Share

Aku Tak Membencimu
Aku Tak Membencimu
Author: Niniluv

1. Perjodohan

"Apa maksud Tante Daria dan om Raymond?" tanya Ayyara yang tak paham. Matanya seketika membelalak kaget saat sepasang suami istri yang duduk di hadapannya saat ini menawarkan sebuah perjodohan padanya.

"Tante Daria dan om Raymond pasti sedang bercanda 'kan?"

Sepasang suami istri itu hanya tersenyum lalu saling menatap untuk sesaat. Daria kemudian mengarahkan pandangannya pada wanita yang masih duduk di samping Ayyara, memintanya untuk menjelaskan.

"Mira, tolong jelaskan apa maksud kami barusan pada putrimu. Sepertinya dia masih belum paham."

Mira mengusap bahu Ayyara dengan lembut, berusaha membuat anak gadisnya itu sedikit tenang.

Dia lalu berbisik, "Ayyara kamu tahu berapa jumlah hutang ibu pada mereka? Kamu juga masih ingat siapa yang membiayai kuliahmu dulu dan sekolah adikmu? Kita mana mungkin bisa membayar semua itu. Ini kesempatan yang paling bagus, mereka akan menganggap hutang ibu ini lunas asalkan kamu mau menikah dengan putra mereka. Kieran Bimantara."

Ayyara menoleh, menatap sang ibu dengan sorot tak percaya. Ternyata ibunya juga telah berpihak pada perjodohan ini, tanpa memikirkan perasaan Ayyara lebih dulu.

Mana mungkin Ayyara mau menerima perjodohan itu. Dia tak terlalu akrab dengan Kieran, walau kedua orang tua mereka bersahabat baik sejak dulu. Ayyara saja sangat jarang bertemu dengan Kieran, kecuali saat laki-laki itu berkunjung ke tempat kerjanya. Karena Ayyara saat ini kerja di perusahaan cabang Bimantara group, dan sedangkan Kieran adalah CEO di Bimantara group.

"Kamu juga masih mengingatnya 'kan, jika kamu bisa bekerja di cabang Bimantara group karena bantuan dari om Raymond?" imbuh Mira berusaha membuat Ayyara mengingat kebaikan yang telah keluarga Bimantara berikan pada mereka.

Ayyara sangat sulit menerima tawaran itu. Dia meluruskan pandangannya kembali, menatap sepasang suami istri yang masih menunggu jawabannya.

"Ayyara, kami sudah lama mengenalmu dan keluargamu sejak kamu kecil. Kami tahu semuanya tentang dirimu, dan kami rasa kamu itu perempuan yang sangat pantas untuk Kieran."

Daria tersenyum, lalu menggenggam tangan Ayyara berusaha untuk meyakinkan.

"Menikahlah dengan Kieran sayang. Tante akan menjamin semua keperluan ibu dan adikmu. Sedangkan kamu bisa hidup bahagia dengan Kieran."

Ayyara masih ragu. Masalahnya dia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada putra mereka. Dan di sisi lain, Ayyara sendiri juga sudah memiliki kekasih. Tidak mungkin dia mengkhianati kekasihnya untuk menikah dengan Kieran.

"Ayyara."

Kini giliran Raymond yang memanggilnya. Pria itu tersenyum seakan memberi peringatan.

"Bukannya kami ingin mengancammu. Tapi memang keluarga kami memiliki peraturan, siapapun yang memiliki hutang pada kami harus membayarnya tepat waktu. Jika tidak, terpaksa kami harus menyita rumah kalian ini. Jika kamu masih ingin keluargamu tinggal di sini, jadi tolong terima saja perjodohan ini."

"Kenapa harus dengan perjodohan, om?" tanya Ayyara yang masih belum bisa menerimanya.

Itu terdengar seakan memanfaatkan dirinya, agar mau tak mau tetap harus menerima perjodohan itu. Bagaimanapun seharusnya pernikahan itu dilakukan oleh sepasang kekasih yang saling mencintai, bukan dengan paksaan seperti ini.

"Jika kamu menikah dengan Kieran, maka kamu akan menjadi bagian keluarga Bimantara. Dengan itu, uang kami yang telah keluargamu pakai akan menjadi hartamu. Jadi, ibumu tidak perlu lagi membayarnya pada kami. Karena itu telah menjadi harta kalian juga," jelas Raymond berusaha membuat Ayyara paham.

Ayyara terdiam. Tak bisa berpikir lagi. Jika dia tak menerimanya, dia harus membayar hutang ibunya secepat mungkin. Sedangkan saat ini saja tabungan Ayyara masih belum mencukupi jumlah uang yang telah ibunya pinjam pada Raymond.

"Ayyara, kamu menerimanya 'kan?" tanya Daria tak sabaran.

Daria sangat berharap takkan ada penolakan dari Ayyara. Ayyara menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, sebelum akhirnya perempuan itu mengangguk pasrah menerima perjodohan itu. Seketika semua orang yang ada di sana tersenyum bahagia. Daria menatapnya haru.

"Pa, akhirnya putra kita menikah dengan perempuan pilihan kita."

Raymond mengangguk, mengiyakan ucapan sang istri. Dia juga sangat senang, hatinya seketika lega walau anak itu menjawabnya hanya dengan sebuah anggukan.

Berbeda dengan Ayyara yang justru tertekan. Entah dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti jika benar menikah dengan Kieran. Sepertinya Ayyara tak akan diam dan membiarkan pernikahan itu terjadi begitu saja. Dia mulai berpikir untuk menemukan cara meloloskan diri dari perjodohan itu.

***

"Pagi pak."

Seorang pria paruh baya mengernyit bingung, saat salah satu karyawannya tiba-tiba menghampirinya di depan ruang kerjanya.

"Ada apa Ayyara?"

"Pak, saya dengar saat ini CEO Bimantara group sedang berkunjung di perusahaan kita. Apa itu benar?"

"Iya, pak Kieran datang ke sini untuk bertemu saya dan menanyakan perkembangan perusahaan kita saat ini."

"Boleh saya meminta waktunya sebentar untuk bertemu dengan pak Kieran. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan padanya."

"Ada urusan apa kamu dengan pak Kieran?"

Ayyara tak menjawab. Dia langsung menyelonong masuk begitu saja tanpa menunggu izin Ardi selaku manager di perusahaan itu lebih dulu. Menghampiri laki-laki yang duduk sofa ruangan itu, sedang membaca sebuah berkas di tangannya. Dia tak sadar jika yang masuk ke ruangan itu adalah Ayyara, bukan managernya.

"Pak Ardi, apa anda sudah menemukan berkasnya?" tanya Kieran tanpa mengalihkan pandangannya.

Tadinya dia meminta Ardi keluar dari ruangan untuk mengambilkan beberapa berkas penting lagi.

"Pak Kieran, ini saya Ayyara."

Kieran tertegun mendengar suara perempuan itu barusan. Dia spontan menoleh, Ayyara ternyata sudah berdiri di sampingnya.

"Ayyara, kenapa kamu masuk ke ruangan ini? Saya ada perlu sebentar dengan manajer kalian. Dan saya tidak mau ada satupun karyawan yang masuk ke sini!"

"Tapi ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan pak Kieran."

"Apa tentang pekerjaan?"

Ayyara menggeleng, bukan itu yang dia maksud.

"Jika bukan pekerjaan, saya rasa itu tidak penting. Jadi silakan keluar."

Kieran kembali mengarahkan pandangannya pada berkas di tangannya. Sebisa mungkin dia akan terus bersikap dingin pada Ayyara, walau sebenarnya bukan itu yang dia mau.

Ayyara geram. Bisa-bisanya Kieran berbicara seakan diantara mereka sedang tak terjadi apa-apa. Tidak mungkin Kieran tak mengetahui tentang perjodohan ini.

"Tolong batalkan perjodohan ini!"

Kieran kembali tertegun. Dia lalu menutup berkas yang sedang dia baca tersebut dengan cukup kasar. Lalu berdiri menghadap Ayyara, memberinya sorot tegas.

"Kamu hanya karyawan di sini, dan jangan lupa siapa saya. Ini masih jam kerja, bukan? Jadi jangan bicarakan apapun pada saya selain masalah pekerjaan."

"Saya tidak peduli dengan itu, yang saya inginkan saat ini tolong minta pada orang tua anda untuk membatalkan perjodohan ini!"

"Keluar," usir Kieran masih dengan nada datar. Dia tidak marah dengan perempuan itu, tapi dia juga tidak ingin membahas perjodohan mereka saat itu juga.

"Jika kamu masih ingin bekerja di sini, tolong ikuti apa yang saya perintahkan."

"Saya tidak akan keluar dari sini, sebelum anda mau berbicara masalah perjodohan ini -"

"Saya tidak bisa membatalkannya!" potong Kieran berhasil membuat Ayyara seketika terdiam. Perempuan itu menggeleng tak terima.

"Kenapa anda tidak bisa melakukan itu?"

"Saya sudah menjawabnya, jadi tolong keluar dari sini. Tujuan saya datang ke sini bukan untuk berbicara denganmu, tapi dengan pak Ardi!"

"Tolong jawab pertanyaan saya, kenapa anda tidak bisa melakukan itu?"

"Ayyara!"

Dengan langkah tergesa, Ardi menghampiri karyawannya yang sedang menghadap sang CEO. Dia kemudian menatap Kieran dengan raut bersalah.

"Maaf pak Kieran, tadinya -"

"Apa begini cara anda mendidik karyawan? Di mana sopan santunnya?"

Ardi menghela nafas berat. Walau dia lebih tua dibandingkan Kieran, tetap saja dia sangat takut jika membuat Kieran marah. Bagaimanapun jabatan Kieran juga lebih tinggi darinya.

"Ayyara tolong keluar dari ruangan ini!"

"Tapi saya masih -"

"Ayyara!" bentak Ardi yang sudah tak bisa menahan emosinya pada Ayyara.

Ayyara tak bisa membantah lagi. Dia sadar tak boleh Melawati batasannya sebagai karyawan, jika tidak maka bisa saja dia kehilangan pekerjaannya. Ayyara memutuskan untuk pergi dari sana begitu saja.

"Ayyara," panggil Kieran menghentikan langkah Ayyara saat nyaris sampai pintu keluar.

"Temui saya setelah jam kerjamu selesai."

Ayyara tak menoleh, pandangannya masih menatap lurus ke luar pintu di hadapannya. Setelah mengatakan tidak bisa membatalkan perjodohan mereka, kini Kieran memintanya untuk bertemu. Apa yang ingin dibicarakan oleh Kieran? Apakah Kieran akan berubah pikiran, dan menuruti keinginan Ayyara untuk membatalkan perjodohan mereka?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
Ayyara gak sopan yah... masuk ruangan tanpa ketuk pintu lbh dulu.. trus ngotot bicara sm pemilik perusahaan..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status