Share

Bab 7

"Diminum teh hangatnya, Mas." Kuberikan secangkir teh hangat pada Mas Adam. Tak butuh waktu lama teh di dalam cangkir tinggal setelahnya. 

"Buka mulutnya Mas!" Kuberikan sendok yang berisi nasi dan telur dadar. 

"Gak mau makan, nanti kamu racunin lagi!"ucapnya menyilangkan kedua tangan di dada. 

Kumasukan sendok ke mulut, segera ku kunyah dan kutelan. 

"Puas Mas?"

"Ha..." Kumasukan nasi ke dalam mulutnya yang sedang terbuka lebar, tak perduli Mas Adam mau bilang apa. 

"Buruan telan dan habiskan, setelah itu minum obat. Pakai air putih ya, jangan teh."

Tanpa protes dan banyak bicara Mas Adam menghabiskan  makanan. Sekali-sekali anteng, kan tambah cakep Mas. 

Ups...! 

"Buat istirahat Mas," Kubawa piring dan gelas ke lantai bawah. 

"Ais..."Kutoleh ke belakang. Mas Adam menatapku. Tatapannya membuat jantungku berdebar, kaki ku gerak-gerakkan karena salah tingkah. 

"Terima kasih." Seulas senyum tergambar jelas di wajahnya. Senyum ketulusan. 

****

Tok... Tok... Tok.... 

"Sebentar..." Aku berjalan cepat menuju pintu depan. Penasaran siapa yang datang menjelang magrib begini? 

Kubuka pintu, seorang lelaki berdiri tepat di depan pintu. Apa ini teman Mas Adam? Tak lama seorang wanita yang tak asing keluar dari mobil dan berjalan mendekati kami. 

"Aisyah...," sapa Jesica yang telah berdiri di depanku. 

"Mbak Jesica, silahkan masuk." Jesica dan lelaki itu berjalan melewatiku. 

Kutarik napas dan kukeluarkan secara perlahan. Aku harus mengendalikan diriku. Sabar, sabar, Aisyah! 

"Siapa yang datang Ais...?" tanya Mas Adam yang sedang asyik menonton TV di ruang keluarga. 

"Sayang...." Mbak Jesica bergelayut manja di di tangan Mas Adam. 

Sungguh ini pemandangan yang sangat menyiksa,ingin sekali kukatakan kebenarannya. Dan apakah dia masih bisa bermesraan setelah tahu aku istri kekasihnya? Tapi kata-kata Mas Adam kemarin kembali terngiang jelas di telingaku. 

"Silahkan di minum mbak dan mas." Kuletakkan tiga cangkir teh hangat dan cemilan di atas meja. 

"Duduk dulu Aisyah," ucap Mbak Jesica saat aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan ruang keluarga. 

Mau tak mau aku pun duduk di sebelah Mbak Jesica, karena disinilah sofa terdekat. 

"Siapa ini Dam? Boleh dong dikenalin aku!" ucap teman Mas Adam yang sedari tadi melihatku. 

Risih rasahnya di lihat seperti itu, harusnya aku pergi saja dari tempat ini. Sungguh menyebalkan! 

"Aisyah ini teman aku, Daniel."

"Daniel..." ucapnya sambil mengulurkan tangan. 

"Aisyah..." kusatukan kedua tangan dan menempelkannya di dada. Karena haram hukumnya memegang tangan lawan jenis yang bukan mahramnya. 

"Maaf, maaf." Daniel menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Terlihat sekali  dia salah tingkah. 

"Kamu tinggal di sini Aisyah?" netranya menatapku,penasaran mungkin. 

"I-iya mbak." jawabku terbata. 

Ya, jelaslah mbak aku tinggal di sini, di rumah suamiku. 

"Mas Adam kok gak cerita sih ... ih nyebelin!"bucapnya manja sambil menempelkan kepalanya di dada bidang Mas Adam. 

Jujur aku tak sanggup melihat pemandangan menyakitkan ini. Suamiku bermesraan dengan kekasihnya didepan mata kepalaku. Dari sini jelas terlihat Mas Adam dan Jesica saling mencintai, dan akulah orang ketiga dalam hubungan mereka. 

Apa aku sanggup terus menerus ada di tengah-tengah mereka? 

Bergelar istri tapi tak pernah dianggap istri. 

"Aisyah sementara tinggal di sini sayang, mau cari kerja di daerah sini. Iya kan Ais?" Mas Adam melirik ku.

Sementara? 

Apa benar, dia akan mengakhiri hubungan ini? Dan hanya menginginkan aku tinggal sementara di sini, di rumah ini. 

Astaghfirullah... 

Kuelus dada yang mulai bergemuruh. Sesak, dada ini terasa terhimpit beban berat. 

Ya Allah... 

Beginikah suratan takdirku? 

Tanpa terasa mata ini mulai berkaca-kaca, tinggal menunggu waktu saja air mata ini akan terjun bebas. 

"Aisyah..." Daniel memanggilku. 

"O, iya Mas maaf, maaf jadi melamun,"ku hembuskan nafas perlahan. 

"Saya memang sementara akan tinggal di sini sampai saya mendapatkan kontrakan." ucapku penuh penekanan. 

Kulihat raut wajah Mas Adam menegang, seperti merasa ketakutan. 

Bukankah ini yang kamu mau dengar dari mulutku Mas Adam? Kenapa kamu seperti ketakutan begini? Lucu kamu Mas. Teruskan saja kebohongan yang kamu ciptakan. 

"Kebetulan kakakku butuh asisten untuk butik apakah kamu berminat Aisyah?" tawar Daniel. 

"Oh, boleh besok saya akan siapkan lamarannya. Terima kasih sebelumnya Mas."

"Sama-sama Aisyah..." Daniel tersipu malu saat ku tatap wajahnya. 

"Sudah adzan, saya permisi dulu." Kulangkahkan kaki meninggalkan ruang keluarga. 

****

"Aisyah...Aisyah." panggil Mas Adam dari luar kamar. 

Kulihat benda bulat yang menempel di dinding kamar. Pukul sebelas malam, aku ketiduran  setelah shalat isya. Mukenahpun masih menempel di badan. 

Aku ingat setelah shalat isya aku mencurahkan keluh kesahku pada Illahi Robbi hingga bulir-bulir bening mengalir begitu derasnya.Sampai tak terasa terlelap tidur di atas sajadah. 

"Aisyah, kamu sudah tidur?Aisyah."

"Sebentar Mas."

Segera kulihat mukenah dan sajadah. Meletakkannya di atas nakas dekat ranjang. 

"Ada apa Mas?" tanyaku datar

"Mas ingin bicara soal yang tadi. Em..."Mas Adam terlihat berfikir sejenak.

"Soal yang mana Mas? Yang aku hanya menumpang di sini?" tanyaku ketus. 

Mas Adam  menelan saliva yang menempel di tenggorokan. Tangannya saling meremas ujung kaos yang digunakan. Bingung kata apa yang akan dikeluarkan. 

"Aku cuman bercanda soal itu Aisyah, tolong jangan di masukkan ke hati. Kalau kamu pergi dan umi tahu,bagaimana? Aku tak ingin mengecewakan umi dan abi. Tapi aku juga tak mencintai kamu. Aku sangat mencintai Jesica. Tolong mengertilah."

Kuatur emosi yang sudah di ubun-ubun. Rasanya ingin kuledakkan sekarang juga. Tanpa menjawab, kututup kembali pintu kamar. Malas menatap wajah lelaki yang hanya mementingkan keinginannya sendiri tanpa perduli kalau tindakannya menyakiti hati orang lain. 

Sudah jelas, kalau aku benar-benar tak ada harganya di mata suamiku.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Aisyah ngomong saja kamu pengen pergi menemui Putra beri kabar ke Putra bagaimana baiknya seenaknya tuh buntalan terus bagaimana masa depanmu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status