Share

06. Cemburu

“Sayang ada apa? Kenapa kamu melihat dia seperti mau marah gitu?” tanya Ardan sambil merangkul pinggang ramping Delia. Aluna melihatnya, bohong kalau dia tidak cemburu, tapi apalah daya Ardan lebih menyukai wanita seksi itu daripada istrinya yang cacat.

“Oh enggak apa-apa, Sayang.” Delia mendaratkan satu ciuman di pipi suaminya membuat Aluna semakin tidak tahan dengan kelakuan mereka.

Akan tetapi dia tidak mau bertindak gegabah, sebisa mungkin menahan hati agar bersikap tenang.

Wanita cantik itu tetap melayani tamu yang datang. Tamu kehormatan bagi mereka sehingga semuanya sangat bahagia menyambutnya. Gelak tawa masih terdengar sampai balik pintu dapur. Dengan kaki pincang Aluna masih tetap mengatur hidangan itu agar terlihat rapi di meja makan. Dia tidak ingin membuat Ardan kecewa.

“Sayang, bagaimana kalau kita makan dulu, Tante sudah menyiapkan makanan kesukaanmu, pasti kamu akan ketagihan deh,” ucap Bu Rini bersemangat.

“Tante tahu aja kalau perut Delia lapar.” Delia dan lainnya pun sama-sama pergi ke meja makan. Wangi dari masakan itu sudah tercium dari ruang keluarga. Sampai di meja makan pun Delia sangat antusias dan langsung duduk menatap semua hidangan itu.

“Tan, Deli enggak sabar mau makan, bisa kita mulai sekarang?”

“Tentu saja, Sayang. Ayuk makan sepuasnya jika kurang kamu bisa tambah atau minta dibuatkan lagi.”

“Serius, berarti selama Delia tinggal di sini bisa pesan makanan sesuai yang Deli mau?” tanya balik Delia penuh semangat

“Iya sayang apa pun,” jawabnya sambil melirik ke arah Aluna.

Semua menikmati masakan Aluna, tapi wanita cantik itu tidak bisa duduk bersama di meja makan. Ardan sudah memperingatinya untuk segera menjauh setelah selesai menyiapkan hidangan itu. Mbok Asih dan Sarah tidak bisa membela karena mereka hanyalah pembantu. Mbok Asih dan Sarah sama-sama berusaha untuk menghibur Aluna agar tidak bersedih meskipun mereka tahu kesedihan wanita cantik itu pasti akan terus berlanjut apalagi dengan menginapnya Delia di rumah besar ini.

“Bu Luna baik-baik saja toh?” tanya Mbok Asih sedikit khawatir.

“Luna sudah biasa, enggak apa-apa kok Mbok. Mbak Delia sangat cantik ya Mbok, kalau boleh jujur Luna memang sangat iri, pantas saja Mas Ardan sangat mencintai Mbak Delia. Pria mana pun pasti akan terpikat olehnya,” sahut Luna saat mereka berada di taman belakang.

Mbok Asih bisa melihat dan merasakan begitu sedihnya Aluna yang tidak dianggap sebagai istri, bahkan pikirnya mungkin jika dia diposisi Aluna sekarang tidak akan kuat.

Wanita paru baya itu pun duduk di sebuah gazebo. Pandangan Aluna lurus ke depan. “Apa yang Bu Luna pikirkan sekarang?”

“Jangan panggil Bu, dong Mbok, Luna masih muda, panggil Luna atau apa yang penting enggak ada Ibunya,” protes Luna dengan bibir mengerucut.

“Iya deh maaf, Neng Luna aja ya,” sahutnya sambil terkekeh.

“Mbok tahu, Luna juga tidak mau menikah dengan Mas Ardan, dia terlalu sempurna buat Luna, tapi ...

“Neng, Mbok masih bingung tapi jangan tersinggung ya , mohon maaf sebelumnya. Apakah cacat Neng itu dari lahir atau kecelakaan? Soalnya kalau cacat lahir tidak seperti ini bentuknya, Mbok rasa kaki Neng ini cacat karena kecelakaan ya?” tanya Mbok Asih yang sedari tadi memperhatikan kaki cacat. Aluna bingung untuk menjawab karena memang dia tidak ingin banyak yang tahu kejadian yang sebenarnya. Saat ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba saja “Taraaaaa ... Sarah datang dengan membawa nampan besar yang berisi tiga piring nasi lengkap dengan lauk pauknya.

“Wah kamu tambah pintar saja, kebetulan saya juga lapar, kita makan sekarang?” Mbok Asih mengambil piring itu untuk Aluna dan dirinya. Mereka duduk bersama. Namun, saat ingin menyiapkan makanan itu terdengar suara Bu Rini memanggil. Mau tak mau Aluna melepaskan piring itu dan menaruhnya kembali.

“Neng, biar saya saja, Neng makan dulu ini sudah jam tiga Neng belum makan siang loh.” Mbok Asih mengingatkan.

“Enggak apa Mbok, lagian Mama memacari Luna bukan nama kalian, kata orang jangan membangunkan singa yang lagi tidur,” jawab Aluna sambil terkekeh.

“Berarti Bu Rini singa dong,” celetuk Sarah.

“Hussth nanti kalau ada yang dengar kita kena marah lagi,” sahut Mbok Asih.

Aluna segera pergi dari sana, sedikit sakit tapi dia berusaha untuk cepat melangkah meskipun harus tertatih-tatih.

“Aluna! Di mana kamu?” teriak Bu Rini berkali-kali meskipun dia tahu kalau Luna berada di taman belakang. Tak lama kemudian dengan berjalan pelan dan terlihat oleh Bu Rini.

“Lihat begitu susahnya dia berjalan, bagaimana kamu menemani Ardan dana segala acara, sangat memalukan! Saya jadi bingung dengan suami saya kenapa kamu begitu istimewa sampai orang miskin sepertimu bermimpi menikah denganmu?” sindir Bu Rini ketus.

“Maaf Ma, tadi Mama panggil Luna?” tanyanya saat setelah sampai di hadapan Bu Rini.

“Pakai nanya lagi, ya jelaslah siapa lagi kalau bukan kamu, Ayuk ikut saya!” bentaknya dan melangkah pergi kembali ke meja makan. Aluna pun mengikutinya.

Bu Rini kembali duduk, sedangkan Aluna masih berdiri menunggu perintah dari sang mertuanya.

“Begini Lun, kamu sudah dengar kan apa kata Ardan kalau mulai hari ini Delia akan tinggal bersama kita. Dan saya mau kamu lah yang melayani semua kebutuhannya selama dia tinggal di sini, kamu bisa kan?” tanya Bu Rini dengan tatapan mata yang tajam.

Begitu juga dengan Ardan dan Delia yang begitu senang karena bisa bersama lagi. Luna hanya mengangguk dan menggerakkan tubuhnya untuk mengambil koper milik Delia agar bisa menyeretnya ke kamar.

“Hey kamu, kemarilah!” bentak Bu Rini.

Aluna berhenti dan menoleh ke arah Bu Rini. “Ada apa Ma?” tanya Luna bingung sekaligus penasaran.

“Kamu bawa koper itu di lantai dua, tanpa menggunakan lift, bisa kan?” tanya Bu Rini dengan senyuman mengejek. Sedangkan Luna terdiam melihat anak tangga yang akan banyak dilewati dengan kakinya seperti itu.

"Ya Allah, bawa dua koper besar itu dengan menaiki anak tangga itu? Apakah aku bisa?" batin Alina.

Bu Rini berdiri dan menghampiri luna. "Saya mau lihat sampai di mana nyalimu untuk bisa menaiki anak tangga itu dengan kakimu yabg cacat, agar kamu sadar kalau kamu tidak pantas untuk anak saya," ucap Bu Rini sedikit berbisik di telinga Aluna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status