Share

Bab 3 Kekuatan Air

Kerajaan sudah mencari berbagai solusi untuk menghentikan kekeringan, doa bersama sudah dipanjatkan, berbagai ritual sudah diadakan namun kemarau ini belum berakhir. Semakin lama kekeringan ini terjadi maka semakin banyak makhluk hidup yang mati karena kekeringan dan berimbas pada kehidupan rakyatnya. Kekeringan ini harus segera dihentikan.

“Yang Mulia, kita harus segera mencari jalan untuk menyelamatkan rakyat Joseon, mereka satu persatu mati. Bahkan sumur-sumur di kerajaan sudah mulai  mengering.” ujar seorang bangsawan pada Raja Joseon yang sedang duduk dikursi singgah sana. Terlihat raut wajah Raja Yi yang memasang raut kesedihan.

“Mohon pertimbangan Yang Mulia” ucap serentak para bangsawan diaula kerajaan.

“Yang Mulia, Ijinkan hamba memberi saran” suara seseorang wanita yang mengenakan pakaian serba hitam itu dengan riasan aksesoris dirambutnya yang disanggul. Sang Raja menatap kearah wanita itu seraya berkata “Ya, katakanlah”.

“Yang Mulia, menurut ramalan lima hari lagi akan ada gerhana matahari ,ramalan menunjukkan bahwa matahari sangat dekat dengan bumi maka dari itu kesempatan untuk mendatangkan awan hujan saat gerhana matahari tiba .Kita harus mengadakan ritual pemanggil hujan saat gerhana matahari terjadi” ucap seorang dukun kerajaan bernama Hwa Shim. Semua orang yang mendengarnya tertegun dan mempercayai perkataan itu.

“Benarkah? Maka lakukan ritual itu secepatnya”titah Raja Yi.

“Namun ritual ini membutuhkan pengorbanan manusia yang memiliki kekuatan air dalam dirinya” jelas Hwa Shim yang membuat semua orang tercengang saat mendengar ‘pengorbanan manusia’ yang artinya harus menumbalkan seseorang.

“Jangan berbicara omong kosong, bagaimana bisa ritual itu mengorbankan manusia yang tidak berdosa” cekal Raja Yi yang kurang setuju dengan sarannya

“Tapi Yang Mulia, ini demi kepentingan banyak orang tidak kah kita mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan ribuan orang lainnya. Pikirkan rakyat Yang Mulia, perlahan mereka mati karena kekeringan” Hwa Shim mencoba meyakinkan Raja Yi.

Hening…

Raja Yi sangat tidak suka jika harus ada jiwa yang malang demi sebuah ritual, namun jika cara ini berhasil maka rakyatnya bisa terselamatkan dari kekeringan. Ia menunduk di kursi kebesarannya, tengah memikirkan apa yang akan ia putuskan.

Beberapa saat kemudian terdengar bisik-bisik dari para bangsawan yang setuju dengan saran dukun kerajaan itu.

“Yang Mulia Mohon Pertimbangannya, rakyat sudah lama menderita” ucap bangsawan lainnya dijajaran paling depan.

“Ya Yang Mulia!” suara itu menggema diseluruh aula kerajaan, para bangsawan menundukkan punggunya memberi hormat pada Raja Yi.

Setelah pertemuan di aula kerajaan, Raja Yi memanggil Hwa Shim dan berbincang bersama para bangsawan yang paling berpengaruh.

“Hwa Shim, apa cara ini akan berhasil?” tanya Raja Yi, Hwa Sim tersenyum dan mengangguk

“Hamba akan menjaminnya Yang Mulia, seseorang yang memiliki kekuatan air yang diinginkan dewa hujan. Berabad-abad bangsa kita percaya adanya kekuatan dewa yang menurunkan hujan. Hanya satu orang yang dikorbankan untuk menyelamatkan rakyat Joseon.”

“Lantas siapa yang memiliki kekuatan air yang kau sebutkan?” Raja Yi menatap tajam Hwa Shim

“Hamba sudah menemukannya Yang Mulia, dia seorang gadis muda, aku bertemu dengannya ditempat pengobatan. Hamba melihat gadis itu memancarkan aura kekuatan air saat aku memegang tangannya.”

“Siapa gadis itu? Apa dia rakyatku?”

“Ya, Yang Mulia. Putri Tabib Han Gil Soo” ucap Hwa Shim membuat Raja Yi tertegun dan tak percaya, kenapa harus putri dari tabibnya sekaligus teman setianya, ia sangat akrab berteman dengan Han Gil Soo.

“Kenapa harus putri Tabib Han Gil Soo?”

“Karena hanya dia yang memiliki kekuatan air yang sangat langka. Saat aku bertanya pada Tuan Han Gil Soo, putrinya lahir ditengah kekeringan yang panjang 20 tahun silam namun saat dia lahir hujan menyambutnya saat itu juga. Yang Mulia tahu bahwa hari itu hujan deras dan menghentikan kekeringan kan? Karena itulah memang dia terlahir dan ditakdirkan memiliki kekuatan air ditubuhnya.” penjelasan Hwa Shim memang masuk akal, namun Raja Yi merasa ini adalah beban baginya,bagaiman ia akan meminta putri Han Gil Soo menjadi persembahan ritual ini.

Di Pasar Joseon

Yi Eun tengah asik memakan sesuatu yang berbentuk bulat sebesar bola pingpong yang ditusuk seperti sate dan dipanggang. Ia memakan sembari berdiri untuk menunggu pesanannya yang masih dipanggang. Makanan ini sangat unik terbuat dari daging sapi yang dihaluskan dan diberi tepung. Mungkin ini seperti sosis pada jaman itu.

“Uh, ini enak sekali. Tuan Ryi Hyun harus mencobanya” ucap Yi Eun sembari tersenyum  menikmati makanan dan melihat kesekelilingnya.

Pasar ini terlihat sepi, bahkan ia melihat orang-orang yang tergeletak di jalan seperti tengah kesakitan. Mereka terlihat lusuh dan tak terurus, Yi Eun tahu betul kekeringan ini sangat berimbas pada orang-orang.

Yi Eun memanggil orang-orang itu seraya berkata “Apa kalian mau ini?” Yi Eun menunjuk meja yang berisi makanan itu. Mereka dengan cepat mengangguk senang.

“ Ya Nona, kami sangat lapar” ujar salah satu dari mereka yang sangat antusias karena sebentar lagi mereka mendapatkan makanan. Sekitar sepuluh orang tengah mengerumuni Yi Eun.

“Baiklah, Paman Aku beli semuanya dan tolong berikan makanan ini kepada mereka ya qsecara adil” Yi Eun mengambil kantung kertas berisi makanan yang ia pesan tadi untuk tuannya. Yi Eun juga memberikan banyak perak kepada orang paruh baya pedangan itu.” Apa ini cukup untuk membayar semuanya?” tanyanya memberikan delapan keping perak yang besar nilainya, pedagang itu melihatnya dengan mata yang berbinar.Bahagia sekali dagangannya kini habis.

“Terimakasih nona ini sudah sangat cukup. Terimaksih..terimakasih” pedagang itu menundukkan kepalanya beberapa kali dan diikuti orang-orang di sampingnya.

“Ya, baiklah aku pergi dulu paman” ucap Yi Eun, ia meninggalkan kerumunan dan melangkah pergi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status