Pernikahan di Masa Lalu
“Akhirnya kamu lulus juga, sayang. Selamat kamu sudah menjadi sarjana sastra. Aku bangga padamu.” ucap Melvin bahagia. Ia memeluk erat Zee dan mencium pipinya. Hari ini ia sangat bahagia karena Zee sudah lulus kuliah. Bahkan Melvin sengaja mengambil cuti untuk merayakannya bersama Zee.
“Terima kasih, Kak. Terima kasih karena sudah menunggu aku dengan sabar ya.” Zee mengeratkan pelukannya kepada Melvin. Ia bahagia, akhirnya perjuangannya sudah selesai di bangku kuliah. Sekarang saatnya ia mencari pekerjaan bahkan mengambil sertifikasi sebagai penerjemah tersumpah untuk kedua bidang yang telah ia tekuni selama ini.
“Selamat ya sayang, Papa dan Mama bangga sama kamu.” Revalina dan Ramon mendekati tempat duduk Zee. Mereka memeluk Zee dengan erat dan menciumi pipi anaknya yang paling mereka cintai. Rasa bangga terpancar dari wajah kedua orang tua Zee.
“Terima kasih ya mama dan papa.” Zee memeluk kedua orang tuanya erat. Ia sangat bersyukur karena sangat didukung dan dicintai oleh kedua orang tuanya.
“Setelah ini kamu mau bagaimana Zee?” Tanya Ninda, salah satu teman Zee di kampus.
“Aku mau mendapatkan sertifikasi sebagai penerjemah tersumpah terlebih dahulu, setelah itu aku ...”
“Akan menikah dengan aku!” Potong Melvin tiba-tiba. Zee dan Ninda terkejut mendengar ucapan Melvin. Zee menutup mulutnya yang menganga besar mendengar semua ucapan Melvin. Ia sangat tidak menyangka bahwa Melvin akan melamarnya di depan teman baiknya. Suatu hal yang tidak pernah diduga oleh Zee bahwa pangeran impiannya akan melamarnya di tempat terbuka seperti auditorium kampus tempat ia melaksanakan wisuda.
Sementara orang tua Zee hanya bisa tersenyum saja melihat Melvin yang melamar anak putrinya. Sebelumnya Melvin sudah meminta restu terlebih dahulu pada orang tua Zee untuk menikahi anaknya secepatnya. Dan beruntungnya, orang tua Zee setuju dengan lamaran dari Melvin.
“Ka.. kamu serius, Kak?” Tanya Zee terbata-bata. Kebahagiaan terpancar dari sinar mata Zee yang melihat Melvin.
“Serius. Zeline Jovanka, maukah kamu jadi istriku? Mendampingiku seumur hidup, mencintaiku dalam keadaan susah ataupun senang.” Melvin berlutut di depan Zee. Memberikan sebuah kotak berwarna merah berisi cincin emas sederhana. Semua orang di auditorium bersorak sorai melihat pemandangan ini.
“Terima … Terima … “ teriakan di auditorium bergema. Banyak orang yang menyemangati kisah cinta mereka bahkan kedua orang tua Zee juga ikut menyemangati Zee untuk menerima lamaran Melvin. Ada yang senang dan adapun yang sebal melihat keromantisan Melvin di depan umum. Para pria patah hati karena gadis pujaan fakultas sastra Inggris dan sastra Mandarin ini ternyata sudah ada yang punya bahkan akan segera menikah.
Zee melihat wajah kedua orang tuanya yang mengangguk tanda menyetujui. Zee sangat bahagia karena orang tuanya mendukung hubungannya dengan Melvin.
“Aku mau, Kak.” Pipi Zee merona. Ada rasa bahagia dan terharu di hati Zee. Zee setuju dan menangguk menerima cincin pemberian Melvin. Melvin segera memakaikan cincin di jari manis Zee lalu mencium tangan Zee.
Zee sangat senang akhirnya pangeran impiannya melamarnya dengan sangat romantis. Orang tua Zee yang berada di samping Zee pun sangat bahagia melihat anak perempuan yang mereka kasihi terlihat sangat bahagia.
Hanya berselang satu bulan setelah kelulusan, akhirnya Zee menikah dengan Melvin. Meskipun sederhana, tapi sangat syahdu dan khidmat. Mereka hanya menikah di masjid saja. Bagi Zee semua itu sudah cukup. Ia tidak peduli dengan glamor atau meriah, yang ia pentingkan hanyalah menjadi istri sah seorang Melvin.
“Maaf ya sayang, Kakak hanya bisa menyelenggarakan pernikahan kita sesederhana ini. Hanya akad nikah saja. Tapi kakak janji akan membahagiakan kamu selamanya.” ucap Melvin sedikit murung. Kekurangan ekonomi yang selama ini menjadi momok bagi Melvin dan keluarganya selalu menghantui Melvin. Sebenarnya, ibunda dari Melvin sudah mengatakan untuk menunda pernikahan, tapi Melvin tidak ingin menunda lagi.
Flashback on
“Mel, apa tidak sebaiknya kamu pikirkan kembali? Kamu masih terlalu muda untuk menikah saat ini.” ucap Nina, ibunda Melvin.
“Aku sudah tidak bisa nunggu, Ma.”
“Kenapa, Mel? Apakah Zee mendesakmu untuk menikahinya segera?” Nina menjadi bingung. Mengapa pernikahan ini seperti terburu-buru. “Apakah Zee hamil?” tanya Nina curiga.
“Zee tidak hamil, bahkan aku belum pernah menyentuhnya, Ma.”
“Baguslah. Kalian masih bisa menjaga diri sebelum sampai ke pernikahan.” Nina mengusap dadanya sendiri. Kekhawatirannya menghilang karena ternyata Zee tidak hamil.
“Tapi aku sudah cinta mati terhadap Zee, aku tidak bisa kehilangan dirinya.” suara Melvin meninggi. Nina mengangguk mengerti dengan keinginan anaknya, tapi perasaannya masih mengganjal karena anaknya menikah muda.
“Kehilangan? Zee minta putus pada kamu karena tidak mau menikahinya segera?” Nina semakin menyelidiki. “Mengapa Zee sangat tidak sabar untuk menikah dengan anakku?” gumam Nina dalam hati.
“Enggak ma. Zee tidak minta putus. Tapi Melvin sudah tidak bisa menunggu lagi. Banyak pria yang mengejar Zee. Bahkan mereka lebih kaya dan tampan dibandingkan Melvin yang bukan apa-apa.” Melvin murung. Ia tahu bahwa di kampus banyak pria yang mengejar Zee, ia pernah melihat sendiri ada seorang pria yang menyatakan cinta terhadap Zee tapi saat itu Zee menolaknya. Entah karena ada Melvin di samping Zee sehingga Zee menjadi tidak enak atau karena Zee memang tidak menyukai pria itu.
“Jika Zee tidak tergesa - gesa, maka kamu bisa menunggu harusnya.” Nina menasehati anaknya, ia mengusap-usap punggung Melvin agar lebih santai dalam berbicara.
“Aku tidak mau ma!” nada suara Melvin naik satu oktaf.
“Maksud mama, Zee masih bisa menunggu sampai kamu mapan bukan? Mama takut, nanti malah kamu akan kesulitan dalam menafkahi Zee dan keluarga kita. Saat ini saja kita sudah mengalami kesulitan. Terlebih lagi harus mengadakan pesta pernikahan. Itu semua membutuhkan uang yang banyak.” Nina berusaha menjelaskan sebaik mungkin. Ia tidak mau Melvin salah sangka terhadapnya. Nina menyetujui Zee menjadi calon istri Melvin, tapi bukan sekarang saatnya untuk menikah. Keadaan ekonomi mereka cukup tidak memungkinkan dan jika dipaksakan, Nina takut akan terjadi bencana perceraian.
“Mama tenang saja. Mel sudah berbicara pada Zee. Dia mau jika Melvin hanya menikah sederhana saja. Hanya akad nikah saja. Tidak ada resepsi apapun.” Melvin menenangkan ibunya yang sedikit cemas.
“Zee berasal dari keluarga berada, apakah tidak bermasalah? Keluarganya tidak protes?” Nina agak canggung dengan orang tua Zee yang cukup berada.
“Tidak, Ma. Mel sudah bertanya pada orang tua Zee dan mereka semua setuju.” Melvin tersenyum mengingat restu dari orang tua Zee. Ia bersyukur sangat mudah mendapatkan restu dari kedua orang tua Zee. Mereka hanya meminta agar Zee dibahagiakan. Urusan materi bisa menjadi rezeki dari perkawinan, yang penting saling setia.
“Baiklah. Semua mama serahkan pada kalian saja.” Nina menyerah. Watak anaknya sama dengan suaminya, sama-sama keras kepala dan tidak mau mendengar orang lain.
Flashback off
“Tidak masalah, Kak. Yang terpenting saat ini adalah kita sudah menjadi suami dan istri yang sah. Aku bahagia saat bersama kakak. Itu semua sudah cukup bagiku.” Zee tersenyum bahagia melihat suaminya yang sah.
“Terima kasih, Zee. Mari kita jadikan pernikahan ini sebagai awal kebahagiaan kita.” Melvin mencium kening Zee dengan lembut.
***
Kalau kalian suka tipe pernikahan yang bagaimana? Mewah atau sederhana?
Jawab dikomen yaaa
Chap 5 - Kembali ke Masa Kini Zee sangat kesal, benar-benar kesal dengan kelakuan suaminya yang sangat merasa diri sangat berkecukupan bahkan untuk menghidupi 2 istri dan orang tua serta adiknya. Memang sekarang ini semua keuangan Melvin dipegang oleh Zee . Setiap bulannya Zee selalu membagi semua uang yang dihasilkan Melvin ke pos-pos yang wajib dibayarkan. Gaji Melvin saat ini adalah 5 juta rupiah. Uang yang dihasilkan oleh Melvin digunakan untuk membayar kontrakan sebesar 1 juta rupiah per bulan, cicilan mobil sebesar 2 juta per bulan dan masih harus dicicil selama 3 tahun lagi, biaya hidup orang tua dan 2 adik Melvin 1.5 juta. Sisa dari gaji Melvin hanya 500 ribu per bulan saja. Zee pernah melarang Melvin untuk membeli mobil karena dirasa akan sulit bagi mereka untuk menjalani hidup denga
Berita Buruk “Hai, Nin. Apa kamu sedang sibuk?” sapa Zee di telepon kepada Ninda sahabatnya. “Tidak. Ada apa Zee?” tanya Zee penasaran. Suara Zee terdengar berbeda daripada biasanya. “Aku sedang dalam masalah …,” lirih Zee getir. Ia sedang menahan air matanya yang akan segera tumpah. “Masalah apa?” Ninda melembutkan suaranya untuk menenangkan Zee. “Nin, apa yang harus aku lakukan? Kak Melvin sudah menikah lagi," lirih Zee. “Hah … menikah lagi?” tanya Ninda terkejut. “Bukankah dia sangat mencintaimu? Apa yang menyebabkan dia menikah lagi?" cerocos Ninda. "Karena kami tak kunjung punya anak, Nin," ucap Zee menangis terisak.
"Zee …" panggil Nina, mertuanya tidak sabaran di depan pintu kontrakan Zee."Ya, Bu." Zee membuka pintu rumah."Apakah Melvin ada?" tanya Nina ketus."Tidak ada, Bu." Zee menggeleng. Ia tahu bahwa Melvin pasti ada di rumah madunya karena hari ini adalah jatah hari untuk Misya."Apakah kamu bisa memberikan Ibu uang sekarang? Ibu harus membeli sabun muka dan kosmetik. Semuanya sudah habis," pinta Nina tanpa tahu malu dan agak sedikit memandang rendah Zee. Menurut Nina, Zee adalah benalu di keluarganya. Ia sangat bangga dengan Melvin yang sudah berkecukupan sementara Zee hanya di rumah dan melakukan kegiatan tak berguna."Belum ada uang, Bu. Kak Melvin belum gajian. Lusa Kak Melvin baru gajian," terang Zee."Baiklah. Lusa Ibu akan meminta uang. Siapkan lima ratus ribu. Kosmetik Ibu mahal," ucap Nina ketus sebelum meninggalkan Zee sendiri berdiri di depan pintu."Bu …" panggil Zee untuk menghentikan langkah Nina."Ada apa?" Nina berbalik dan menatap Zee."A-ap
Melvin sedang menikmati hembusan angin yang berada di teras rumah kontrakan Misya. Ia begitu damai karena sekarang apa yang ia impikan telah menjadi kenyataan. Melvin sudah menjadi seorang calon ayah. Anak yang ia nantikan selama ini sudah bertumbuh subur di kandungan Misya. “Mas ...” panggil Misya manja kepada Melvin yang sedang bersantai merokok di teras rumah kontrakannya.“Ada apa, Sayang? Istri mas paling cantik di dunia …,” rayu Melvin saat melihat Misya yang begitu cantik dan muda sedang merajuk manja terhadapnya. Ia sangat gemas dengan tingkah laku manja Misya, tidak seperti Zee yang kaku dan datar.“Mas, aku sekarang kan sudah hamil,” ucap Misya memulai pembicaraan.“Terus ...” Melvin tersenyum, ia masih menunggu ucapan Misya selanjutnya.“Mas kan sudah janji padaku waktu kita menikah tiga bulan lalu,”“Janji?” Melvin sendiri hampir melupakan kata-katanya saat menikah dengan Misya.“Aku bisa memegang semua keuangan Mas saat aku sudah hamil?” Misya
“Zee … Zee ...” panggil Melvin di depan pintu. Ia bahkan lupa membawa kunci rumah karena tergesa-gesa untuk pulang ke rumah. “Zee … Zee ...” Melvin memanggil Zee kembali tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Ia meraih ponselnya dan memilih nama Zee untuk di teleponnya. “Maaf, nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi,” jawab operator telepon kepada Melvin. "Hais … kamu dimana sih, Zee?" ucap Melvin kesal. Melvin akhirnya pergi ke rumah orang tuanya yang berbeda tiga rumah darinya. Ia akan menunggu Zee pulang dan mengambil ATM-nya dari tangan Zee. "Bu," panggil Melvin di depan pintu kontrakan orang tuanya. "Ya, tunggu sebentar." Nina keluar dari kamarnya dan mendengar suara Melvin di depan pintu rumah. Ceklek Pintu rumah dibuka. "Wah ternyata kamu sudah pulang," ujar Nina yang sangat senang melihat kedatangan Melvin. "Iya, Bu. I
Cinta hanya seutas tali yang mudah putusZee menemui kedua orang tuanya. Ia harus berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan terpenting di dalam hidupnya. Ia tidak mau mengambil keputusan di saat kepalanya masih sangat panas dan hatinya sedih.Ting tong!Zee memencet bel pintu rumah orang tuanya."Zee …” Virni terkejut karena melihat Zee berada di depan pintu rumahnya. “Aduh mama kangen sekali bertemu denganmu." Virni memeluk Zee erat. Ia sangat merindukan putri semata wayangnya yang jarang pulang ke rumah.“Mama, aku kangen mama … Huaaa …” Tangis Zee pecah saat ia merasakan dekapan erat dari mamanya.“Jangan menangis, Sayang. Ayo masuk ke dalam. Ada kakak dan Papa di dalam.” Virni mengajak Zee untuk masuk ke dalam rumah.“Hei, anak papa kenapa matanya sembab?” tanya Alex, papa Zee. Ia sangat heran mengapa mata anaknya sangat sembab dan penampilan Zee sangat berantakan, tidak seperti biasanya.“Aku … aku butuh konsultasi kepada kalian semua
“Jika kamu masih sangat mencintainya, cobalah berdamai dengan keadaan. Terimalah madumu, Zee,” ucap Alex memberi nasehat.“Tapi tidak semudah itu, Pa!” sahut Zidan tidak terima dengan nasehat papanya.“Jadi menurut kamu, Zee harusnya seperti apa?” tanya Alex heran kepada Zidan. Ia memang tahu dari dulu bahwa Zidan sangat tidak menyukai Melvin.“Cerai!” tegas Zidan.“Perceraian sangat dibenci Allah, Zidan,” ucap Virni mengingatkan.“Bagaimana jika kamu mencoba bertahan terlebih dahulu? Tapi jika kamu tidak sanggup, maka kami akan mendukungmu selalu,” ucap Alex lagi memberikan pilihan kepada Zee.“Aku tidak tahu apakah aku sanggup atau tidak, Pa. Mereka semua bahkan seperti sangat membenci diriku,” lirih Zee sedih. Ia sangat ingat bagaimana perlakuan keluarga Melvin selama ini kepadanya. Hanya Melvin dan Rio yang sangat baik kepadanya, tapi sekarang Melvin berubah menjadi orang yang berbeda semenjak menikah dengan Misya.“Uji coba dulu, Sayang.” Virni mengelus pun
Setelah berkonsultasi dengan keluarga, rencana Zee menjadi lebih matang. Ia tidak mau harga dirinya diinjak terus menerus oleh keluarga Melvin. Ia harus membuat mereka menyesal karena telah menyia-nyiakan dirinya. Ia akan berjuang untuk pernikahannya dan dirinya sendiri. "Aku tegar, aku kuat!" Zee mengingatkan dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya."Aku wanita kuat, aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri," ucap Zee sambil komat kamit sendiri. Ia mendoktrin dirinya agar lebih baik dan tegar.Dengan tegar, Zee pulang kembali ke rumah kontrakannya. Ia akan menghadapi semua orang yang berada di sana dan ia akan melihat seberapa jauh ia dapat bertahan dengan kenyataan pahit yang ada di hadapannya.Ketika sedang berjalan pulang melewati gang dekat rumahnya, tiba-tiba …“Zee …,” panggil seorang pria yang sudah Zee kenal suaranya. Dia adalah Melvin, suaminya. Ia seperti orang tidak sabaran menunggu kedatangan Zee.Zee melirik ke arah suaminya