Ting!
Pintu lift terbuka dan menampilkan situasi lantai paling atas, sepi. Tapi itu tidak membuat Aluna merasa horror, dia justru tersenyum senang karena matanya langsung bisa membaca di mana letak ruangan Daffin. Tanpa berlama-lama dia langsung berlari mengampiri pintu didekat kaca besar pada ujung ruangan. Mengabaikan meja sekretaris yang juga kosong, Aluna dengan pelan mendorong pintu yang untungnya tidak terkunci.
“Hai!” sapa Aluna. Tidak sia-sia usaha Aluna untuk datang ke kantor Daffin dengan alasan mengumpulkan tugas. Orang yang ingin dihampiri sekarang tengah duduk dengan beberapa kertas ditangan.
Haha… iyasih mengumpulkan tugas, tapi berkedok modus bertemu si dosen. Itu tujuan utama Aluna.
“Dibalas kek kalau disapa.”
Berjalan mendekati meja kerja Daffin, menatap pria yang sekarang juga menatap dirinya tapi dengan tatapan tajam. Ya Aluna juga pantas ditatap seperti itu karena dia seenaknya masuk keruangan oran
Happy reading***Sudah lebih dari lima menit Aluna berdiam diri dalam kamar mandi, gadis ini tidak melakukan apa-apa kecuali memandangi cermin. Memperhatikan penampilannya yang dikomen oleh sang kakak sebagai style gadis muda pergi berlibur. Aluna merasa penampilannya saat ini tidak ada yang salah, masih normal-normal saja untuk gadis di Canada.“Terus apa yang salah?” bisik Aluna bertanya pada cermin.Ada apasih Aluna? Kamu ke toilet begitu lama karena ingin berkaca? Oh God, sudah cantik jadi apa yang perlu dilihat.“Hais… mata perempuan itu memang mau dicolok.” Sudah jelas jawabannya jika Aluna ke kamar mandi karena ditatap aneh oleh sekretaris Daffin.“Sudahlah, yang penting aku merasa cantik.”Tidak mau berpikiran aneh-aneh lagi, Aluna merapikan lagi pakaiannya yang tidak berantakan sama sekali. Mengembangkan senyum lantas memutar tubuh, berjalan keluar dari kamar mandi. Hanya untuk berk
Happy Reading***“Bodoh!” satu kalimat keluar dari bibir Daffin saat kedua matanya terbuka dan mendapati dirinya dan Aluna tidak memakai pakaian apa pun.Kepalanya dengan keras mengingat kejadian apa yang telah mereka lalui beberapa jam lalu. Ingin rasanya Daffin memukul semua benda di dekatnya saat mengingat apa yang sudah mereka lakukan. Tangannya terangkat keatas menyugar rambut kebelakang saat matanya melihat tubuh Aluna menggeliat pelan.“Shit! Apa yang sudah aku perbuat?!” Daffin mau mampus mengingat bagaimana gilanya dia mencumbu Aluna dan sekarang dia terbangun dengan kondisi masih di atas ranjang yang sama tanpa sehelai kain pun.“Hah…” membuang napas kasar, Daffin dengan semua pikirannya ingin segera melenyapkan diri. Meniduri seorang gadis? Ah tidak, yang masih lelap tidur disampingnya sudah bukan gadis lagi melainkan wanita. Mampus sudah nyawa Daffin ditangan Mamanya jika ditahu bercinta denga
Happy Reading***“Kalau orang bertanya itu dijawab Daffin bukan malah kamu suruh diam,” tekan Aluna. Mengambil posisi duduk dihadapan Daffin, sekarang mereka tengah bertatapan dengan kabut yang berbeda.Aluna terlihat biasa saja, sementara Daffin merasa begitu aneh dengan posisi mereka. Ayolah jelas Daffin merasa aneh, dia baru saja meniduri Aluna kemarin sore. Tidak mungkin kan dia akan terlihat biasa saja.“Lihat aku gitu banget, kenapa? Ada yang aneh?”Jangan kalian kira Aluna tidak tahu ada apa dengan Daffin, yang mengalami itu mereka tapi ya sekedar basa-basi agar bukan suara jangkrik yang memenuhi mereka.“Kamu tidak datang untuk marah-marah dan merusak kantor saya kan?” Haha… jika kalian menjadi Aluna mungkin kalian akan tertawa karena melihat mimik lucu Daffin. Pria yang biasanya berwibawa itu kini menatap parno wanita di depannya.“Ck! Jadi kamu kira aku kesini untuk mengacau?
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy reading *** Harus kita mulai dengan apa bab ini? Bingung, sangat bingung sama seperti Aluna yang saat ini duduk dengan kepala menunduk menatap ubin putih di depannya. Wanita ini tidak tahu harus memposisikan dirinya di mana? Dia seperti orang asing di rumah sakit tempatnya berada. Ya kalian tahu kalau di bab sebelumnya Mama Daffin pingsan bukan, sekarang Aluna tengah duduk di depan kamar rawat inap Mama Daffin. Masuk? Jangan gila, Aluna tidak punya keberanian untuk itu. “Mana berani aku masuk, aura Papanya saja sudah mengintimidasi,” bisik Aluna pada ubin putih di depannya. Tadi saat melihat pria tua yang ternyata Papa Daffin membuat Aluna bergidik ngeri. Aluna jadi tahu dari mana sifat dingin dan tidak bersahabat Daffin berasal. “Hah…” Menghela napas lelah, Aluna pusing dengan semua yang terjadi padanya. Semuanya begitu singkat, sesingkat kedatangannya ke Canada. Dia datang ke Canada
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“Aku membebaskanmu bersama pria lain.”Tersenyum mengejek, benarkan tebakan Aluna, memang ada yang tidak beres dengan tawaran menikah Daffin. Menatap remeh Daffin yang masih menatapnya. Kalau tempat mereka bicara bukan rumah sakit, mungkin Aluna sudah mengeluarkan teriakan nama binatang pada Daffin.“Kamu tahu, sikap kamu terlalu bajingan Mister Adelard,” ucap Aluna dengan penekanan dikata bajingan.“Semua sifat saya akan kamu ketahui setelah kita menikah nanti, seberapa bajingan pria di depan kamu sekarang,” balas Daffin dan langsung ditanggapi anggukan kepala oleh Aluna.Kita sudah tahu bukan kalau dari awal cerita ini dimulai seorang Aluna Grazella Xavier adalah gadis gila, jadi tidak heran jika saat ini Aluna malah tersenyum dengan tawaran menikah Daffin.“Aku terima lamaran luar biasa kamu,” berbisik pelan, Aluna mende
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy reading *** “Salina,” tegur Papa dengan tatapan memperingati. Jelas tatapan itu membuat Aluna meneguk ludah, astaga lebih parah dari Daffin. “Benar kan Pa, kak Daffin selama di Canada mana pernah dekat dengan perempuan, aku saja hampir mengira dia berkelainan.” Salina menghendikkan bahu, dia tidak merasa bersalah sudah mengejek kakaknya, karena memang benar itu yang terjadi. “Begini anak Mama Aluna, suka saling ejek satu sama lain. Pusing kepala Mama dengan ulah mereka.” “Hehe… Aluna juga kalau di rumah pasti suka adu mulut dengan kak Adnan,” tutur Aluna dengan senyum anehnya. Bahkan dia dengan sang kakak lebih parah, sampai bisa saling adu jambak kalau bertengkar. “Jadi kak Aluna kenal kak Daffin dari mana?” tanya Salina dengan tangan menyodorkan sepiring potongan apel kehadapan Aluna. Diam, Aluna kembali mengingat dari mana dia mengenal Daffin. Memejamkan mata saat Aluna d
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***Tap.Langkah Daffin terhenti tepat di depan pintu lift yang tidak jauh dari posisi Aluna. Menoleh menatap wanita yang masih diam dengan tangan terlipat di depan dada. Memejamkan kedua mata, Daffin tidak menyangka akan menikah dengan wanita seperti Aluna, sungguh sial.“Rooftop.”Satu kata singkat dari Daffin yang langsung membuat Aluna melangkahkan kaki ikut masuk ke dalam lift.“Emmm tapi kenapa rooftop? Kita ke tempat yang lebih romantis saja yuk,” ajak Aluna dengan hati setengah ingin dan tidak.“Kita tidak sedekat itu untuk duduk berdua di tempat seperti itu.” Daffin tetap menatap ke arah depan. Memberitahu Aluna kalau di antara tidak ada hal special yang harus dipertunjukkan.“Tapi kan seenggaknya kita bisa lebih dekat Daffin, mau jadi suami istri jadi harus-”“Aluna bisa diam tidak?”Tin
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***“Kenapa?” Kali ini Daffin agak bingung, sebenarnya jika dilihat surat perjanjian yang dia buat sudah sangat menguntungkan bagi Aluna.Why? Poin nomor satu, setelah Aluna melahirkan anaknya akan diserahkan seutuhnya pada Daffin. Nomor dua, Daffin membebaskan Aluna untuk melakukan apa yang dia mau asal tidak mengganggu semua urusan Daffin, begitu juga sebaliknya. Nomor tiga, mereka berdua berhak dekat dengan siapa pun bahkan boleh memiliki hubungan dengan orang tersebut. Ke empat, mereka akan tinggal terpisah setelah dua minggu umur pernikahan. Ke lima, mereka harus terlihat seperti pasangan suami istri pada umumnya di depan keluarga besar keduanya. Ke enam, tidak ada hubungan badan setelah menikah. Terakhir, Daffin akan tetap menjalankan perannya sebagai suami, memberikan Aluna uang belanja bulanan sesuai keinginan pihak wanita.“Kamu tidak akan rugi Aluna, apalagi dengan po