon cepat dengan memarahi pelayan sampai tidak memperhatikan Ghea dan Abimanyu yang sama-sama berwajah tegang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 78. Akhir

    Keheningan masih menggantung di udara, setelah Abimanyu dengan jujur mengungkapkan cintanya. Ghea menatap pria itu lama, seolah ingin memastikan setiap kata yang terucap benar-benar keluar dari hati. “Aku…” suara Ghea bergetar, tapi ia tidak mengalihkan pandangan. “Aku mau menikah denganmu, Bi. Karena aku juga cinta padamu.” Tatapannya melembut, namun ada kerikil kecil di dasar hatinya yang perlu ia keluarkan. “Tapi jujur, sempat ada ketakutan dalam diriku. Aku khawatir kalau alasanmu menikahiku hanya karena rasa bersalah atas apa yang terjadi di masa lalu, antara orang tua kita.” Abimanyu mencondongkan tubuh, meraih tangan Ghea, menggenggamnya erat seolah tidak ingin dilepaskan. “Ghea, kalau hanya karena rasa bersalah, aku tidak akan berani minta kamu jadi istriku. Aku mencintaimu. Dengan cara yang bahkan aku sendiri nggak pernah rasakan sebelumnya. Aku ingin menua bersamamu, apa pun yang terjadi.” Ghea menutup mata sejenak, merasakan kehangatan genggaman itu. Ketulusan dalam

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 77. Menuju Akhir

    Jam di dinding lobi Gauta Farma baru saja menunjuk angka empat sore ketika Abimanyu memarkir mobilnya di depan gedung yang menjulang dengan kaca-kaca besar berkilauan. Dari balik kemudi, matanya sempat menangkap sosok Ghea yang melangkah keluar dari pintu utama dengan setelan kerja sederhana namun elegan: blouse putih dengan rok pensil abu-abu. Rambut panjangnya tergerai lembut, sesekali tertiup angin sore Jakarta yang mulai padam.Ada sesuatu yang selalu membuat Abimanyu sulit mengalihkan pandangan dari perempuan itu. Bukan hanya karena kecantikan yang tampak, tetapi juga aura tenang yang selalu membuatnya merasa… pulang.“Maaf nunggu lama, ya?” tanya Ghea sambil membuka pintu mobil. Senyum tipisnya seperti biasa—bisa meluruhkan benteng keras di hati Abimanyu.“Enggak, aku juga baru aja sampai,” jawab Abimanyu, mencoba terdengar santai meskipun sebenarnya sudah menunggu hampir sepuluh menit.Mobil itu pun melaju pelan meninggalkan gedung Gauta Farma. Sepanjang perjalanan, keduanya s

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 76. Jawaban Ghea

    “Kamu kenapa, Sayang?” Gita melihat Ghea seperti tidak nafsu makan. Makanan di atas piringnya hanya diaduk tanpa berniat dimasukkan ke mulut. “Apa ada masalah yang kamu sembunyikan dari Mama?” tanya Gita lagi, karena Ghea masih bergeming. “Sebenarnya …,” Ghea menjeda ucapannya. “Sebenarnya ada apa, Sayang?” Ghea menatap mata mamanya yang menunggu jawaban. Dengan ragu-ragu, Ghea pun bercerita tentang ajakan Abimanyu untuk bertemu dengannya, dan belum dibalas olehnya. “Sebenarnya Abi ngajak ketemu, Ma. Dan aku belum kasih jawaban dari kemarin.” “Loh, memangnya kenapa? Kamu gak mau ketemu sama dia?”“Aku … bingung, Ma. Aku gak tau gimana dengan perasaanku ini. Aku pengen ketemu dia, tapi aku takut.” “Takut? Takut kenapa?” “Aku takut kebawa perasaan, Ma.”Gita akhirnya paham. Seorang wanita, saat merasa jatuh hati pada seorang pria, tetapi tidak yakin jika perasaannya berbalas, pasti akan merasakan keresahan yang teramat sangat. Dan itulah yang sedang dirasakan Ghea saat ini. “K

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 75. Ajakan Bertemu

    Abimanyu hanya terdiam saat ditandaskan dengan pernyataan tegas Gita. Keterdiamannya menjadi asumsi mereka yang melihat, jika cinta tidak benar-benar ada untuk Ghea. “Saya sangat berterima kasih dan mengapresiasi semua bantuan kamu untuk saya dan putri saya, Nak. Namun, jika balasannya adalah pernikahan tanpa cinta, saya minta maaf lebih baik kami membalas budi dengan cara lain. Saya tidak bisa mempertaruhkan kebahagiaan putri saya. Menebus semua kesakitannya saat menikah dengan orang yang sebelumnya saja, saya tidak bisa. Mana mungkin saya akan membiarkannya mengulang kesalahan yang sama.”“Tante, Oppa-ku gak akan nyakitin Eonni Ghea. Aku kenal dia siapa. Dia gak akan memperlakukan Eonni Ghea dengan buruk, Tante.” Keiza yang tidak tahan melihat Abimanyu tanpa pembelaan, akhirnya bersuara lebih dulu. Liam memegang lengan putrinya untuk menghentikan perkataannya karena yang lebih berhak berbicaralah ada Abimanyu sendiri. Barulah Keiza tidak melanjutkan bujukannya. “Saya tau nak, Kei

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 74. Tindakan Gita

    Kabar tentang hukuman yang dijatuhkan untuk Sanjaya sudah sampai di telinga Alea yang masih di Penang bersama putrinya. Tentu saja berita itu menjadi berita buruk karena lamanya hukuman yang diterima sang suami tidak main-main. “Bagaimana mungkin aku bisa melewati sepuluh tahun tanpa kamu, Mas?” ratapnya. Walaupun Abimanyu memang sudah mengcover segala biaya hidup dan berobat Qila, tetapi dukungan secara moril dan kebersamaan dengan sang suami tentu saja akan dirindukan Alea. Apalagi mendampingi pengobatan panjang putri mereka satu-satunya. Alea terpaksa menyembunyikan kondisi yang sebenarnya pada sang suami dari Qila. Dia tidak mau proses pengobatan putrinya menjadi terganggu jika tahu papanya mendekam di penjara. Apalagi jika tahu alasan papanya sampai dipenjara adalah demi biaya pengobatannya ke Penang selama ini. “Ma.” Alea menoleh dan menghapus air matanya sebelum menghampiri putrinya yang baru terbangun. Dia tidak mau sang anak sampai tahu jika dirinya baru saja menangis. A

  • Aku Istrimu, Bukan Samsak Tinju   Bab 73. Hukuman

    Sejak dari persidangan, Ghea menjadi lebih pendiam. Gita yang merupakan ibu kandungnya tentu saja sangat peka akan perubahan putri semata wayangnya. “Mama perhatikan, kamu sepertinya agak berbeda, Sayang. Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanyanya. Gita hanya menggeleng kecil. “Jujur sama Mama. Apa ini soal putranya Zahera?” “Dari pertama Mama selalu panggil Pak Abi dengan sebutan anaknya Nyonya Zahera, kenapa gak sebut anaknya Tuan Liam? Apa karena Mama sudah tahu kalau Pak Abi Itu bukan putra kandungnya Tuan Liam?” “Mama memang sudah tahu, tapi Mama juga gak tahu siapa papa kandungnya, karena Zahera gak pernah cerita dan Mama juga gak mau tanya karena takut membuatnya teringat masa lalu.” Gita pun menceritakan tentang alasan perceraian Zahera dengan papa kandungnya Abimanyu versi yang dia ketahui. Tentang pengkhianatan Sanjaya pada Zahera selama mereka menikah, dan baru diketahui saat Abimanyu sudah sekolah SD. “Sejak resmi bercerai, setahu Mama mereka memang kehilangan komu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status