"Baiklah. Itu tadi penampilan dari Daniel Collins dengan judul lagu Go Away, yang sekarang berada di urutan nomor sepuluh tangga lagu minggu ini. Daniel, silahkan bergabung kembali."
Daniel berjalan mendekat dan memberikan senyumnya pada Gadis muda yang membawakan acara di BBC pagi ini. Gadis itu menyambut Daniel serta memberikan gesture agar Daniel kembali duduk di sofa panjang yang disediakan untuk tamu yang datang ke acara ini. "Jadi Daniel, bagaimana perasaanmu saat lagu mu berada di sepuluh besar Tanggga Lagu? Tolong ceritakan padaku!" Daniel yang pagi itu menggunakan kemeja berwarna abu abu dengan aksen garis garis tipis berwarna putih pada lengannya, berusaha untuk menahan senyum angkuhnya. "Amazing." ujarnya disertai tawa bahagia yang mungkin tidak mencapai sudut matanya. Tentu karena Daniel setengah berakting. Daniel bahagia, tentu saja. Ini pencapaian terbaik lagunya sepanjang karir bermusiknya. Tapi sepuluh besar setelah hampir empat bulan single ini keluar, itu bukanlah pencapaian yang dia targetkan. Daniel ingin lebih dari itu. Dan ini adalah lagu penjembatan menuju album ketiganya. Daniel sangat paham tentang bagaimana sakralnya album ketiga. Menurutnya, album pertama adalah hidangan pembuka, kau bisa membiarkan dunia mencicipi musikmu tapi kau tidak boleh terlalu banyak berharap. Kemudian, album kedua biasanya adalah fase eksplorasi para pemusik. Biasanya, mulai mengembangkan ide bagaimana Sang Pemusik ingin dikenang serta oleh tipe pendengar seperti apa musiknya ingin dicintai. Jika, kau tidak cukup sukses dengan album pertama dan kedua. Kau masih bisa dimaafkan. Tapi album ketiga adalah penentuan. Daniel bisa membuktikan diri lewat album pertama dan album keduanya di pasar musik Internasional. Bahkan, beberapa negara lain di Eropa. Tapi, belum ada yang berhasil menembus pasar Amerika. Produsernya menawarkan Daniel beberapa opsi dari label yang menaunginya. Mengubah image dan juga berarti mengubah musiknya dengan genre yang lebih mudah diterima pendengar. Atau kolaborasi untuk single andalan dengan beberapa nama terkenal yang sedang terkenal di pasar musik Amerika. Daniel lebih condong pada opsi yang kedua jika saja nama nama yang ditawarkan padanya bukan nama nama yang musiknya ia anggap sampah. Daniel tiba tiba saja bisa mendengar kata kata sinis produsernya yang dilontarkan kepadanya. "Kau tidak bisa mendapatkan segala yang kau inginkan, Collins." Daniel benci karena ada nama belakangnya pada kalimat itu. Butuh seni untuk membuat nama keluarga yang sebenarnya netral terdengar seperti ejekan atau kata kata yang mencemooh. Dan biasanya Daniel lah yang lebih jago soal hal itu. Daniel menarik nafas dan berusaha menyingkirkan pikiran soal tawaran beberapa solusi lain yang diberikan padanya. Memfokuskan pandangannya pada bros mawar yang dikenakan pembawa acara berblazer hitam yang ada di depannya. "Kau tahu, seringkali kesuksesan harus dicicipi sedikit demi sedikit." Daniel menambahkan senyuman pada Gadis muda yang sudah mewawancarai dirinya selama lima belas menit sebelumnya. Kini Pembawa Acara tersebut menatap Daniel dengan tatapan yang sangat terkesan. 'Sampah!' Maki Daniel dalam hati. Daniel sama sekali tidak percaya soal kerja keras yang bisa mengubah sesuatu. Dia dibesarkan dengan prinsip bahwa ada sebagian orang yang memang ditakdirkan untuk berhasil di suatu bidang. Dan sebagian lain hanya sekedar pelengkap penderita. Daniel berhasil di akting, di bisnis dan di dunia sosial. Ada beberapa cacat memang untuk catatan sifat angkuh Daniel. Tapi ia merasa wajar untuk bersikap angkuh, ia berhak untuk angkuh dengan segala pencapaiannya saat ini. Tapi untuk di dunia musik, itu adalah cerita lain. Daniel berbakat, Daniel punya cukup uang untuk membuat musiknya sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa ada campur tangan banyak pihak, meksipun bukan berarti menyingkirkan keseluruhan mereka yang ingin ikut campur tangan. Daniel punya banyak fans fanatik yang akan membeli apapun yang ia lempar ke pasaran. Tapi tetap saja, untuk musik, Daniel adalah golongan kedua. Pelengkap penderitaan. Daniel dituntut untuk menjadi golongan yang pertama di setiap bidang yang digelutinya. Ia tahu, karena ia sudah membuat dirinya sendiri yang menuntut hal itu. Dan dia harus terus berada di posisi itu.Ariana butuh lebih banyak alkohol untuk menyingkirkan pikiran tentang adegan ciuman mereka yang diulang berkali kali. Dan ketidakmampuan Ariana untuk mengendalikan pandangan matanya dari bibir pemuda itu. Shit!Mengapa semesta sepertinya tidak ingin membiarkan Ariana berada dalam mood bagus terlalu lama."Selamat malam semuanya." Getaran pita suara ikut terekam di speaker yang ada di sekeliling taman.Ariana berbalik dan menemukan Rafael di panggung berukuran sedang di ujung taman. Panggung yang tak begitu tinggi dibangun dengan kayu mahoni yang dicat putih. Ariana mencatat dalam kepalanya bahwa ia menyukai hiasan mawar merah di sekitar dedauanan yang menjadi dekorasi."Oke. Baiklah. Tenang saja!” Ucap Rafael seperti pada dirinya sendiri. “ Ini tidak akan ada pidato part dua. Hanya sedikit ucapan terima kasih pada kalian semua yang menyempatkan datang. Dan yah… seperti yang saya ceritakan untuk kata kata pembuka film ini terinspirasi dari cerita dalam sebuah puisi yang saya minta untu
Pesta berlangsung hangat dan menyenangkan, musik jazz mengalun ringan diselingi beberapa penyanyi kenalan Rafael yang datang dan menyanyikan lagu andalan mereka di panggung sederhana. Ariana selalu merasa kagum dengan kemampuan Rafael untuk membuat pesta di antara selebrita dan sosialita yang digelarnya, tidak terasa seperti kumpulan mereka yang gila perhatian dikumpulkan dalam satu ruangan.Entah mengapa, pesta yang diadakan Rafael selalu berhasil terasa lebih ramah lingkungan untuk mereka yang semi semi introvert seperti Ariana. Yah, setelah dipikir ulang mungkin karena Rafael juga semi introvert seperti dirinya."Menikmati waktumu, Smith." Sebuah sapaan ringan tetapi terdengar sangat menyeramkan.Ariana berharap ia tidak dibesarkan sebagai gadis bangsawan Inggris yang ramah pada saat saat seperti ini. Ariana lebih berharap ia adalah remaja apatis, yang memang tidak perlu banyak basa basi dengan orang lain. Apalagi, orang yang memiliki tempat kurang berkenan di hatinya. Tapi sayan
"Peran yang kau mainkan kali ini mempunyai adegan dewasa yang cukup panas? Benar?" Sebuah Pertanyaan mengejutkan dari Pembawa Acara tersebut yang sangat keluar jauh dari perkiraan Daniel.Daniel tidak tahu harus menjawab dengan kalimat apa pertanyaan tersebut, jadi ia hanya mengangguk sambil melebarkan senyum 'ramah' miliknya."Dan lawan mainmu adalah Ariana Smith yang seperti kita tahu memang seorang model Victoria Secret dan pernah terlibat sebuah skandal di masa lalunya. Bagaimana tanggapanmu mengenai hal ini? Karena kami dengar ini juga jadi isu yang hangat diperbincangkan di antara para fans."Daniel mengumpulkan sedikit senyumnya dan berusaha agar tampak serius ketika menjawab pertanyaan ini. Daniel sepertinya cukup paham, kemana alur pertanyaan ini."Sama sekali tidak ada yang mengganggu soal fakta itu. Menurut saya, Ariana Smith adalah aktris yang baik. Seperti jawaban sebelumnya, menjadi aktris berarti mengeksplorasi berbagai sisi manusia. Tidak peduli kau merasa nyaman atau
Menurut Daniel, Ariana telah mematahkan teori yang sudah Daniel tanamkan di kebanyakan orang. Ketika Daniel berpikir bahwa akting orang orang sekelas Ariana tidak mungkin memiliki kemajuan. Tetapi pemikiran itu dipatahkan ketika pada adegan terakhir, saat adegan dimana Ariana menangisi foto mereka berdua. Wajah Ariana menggambarkan nostalgia dan kerinduan, siluetnya yang tertimpa cahaya sedemikian rupa, nampak seperti senja. Dan ketika ia membisikkan nama dari perannya. Daniel harus mengakui bahwa ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya.Daniel tergerak. Seakan bahwa benar benar ialah yang dirindukan. Entah mengapa ia merasakan sesak di dadanya menggambarkan keinginan yang begitu dalam. Keinginan untuk menggenggam dan memandangi Gadis itu.Tentu saja, Daniel tidak akan pernah mengakuinya jika Ariana bisa membuat dirinya merasa seperti itu. Tapi ia bisa mengakui satu hal. Ariana Smith berkembang, mau tidak mau, Daniel harus mengakui kesalahan dari teorinya."Jadi… Daniel, bisa ceritak
"Oke. Kita pindah ke topik lain. Kami punya sesuatu di sini." Kalimat dari wanita berambut merah itu cukup mengkagetkan Daniel dari lamunannya.Sebagai Pembawa Acara, wanita itu menunjuk layar besar di belakang mereka. Sebuah foto muncul, salah satu foto yang diambil dari lokasi syuting Film Unconditional Love. Dalam foto itu terdapat gambar Daniel dan Ariana.Daniel menggunakan baju kuning dan celana hijau tertawa bodoh sambil menari di tengah hujan. Sementara Ariana memandanginya keheranan sambil memegang sebuah payung hitam erat erat.Daniel ingin mati rasanya. Itu adalah adegan terkonyol yang pernah dilakukannya. Tidak, peran di film ini adalah peran yang sangat konyol yang pernah diambilnya.Ditambah ia tidak menyukai orang orang semacam Rafael 'Gila' Smith. Sialnya sutradara itulah yang membawa nama dirinya memenangkan penghargaan sebagai pemeran pembantu pria terbaik di ajang Academy Awards.Pada film sebelumnya yang berjudul Sand Stories dan Talk to Memory adalah sebuah maha
"Baiklah. Itu tadi penampilan dari Daniel Collins dengan judul lagu Go Away, yang sekarang berada di urutan nomor sepuluh tangga lagu minggu ini. Daniel, silahkan bergabung kembali."Daniel berjalan mendekat dan memberikan senyumnya pada Gadis muda yang membawakan acara di BBC pagi ini. Gadis itu menyambut Daniel serta memberikan gesture agar Daniel kembali duduk di sofa panjang yang disediakan untuk tamu yang datang ke acara ini."Jadi Daniel, bagaimana perasaanmu saat lagu mu berada di sepuluh besar Tanggga Lagu? Tolong ceritakan padaku!"Daniel yang pagi itu menggunakan kemeja berwarna abu abu dengan aksen garis garis tipis berwarna putih pada lengannya, berusaha untuk menahan senyum angkuhnya. "Amazing." ujarnya disertai tawa bahagia yang mungkin tidak mencapai sudut matanya. Tentu karena Daniel setengah berakting.Daniel bahagia, tentu saja. Ini pencapaian terbaik lagunya sepanjang karir bermusiknya. Tapi sepuluh besar setelah hampir empat bulan single ini keluar, itu bukanlah pe