Share

BAB 6. Belum juga kapok.

Siapa Dewi? Akte lahir ini jelas sekali milik Fia. Kuturuni anak tangga mencari keberadaan Mas Eko, aku akan tanyakan langsung padanya jika dia tidak mau menjawab maka aku yang akan mencari jawabannya sendiri. Aku memang bukan tipe orang yang nrimo dan pasrah dengan keadaan apa pun akan aku cari tahu dan perjuangkan.

"Mirna, Bapak ke mana?"

"Tadi ada di sini Bu, duduk di sofa tamu sedang menungguku membereskan berkas-berkas ini." Tanpa menyahut lagi ucapan Mirna, aku menyusuri halaman depan. Ternyata Mas Eko sedang menelepon seseorang.

"Baik segera kamu urus semuanya Ji, nanti bagianmu akan aku transfer lebih, Adikku membutuhkan untuk memperbaiki mobilnya," ucap Mas Eko pada seseorang di telepon.

"Kalau bisa siang ini harus sudah selesai ya, istri mudaku juga butuh untuk bayar kontrakan, ingat Ji hanya kita yang tahu, jaga rahasia kita," katanya lagi lalu menutup telepon.

"Iya, halo Sayang, sabarla kamu jangan uring-uringan begitu aku juga pusing. Kamu itu sama aja dengan Lisa enggak mau nurut, kan Aa' sudah bilang kamu tinggal saja di kampung seperti selama ini lihat karena kamu nekat kita jadi ketahuan!" Kali ini Mas Eko sudah kupastikan sedang berbicara dengan ulat keket itu.

"Ya, nanti kalau Aa' enggak bisa bayar lagi kamu pulang saja biar semua aman, kalau sudah begini urusan jadi terkendala semua! Ya, sudah Aa' mau kerja dulu nanti Lisa tahu bisa kena semprot lagi." Mas Eko menutup obrolannya dan kaget melihatku yang ada di belakangnya.

"Dik, se—jak kapan kamu di sini?" tanyanya terbata-bata.

"Sejak dari tadi kamu teleponan, Mas," jawabku santai Mas Eko makin salah tingkah. Dia menggaruk kepalanya yang tidak galat.

"Em, oh, itu, tadi telepon teman Mas ada mau pinjam duit buat benerin mobil yang dipakai Salsa," jawabnya tanpa kutanya.

"Pinjam duit kok, Mas sendiri yang akan transfer?" tanyaku telak.

"Eh, itu, ya, suda, Mas mau masuk mau pindahin meja admin ke ruangan atas," ucap Mas Eko gugup lalu berlalu begitu saja. Awas saja Mas jika benar dugaanku tidak segan-segan segan aku seret kamu ke polisi.

Sepertinya aku harus urungkan niatku menanyakan siapa Rosalina, apa dia juga istri Mas Eko. Arrgh aku berjuang mati-matian di negeri orang malah Mas Eko seenak sendiri main perempuan. Tahu begini aku sudah tidak sudi dari dulu dengannya.

Orang tuaku selalu bilang kalau Mas Eko menantu yang baik selalu membantu pekerjaan bapak jika tidak kerja, apa memang orang tuaku yang terlalu lugu jadi mudah dibohongi?

"Mir, kok mejanya belum diangkat? Sekarang Bapak di mana?”

"Kata Bapak nanti saja Bu, nunggu ada kawan yang bantuin. Bapak naik ke atas.”

"Memang supir yang dua tadi ke mana, Mir?"

"Sudah pulang Bu, istirahat besok pagi narik lagi."

Kususul Mas Eko ke atas. Benar-benar keterlaluan, angkat meja segini saja tidak kuat.

Benar saja dia sedang asyik main games, dasar enggak bertanggung jawab!  "Mas! Kamu ya, benar-benar keterlaluan aku sudah minta tolong dari tadi untuk angkat meja Mirna. Kubaca kok, kamu malah enak-enakan main  games begitu!" teriakku, Mas Eko kaget dan langsung ngacir ke bawah.

"Punya istri mentang-mentang bisa cari duit jadi semena-mena sama suami, besok kamu kalau punya suami jangan begitu Mir, enggak baik. Terlaknat dan durhaka." Samar-samar kudengar nasihat konyol Mas Eko pada Mirna. Mereka tampak kesusahan mengangkat meja ke atas sini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status