Share

Bab 11

Penulis: Stary Dream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-05 07:57:14

Harum tersentak akan ucapan suaminya. Lagi-lagi, dia dijadikan pelampiasan kemarahan Adam.

Apa salahnya? Dia hanya meminta hak untuk anaknya. Satu minggu lagi, Shanum kembali ke sekolah. Buku tulis, pena, pensil dan lainnya belum dibeli.

Setidaknya, sudah dua kali ini Adam marah dan menghina Harum ketika wanita ini meminta hak anaknya.

Harum begitu sedih. Untuk ibu dan saudaranya, Adam begitu loyal. Sementara diri dan anaknya, diperlakukan bak pengemis. Memelas dulu. Itupun kalau dapat.

Sambil menahan air mata, Harum mengajak Shanum untuk keluar sebentar. Shanum sudah mendesak. Bukunya sudah dipakai semua.

Kalau begitu, Harum berencana berhutang di warung dekat rumah saja. Disana ada yang menjual buku tulis dan pena. Nanti, jika dia memiliki uang baru dibayar.

Sesampainya disana, Harum tak sampai hati mengutarakan niatnya berhutang. Baru saja datang, ibu warung mengomel karena ada pembeli yang belum membayar hutangnya. Nyali Harum ciut. Bagaimana nantinya Harum membayar hutang sement
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Harum dituduh selengki dah... lgkp sudah penderitaanmu Apalagi klo suami& mertua lsg ngejudge & hina Harum mdgn pisah aja Harum lelah hayati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 12

    "Mana ibu?" Tanya Adam ketika pulang untuk makan siang."Mana mbak tahu. Mbak juga baru sampai." Zulfa baru saja tiba dirumah."Eh, kenapa mbak pulang?""Tadi nganter kue ke rumah villa sebelah. Sekalian aja pulang dulu. Mau ngasih ini untuk Gibran." Zulfa menunjukkan 1 box ayam goreng bermerk."Begitu, rupanya.""Harum dimana?""Nggak tahu. Nggak ada juga." Adam juga heran. Dia tiba dan rupanya rumah terkunci. "Mbak cuma beli satu box ayamnya?""Memang mau beli berapa? Mbak nggak ada uang.""Setidaknya, titip beliin Shanum juga."Mendengar nama Shanum, Zulfa jadi teringat."Sebenernya tadi pas lagi beli ini, mbak lihat Shanum sama Harum diluar.""Dimana?" Tanya Adam tanpa menoleh. Dia sudah duduk manis menyendokkan nasi."Di toko ayam ini.""Ngapain?""Makan ayamlah, gimana sih! Masa minta-minta."Adam sampai menghentikan aktivitasnya dan memandang Zulfa meminta penjelasan."Tapi, mbak lihat dia sama laki-laki lain, Dam. Terus Harum nangis di depan laki itu.""Nggak mungkin!" Adam me

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 11

    Harum tersentak akan ucapan suaminya. Lagi-lagi, dia dijadikan pelampiasan kemarahan Adam.Apa salahnya? Dia hanya meminta hak untuk anaknya. Satu minggu lagi, Shanum kembali ke sekolah. Buku tulis, pena, pensil dan lainnya belum dibeli. Setidaknya, sudah dua kali ini Adam marah dan menghina Harum ketika wanita ini meminta hak anaknya.Harum begitu sedih. Untuk ibu dan saudaranya, Adam begitu loyal. Sementara diri dan anaknya, diperlakukan bak pengemis. Memelas dulu. Itupun kalau dapat.Sambil menahan air mata, Harum mengajak Shanum untuk keluar sebentar. Shanum sudah mendesak. Bukunya sudah dipakai semua.Kalau begitu, Harum berencana berhutang di warung dekat rumah saja. Disana ada yang menjual buku tulis dan pena. Nanti, jika dia memiliki uang baru dibayar.Sesampainya disana, Harum tak sampai hati mengutarakan niatnya berhutang. Baru saja datang, ibu warung mengomel karena ada pembeli yang belum membayar hutangnya. Nyali Harum ciut. Bagaimana nantinya Harum membayar hutang sement

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 10

    "Apa gizinya Rum makan nasi putih gitu aja?" Adam bergidik melihat anaknya hanya diberi nasi putih yang ditumis dengan bawang itu."Shanum suka, mas." Harum mencoba sabar."Anakmu itu baru pulang dari rumah sakit. Dikasih makanan yang bergizi harusnya!"Harum hanya menatap suaminya dengan sedih. Sebenarnya mau suaminya ini apa? Sekedar beli ayam goreng 10 ribu saja dia tidak ada uang, belum lagi stok makanan belum diisi mertuanya.Harum memilih diam dan tak menanggapi."Ya sudah biarkan saja." Ucap Farida. "Jangan terlalu memilih makanan. Syukur-syukur ada nasi.""Yang pemilih itu Gibran. Harusnya ibu juga nasehati cucu ibu biar mau makan nasi." Sambung Adam. Semua ini gara-gara Gibran yang mengambil jatah ayam goreng Shanum."Loh, kenapa jadi Gibran dibawa-bawa?" Desis Zulfa tak suka."Iya! Gibran itu baru pulang dari rumah sakit. Nafsu makannya belum membaik. Biarin aja dulu dia makan apa yang dia suka." Farida ikut membela."Aku cuma bilang kayak gitu kenapa ibu sama mbak jadi mara

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 9

    Sekali lagi, Harum harus menelan kekecewaan.Adam beralasan jika Farida memintanya bergantian jaga di rumah sakit. Lagi-lagi alasannya karena takut jika Gibran kejang kembali. Sedangkan Zulfa tak ingin menjaga anaknya sendirian.Ingin sekali Adam membelah badannya. Satu diberikan pada anak istrinya dan satu lagi pada saudara dan ibunya. Tapi, permintaan Farida sulit untuk ditolak. Apalagi ibu paruh baya itu terlihat lelah sehingga Adam harus menyuruhnya pulang. Sebab itu, Adam yang harus menjaga Gibran di rumah sakit.Harum juga sudah tak mau berharap lagi. Fokusnya pada kesembuhan Shanum saja.Syukurnya, setelah tiga hari dirawat Shanum diperbolehkan pulang. Trombosit anak itu naik, demamnya juga sudah turun.Rendra sebagai dokter penanggung jawab Shanum pun memperbolehkan anak itu pulang."Shanum boleh pulang, mas." Ucap Harum ketika menelpon suaminya. Sudah tiga hari berlalu, Adam tak pernah kelihatan."Syukurlah. Gibran juga sudah diperbolehkan pulang hari ini.""Alhamdulillah.."

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 8

    "Kamu jangan seperti itu, Zulfa. Bagaimanapun, Gibran itu anakku!" Handi berkata tegas. Zulfa menggeleng. "Bukannya sudah aku bilang kalau aku mau bercerai?"Astaga! Farida sampai menoleh kanan-kiri. Pas sekali ini jam besuk pasien. Pertengkaran ini menjadi tontonan gratis pengunjung rumah sakit."Sudah cukup kalian ini.." Farida berkata lembut. "Handi hanya ingin menjenguk anaknya. "Menafkahi saja nggak pernah. Sok-sok an mau menjenguk!" Ketus Zulfa. "Lagian tau dari mana kamu kalau Gibran dirawat? Sebelum-sebelumnya kamu nggak pernah nanya-nanya soal anakmu!" "Adam yang ngasih tahu aku tadi." Jawab Handi. Yang disebut namanya langsung membuang muka."Kamu!" Hardik Zulfa pada Adam."Terserah kalau kalian mau bertengkar. Tapi, ingat! Ini rumah sakit. Nggak malu dari tadi dilihat orang." Ucap Adam jengah. Niatnya baik ingin mempertemukan ayah dan anak, eh malah ujungnya jadi ribut.Gibran yang tertidur sontak menangis terkejut atas keributan ini. Zulfa pun langsung memeluk anaknya

  • Aku Tak Butuh Nafkah Darimu   Bab 7

    Tepat pukul 8 pagi, Adam dan Farida tiba di rumah. Pintu depan beberapa kali diketuk dan tak terdengar sahutan dari dalam. Akhirnya, Farida sadar jika rumah sedang kosong. Kunci pintu berada di pot bunga gantung tempat biasanya mereka memang menaruh kunci ketika bepergian."Istrimu kemana?" Farida penasaran karena tumben sekali menantunya ini tidak di rumah. Adam pun bingung. Istrinya tak pernah pergi tanpa izin. Ia lalu mengambil ponsel dan menghubungi Harum. Namun, Nihil jawaban. Bukan dia tak tahu kalau Harum menelponnya semalaman, tapi dia sengaja tak mengangkatnya.Kepala Adam begitu sakit dan dia ketiduran. Paginya, dia sudah sibuk membeli sarapan untuk Farida dan Zulfa di rumah sakit.Ini saja, Farida harus kembali ke rumah sakit lagi. Mereka kembali hanya untuk menaruh pakaian kotor saja."Abis makan siang aja kita ke rumah sakit lagi." Farida menghela nafas setelah merendam pakaian kotor dari rumah sakit.Adam mengiyakan."Kamu nggak apa izin kerja terus?""Kepotong cuti, bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status