Beranda / Rumah Tangga / Aku Mundur Kau Hancur, Bang! / Bab 3. Jangan Sekarang, Sayang!

Share

Bab 3. Jangan Sekarang, Sayang!

last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 13:14:31

“Kau harus pergi  dari sini, Ris! Sekarang kemasi semua pakaianmu!” Binsar berkata tegas.

“Apa? Abang bilang apa?” Wanita itu tersentak kaget.

“Kemasi semua pakainmu! Selepas subuh nanti, aku akan mengantarmu ke terminal. Kau pulang kampung dengan bus yang berangkat  pertama! Aku akan telpon Mama.  Mama yang akan menjelaskan pada orang tuamu di kampung kalau  aku terpaksa memecatmu!”

“Abang bercanda, kan, Bang? Ini maksudnya apa? Abang ngeprank ini, kan, Abang?” Riris bangkit lalu menghampiri  Binsar yang masih berdiri di dekat pintu. “Abang jangan buat Riris takut, dong Bang!” rengeknya bergelayut  di lengan pria itu.

“Maaf, Ris! Tapi aku serius! Kita harus mengkhiri ini. Kau harus tinggalkan rumah ini!” Binsar melepas rangkulan Riris di lengannya.

“Tapi salahku apa, Abang?” Riris  mulai berkaca-kaca. Wanita itu menatap lekat wajah Binsar tepat di manik-manik mata. Dia kira leguhan nikmat sang pujaan di sofa tadi, akan mampu mengikat hati pria itu terhadap dirinya.  Ternyata tidak sama sekali.

“Elma sepertinya mulai mencurigai hubungan kita. Istriku sedang sakit. Aku tidak mau membuatnya makin menderita. Tadi dia menemukan celana dalammu di kaki sofa. Kenapa kamu bisa teledor begitu? Aku takut, bila hubungan ini  kita lanjutkan,  dia  akan memergoki kita lagi seperti tadi.”

“Itu … itu karena kita hampir kepergok, Abang. Aku buru-buru bersembunyi ke balik sofa. Sempakku kececer rupanya. Maafkan aku, Abang!”

“Elma sangat curiga. Satu-satunya cara menghilangkan curiganya adalah kau harus pergi dari sini!”

“Tapi, Abang!”

“Maaf, Ris! Aku mencintai istriku lebih dari apapun! Hubungan kita selama ini hanya atas dasar saling suka, saling menikmati. Tidak lebih! Sampai jumpa besok pagi!”

Binsar membuka pintu kamar, lalu menutupnya kembali perlahan. Riris menatap punggung pria itu dengan pandangan yang kian mengabur. Pipinya seketika basah.  Kini dia sadar seperti apa kedudukannya di hati Binsar. Dirinya tak lebih  sekedar perempuan pemuas nafsu. Dipakai saat dahaga, dibuang saat dianggap menimbulkan  bahaya.

Tubuh perempuan  itu luruh ke lantai marmer. Sakit, perih, dan dendam campur baur mengaduk perasaannya. Binsar telah menoreh sakit yang teramat parah.  Pria itu telah memperlakukan dirinya tak ubah seorang pelacur. Bahkan lebih hina. Jika seorang pelacur masih diberi imbalan sesuai kesepakatan. Bahkan dibanjiri hadiah,  dan tip lebih bila pelanggannya terpuaskan.

Tetapi lihat dirinya! Hampir setiap malam pria itu mereguk kenikmatan di  tubuhnya. Segala macam gaya yang dia minta, Riris penuhi tanpa pernah menolak sekali juga. Binsar tiada henti ucap terima kasih, setiap usai menuntaskan segalanya. Seolah Riris adalah wanita yang paling hebat baginya. Elma tak akan pernah bisa memuaskan dirinya seperti Riris.

Lalu, kenapa dengan mudahnya dia mengusir wanita ini sekarang, hanya karena pakaian dalam yang tertinggal di kaki sofa?

“Tidak! Aku tidak akan pernah keluar dari rumah impianku ini! Kalaupun ada yang harus keluar dari rumah ini, aku pastikan itu adalah Elma!” batin Riris bergejolak.  Gadis itu  mengepalkan kedua tangannya, satu tekat sudah terpatri di benaknya.

*

“Sayang, bagaimana pagi ini?”

Elma menggeliat. Usapan lembut di kepala membuat wanita itu terjaga dari tidur yang tak nyenyak. Sampai subuh dia tak bisa tidur tadi malam. Bayangan dua orang di atas sofa masih tergambar jelas di ingatan. Dikuatkan dengan sebuah pakaian dalam yang tercecer. Lewat Subuh baru wanita itu bisa terlelap sesaat, setelah pikirannya mengembara dan bermuara pada satu keputusan.

‘Aku harus menjalani operasi. Penyakit terkutuk ini harus segera disingkirkan dari tubuhku! Kalau memang aku harus kehilangan rahim ini, tak mengapa. Toh, aku sudah memiliki dua orang anak. Apalagi yang aku khawatirkan. Tak ada. Aku harus  kuat! Aku berani menghadapi segala resikonya. Karena resiko kehilangan bang Binsar ternyata jauh lebih menakutkan daripada kehilangan nyawa,’ batin Elma menguatkan tekat.

Wanita itu terlelap setelah itu. Dan pagi ini, sang suami membangunkannya dengan cinta. Ya, ternyata Elma belum kehilangan suaminya. Tekatnya semakin kuat. hari ini akan menghubungi dokter spesialis yang menanganinya selama ini, agar mengatur jadwal operasi secepatnya. Sebelum segalanya terlambat.

“Sayang, kamu makin pucat. Kenapa? Kamu jangan mikir terlalu keras, dong! Aku harap pagi ini kamu lebih baik, dan sudah bisa memutuskan.” Binsar membelai pipi kurus tak berdaging istrinya.

“Ya, aku sudah memutuskan.” Jawaban Elma membuat Binsar terperangah bahagia.

“Jadi, kamu mau menjalani operasinya, Sayang?” serunya dengan mata berbinar.

“Ya, aku sudah siap!”

“Elma, Sayang! Terima kasih, ya!” Binsar menghujaninya dengan ciuman. Di pipi dan kening tentu saja. Pria itu tak tega menyentuh bibir istrinya. Bibir wanita itu terlalu kering, pucat seperti kapas, juga mengelupas terkopek-kopek. Binsar tak tega untuk melumatnya. 

“Abang, aku rindu sekali,” lirih Elma dengan mata sayu.

“Aku di sini, Sayang? Aku tak pernah ke mana-mana, bukan?” Binsar menatap bingung.

“Aku ingin sekali pagi ini. Sebelum menjalani operasi, aku ingin ….” Jemari kurus Elma mengusap lembut dada bidang suaminya, lalu turun menyusur hingga ke perut.

“El, kamu gak boleh capek! Nanti, ya! Kalau kamu sudah benar-benar sembuh. Aku akan lakukan apapun yang kamu inginkan, Sayang! Sekarang jangan dulu, ya!” Tangan kekar Binsar menahan jemari Elma, saat sudah sampai di bagian bawah perutnya. Dia bawa jemari itu ke wajahnya, mengecupnya lembut masih dengan penuh cinta.

“Aku jelek, ya?” tanya Elma  menggigit bibir bawahnya.

Perih, betapa hati rasa teriris, kala suami menolak bercinta. Padahal dia sudah menjatuhkan harga diri, dengan lebih dulu meminta. Binsar tak pernah lagi menuntut haknya. Kenapa? Bukankah sebagai laki-laki normal, dia butuh itu? Apakah dia telah memenuhinya dengan wanita lain? Siapa? Riris?

Tidak mungkin! Riris sudah seperti adik kandung  bagi  Binsar. Wanita itu satu kampung dengan suaminya. Masih ada pertalian keluarga antara orang tua Riris dengan keluarga suaminya. Bahkan mertuanya sendiri yang mengantar Riris untuk bekerja di tokonya. 

“Kamu  enggak jelek, Sayang! Kamu tetap wanita paling cantik di mataku. Tapi aku tak tega melakukannya. Kamu pasti akan kesakitan lagi seperti sebelumnya. Iya, kan?” Kalimat Binsar membesarkan hatinya.

“Abang enggak mencari pelampiasan ke wanita lain, kan?”

“Hey, kamu ngomong apa, sih? Ya, enggak lah! Aku bukan type laki-laki pemuja nafsu. Aku bisa menahan hasratku, aku sabar menunggu hingga kau sembuh. Percayalah!”

“Bagaimana kalau Abang sangat butuh?”

“Jangan khawatir, di kamar mandi masih manyak sabun, hehehehe ….”

“Abang ….” Tangan kurus Elma memukul gemas dada  bidang suaminya.

Sepasang suami istri itu tertawa bersama. Seketika hilang semua gundah dan resah. Elma sangat bahagia.

“Selamat pagi, Kak El! Selamat pagi Bang Bin! Sarapan, yuk! Aku udah buatkan nasi goreng special.”

Binsar tersentak kaget, kenapa Riris masih ada di sini, bukankah dia sudah mengantarnya ke terminal subuh tadi?

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nur meini
Otak pelakor nih luar biasa ya,licik, apa ada adaboru halak batak songonon eda,??????...Gregetan au thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 200. Tamat (Binsar Meninggal)

    “Vita, sambil tengokin adek, ya! Tante mau buatkan jus buah!” titah Nirmala seraya bangkit. Ini hari keempat dia menemani anak-anak Elma. “Ya, Tante. Buatin buat Vita sekalian, ya, Tan! Gerah banget, nih!” sahut Vita tetap fokus dengan buku pelajaran di tangannya. Gadis kecil berusia delapan tahun itu akan menghadapi ujian kenaikan kelas besok. Itu sebab dia harus belajar keras hari ini. “Tampan mau jus enggak, biar Tante bawa sekalian?” teriak Nirmala lagi. “Mau, Tan! Pakai es yang banyak, ya!” sahut bocah laki-laki berusia lima tahun dari halaman. Dia tengah asik bermain bola sendirian. Keringat mengucur deras di dahi dan punggungnya. Nirmala bergerak ke dalam rumah. Vita tenggelam dengan bukunya ketika Tampan bergerak mendekati pintu pagar. Bola yang sedang dia mainkan terlempar ke luar. Berusaha menjangkau bola melalui celah besi pagar, bocah itu mulai putus asa. “Kakak, bolanya keluar!” teriaknya sedih. “Biar aja, ambil bola yang lain aja! Jangan keluar!” sang kakak b

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 199. Karma Karena Sikap Tak Adil Keluarga Kepada Andre

    “Andre, kalian datang?” Serempak Sinulingga, Riani dan Anyelir menoleh. “Bagaimana keadaan Kak Elma, Kak Anyelir?” tanya Nara setelah menghirup napas beberapa kali. terlihat dia begitu kelelahan dengan perut yang kian membesar. Di usia kandungan yang ke tujuh bulan, wanita itu memang mulai mudah lelah. “Elma masih ditangani Dokter. Kamu baik baik saja? Ngapain ikut ke rumah sakit ini kalau kamu sendiri dalam keadaan hamil besar begini?” tanya Anyelir membantu Nara untuk duduk. “Aku khawatir, takut Kak Elma kenapa napa. Secara dia pernah hampir meninggal dulu karena serangan kanker rahim, kan?” dalih Nara sedih. “Kok bisa Elma drop, apa yang terjadi?” tanya Andre cemas. “Ini semua salah mama,” lirih Riani bersuara. Semua terpana. “Mama melakukan apa lagi” Andre menatapnya gusar. “Mama gak bisa terima kalau ternyata Alva enggak bakal pernah bisa punya anak. Mama sedih. Mama tak bisa menerima kenyataan. Nyatanya, Mama tk bisa berbuat apa-apa. Alva sudah menjatuhkan pilihan.

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 198. Elma Drop

    “Maksud kamu? Mama … harus pergi dari sini?” tanya Alva menyipitkan kedua netranya. terkejut mendengar permintaan Elma. “Ya, maaf! Aku tidak mau Mama ada di sini! Di rumah ini. Setidaknya sampai hatiku kembali tenang,” lirih Elma lalu berjalan pergi meninggalkan kegaduhan. “Elma kau mengusir mama? Berani kau mengusir ibu mertuamu, hah?” Riani hendak mengejar Elma, tetapi segera ditahan oleh Anyelir. “Kau tidak bisa mengusirku, Elma! Mana janjimu untuk minta talak pada anakku? Mana janjimu akan menikahkan Alva dengan Nirmala! Kau penipu, Elma!” teriaknya memaki-maki Elma. Sontak Elma menghentikan langkah. Berbalik, lalu menatap ibu mertuanya penuh kecewa. Jemarinya memijit kening, pandangannya tiba-tiba gelap. Elma ambruk ke lantai. “Sayang!” Alva menangkap tubuhnya. “Elma, Sayang …! Kamu kenapa? El?” panggilnya seraya menepuk lembut pipi Elma. Namun, tak ada respon. “Denyut nadinya lemah banget!” seru Anyelir panik saat meraba pergelangan tangan Elma. “Kenapa? Kak Elma ken

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 197. Elma Mengusir Ibu Mertua

    “Alva …?” Riani tersentak kaget. “Apa maksud kamu, Nak? Rencana apa? Mama enggak paham?” lanjutnya memasang wajah paling sedih. Dramanya masih berlanjut. “Enggak usah pura-pura lagi, deh, Ma! Dion, segera nyalakan proyektornya!” perintah Alva kepada anak buahnya. Dion dan Yopi segera melaksanakan perintah. Infokus mereka sorotkan ke dinding kamar. Menit berikutnya sebuah video rekaman sudah diputar. Rekaman dari CCTV di hotel tempat Alva dan Nirmala sempat berada di sebuah kamar tanpa busana. Terlihat jelas saat dua orang pria menurunkan tubuh Alva dan Nirmala dari dalam sebuah mobil. Keduanya lalu membawa Alva dan Nirmala masuk ke dalam kamar hotel. “Apa ini?” teriak Riani tiba tiba. “Hentikan itu! Mama enggak sanggup melihat hal yang menakutkan seperti itu!” pintanya pura-pura memelas. Alva melambaikan tangan, sebagai isyarat agar Dion menghentikan dulu memutar videonya. “Kenapa Mama enggak nanya, kenapa aku dan Nirmala bisa dalam keadaan tak sadarkan diri seperti itu? H

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 196. Penyelidikan Alva Membongkar Rahasia Sang Bunda

    “Kau bilang apa barusan? Alva akan menikahi Nirmala, setelah menalak kamu?” Riany tersentak kaget. kedua bola matanya membulat sempurna. Sedikitpun dia tak menyangka, semua harapannya begitu mudahnya terlaksana. Awalnya, tak muluk cita-citanya. Cukuplah Elma setuju Alva menikahi Nirmala. Dia sudah sangat bahagia. Karena dengan begitu, dia akan mendpat cucu dari Nirmala. Anak kandung Alva, darah dagingnya, penerus marga dan keturunannya. Tak apa meski Nirmala hanya istri kedua. Sebab kalau mengharap cuuc dari Elma, itu sangat tidak mungkin. Elma pernah diponis menderita kangker rahim. Sudah dilakukan operasi besar juga. Besar kemungkinan rahim Elma sudah diangkat juga. Harapannya ternyata dikabulkan Tuhan berlipat ganda. Bukan hanya Alva yang akan menikahi Nirmala, tetapi juga Elma akan mengundurkan diri sebagai menantunya. Artinya, Nirmala akan menjadi satu satunya istri buat Alva. Ratu di keluarga Sinulingga, hanya Nirmala saja. Keturunan langsung keluarga besar itu. Bukan Elma,

  • Aku Mundur Kau Hancur, Bang!   Bab 195. Nirmala Bukan Madu

    “Kenapa kau bisa tidur dengan Alva! Dasar kau memang manusia tak tau terima kasih! Kurang baik apa Elma sama kamu selama ini! Kenapa kau malah mencuri suaminya! Dasar kau memang keturunan Bina tang! Kau mau menyakiti hati Elma, iya? Kurang baik apa dia sama kamu, Nirmala …! Kenapa begini balasanmu!” lanjut Riani lagi memaki dan mengumpat dengan kata kata kasar.“Ma! Ada apa ini?” Elma mendorong pintu kamar langsung menerobos masuk ke dalam. “Nirmala, kau sudah pulang?” tanyanya menoleh kepada Nirmala.“Lihat perempuan sundal ini, Elma! Dia sudah berjinah dengan suamimu! Dia tega berselingkuh di belakangmu, Elma," teriak Riani pura-pura histeris.“Aku tidak selingkuh, Tante! Bang Alva yang sudah menjebak aku, entah apa yang terjadi aku enggak sadar. Saat aku bangun, aku sudah berad di dalam sebuah kamar hotel bersama Bang Alva. Bang Alva yang sudah perkosa aku, Tante!” jerit Nirmala tak terima tuduhan sang Tante.“Jangan ngarang kamu! Jangan pura-pura jadi korban! Akui saja, kalau ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status