Share

Bab 4 - Menikah Denganmu

Pernikahan di Masa Lalu

“Akhirnya kamu lulus juga, sayang. Selamat kamu sudah menjadi sarjana sastra. Aku bangga padamu.” ucap Melvin bahagia. Ia memeluk erat Zee dan mencium pipinya. Hari ini ia sangat bahagia karena Zee sudah lulus kuliah. Bahkan Melvin sengaja mengambil cuti untuk merayakannya bersama Zee.

“Terima kasih, Kak. Terima kasih karena sudah menunggu aku dengan sabar ya.” Zee mengeratkan pelukannya kepada Melvin. Ia bahagia, akhirnya perjuangannya sudah selesai di bangku kuliah. Sekarang saatnya ia mencari pekerjaan bahkan mengambil sertifikasi sebagai penerjemah tersumpah untuk kedua bidang yang telah ia tekuni selama ini.

“Selamat ya sayang, Papa dan Mama bangga sama kamu.” Revalina dan Ramon mendekati tempat duduk Zee. Mereka memeluk Zee dengan erat dan menciumi pipi anaknya yang paling mereka cintai. Rasa bangga terpancar dari wajah kedua orang tua Zee.

“Terima kasih ya mama dan papa.” Zee memeluk kedua orang tuanya erat. Ia sangat bersyukur karena sangat didukung dan dicintai oleh kedua orang tuanya.

“Setelah ini kamu mau bagaimana Zee?” Tanya Ninda, salah satu teman Zee di kampus.

“Aku mau mendapatkan sertifikasi sebagai penerjemah tersumpah terlebih dahulu, setelah itu aku ...” 

“Akan menikah dengan aku!” Potong Melvin tiba-tiba. Zee dan Ninda terkejut mendengar ucapan Melvin. Zee menutup mulutnya yang menganga besar mendengar semua ucapan Melvin. Ia sangat tidak menyangka bahwa Melvin akan melamarnya di depan teman baiknya. Suatu hal yang tidak pernah diduga oleh Zee bahwa pangeran impiannya akan melamarnya di tempat terbuka seperti auditorium kampus tempat ia melaksanakan wisuda. 

Sementara orang tua Zee hanya bisa tersenyum saja melihat Melvin yang melamar anak putrinya. Sebelumnya Melvin sudah meminta restu terlebih dahulu pada orang tua Zee untuk menikahi anaknya secepatnya. Dan beruntungnya, orang tua Zee setuju dengan lamaran dari Melvin.

“Ka.. kamu serius, Kak?” Tanya Zee terbata-bata. Kebahagiaan terpancar dari sinar mata Zee yang melihat Melvin.

“Serius. Zeline Jovanka, maukah kamu jadi istriku? Mendampingiku seumur hidup, mencintaiku dalam keadaan susah ataupun senang.” Melvin berlutut di depan Zee. Memberikan sebuah kotak berwarna merah berisi cincin emas sederhana. Semua orang di auditorium bersorak sorai melihat pemandangan ini. 

“Terima … Terima … “ teriakan di auditorium bergema. Banyak orang yang menyemangati kisah cinta mereka bahkan kedua orang tua Zee juga ikut menyemangati Zee untuk menerima lamaran Melvin. Ada yang senang dan adapun yang sebal melihat keromantisan Melvin di depan umum. Para pria patah hati karena gadis pujaan fakultas sastra Inggris dan sastra Mandarin ini ternyata sudah ada yang punya bahkan akan segera menikah.

Zee melihat wajah kedua orang tuanya yang mengangguk tanda menyetujui. Zee sangat bahagia karena orang tuanya mendukung hubungannya dengan Melvin. 

“Aku mau, Kak.” Pipi Zee merona. Ada rasa bahagia dan terharu di hati Zee. Zee setuju dan menangguk menerima cincin pemberian Melvin. Melvin segera memakaikan cincin di jari manis Zee lalu mencium tangan Zee. 

Zee sangat senang akhirnya pangeran impiannya melamarnya dengan sangat romantis. Orang tua Zee yang berada di samping Zee pun sangat bahagia melihat anak perempuan yang mereka kasihi terlihat sangat bahagia.

Hanya berselang satu bulan setelah kelulusan, akhirnya Zee menikah dengan Melvin. Meskipun sederhana, tapi sangat syahdu dan khidmat. Mereka hanya menikah di masjid saja. Bagi Zee semua itu sudah cukup. Ia tidak peduli dengan glamor atau meriah, yang ia pentingkan hanyalah menjadi istri sah seorang Melvin.

“Maaf ya sayang, Kakak hanya bisa menyelenggarakan pernikahan kita sesederhana ini. Hanya akad nikah saja. Tapi kakak janji akan membahagiakan kamu selamanya.” ucap Melvin sedikit murung. Kekurangan ekonomi yang selama ini menjadi momok bagi Melvin dan keluarganya selalu menghantui Melvin. Sebenarnya, ibunda dari Melvin sudah mengatakan untuk menunda pernikahan, tapi Melvin tidak ingin menunda lagi. 

Flashback on

“Mel, apa tidak sebaiknya kamu pikirkan kembali? Kamu masih terlalu muda untuk menikah saat ini.” ucap Nina, ibunda Melvin.

“Aku sudah tidak bisa nunggu, Ma.”

“Kenapa, Mel? Apakah Zee mendesakmu untuk menikahinya segera?” Nina menjadi bingung. Mengapa pernikahan ini seperti terburu-buru. “Apakah Zee hamil?” tanya Nina curiga.

“Zee tidak hamil, bahkan aku belum pernah menyentuhnya, Ma.” 

“Baguslah. Kalian masih bisa menjaga diri sebelum sampai ke pernikahan.” Nina mengusap dadanya sendiri. Kekhawatirannya menghilang karena ternyata Zee tidak hamil.

“Tapi aku sudah cinta mati terhadap Zee, aku tidak bisa kehilangan dirinya.” suara Melvin meninggi. Nina mengangguk mengerti dengan keinginan anaknya, tapi perasaannya masih mengganjal karena anaknya menikah muda.

“Kehilangan? Zee minta putus pada kamu karena tidak mau menikahinya segera?” Nina semakin menyelidiki. “Mengapa Zee sangat tidak sabar untuk menikah dengan anakku?” gumam Nina dalam hati.

“Enggak ma. Zee tidak minta putus. Tapi Melvin sudah tidak bisa menunggu lagi. Banyak pria yang mengejar Zee. Bahkan mereka lebih kaya dan tampan dibandingkan Melvin yang bukan apa-apa.” Melvin murung. Ia tahu bahwa di kampus banyak pria yang mengejar Zee, ia pernah melihat sendiri ada seorang pria yang menyatakan cinta terhadap Zee tapi saat itu Zee menolaknya. Entah karena ada Melvin di samping Zee sehingga Zee menjadi tidak enak atau karena Zee memang tidak menyukai pria itu. 

“Jika Zee tidak tergesa - gesa, maka kamu bisa menunggu harusnya.” Nina menasehati anaknya, ia mengusap-usap punggung Melvin agar lebih santai dalam berbicara.

“Aku tidak mau ma!” nada suara Melvin naik satu oktaf.

“Maksud mama, Zee masih bisa menunggu sampai kamu mapan bukan? Mama takut, nanti malah kamu akan kesulitan dalam menafkahi Zee dan keluarga kita. Saat ini saja kita sudah mengalami kesulitan. Terlebih lagi harus mengadakan pesta pernikahan. Itu semua membutuhkan uang yang banyak.” Nina berusaha menjelaskan sebaik mungkin. Ia tidak mau Melvin salah sangka terhadapnya. Nina menyetujui Zee menjadi calon istri Melvin, tapi bukan sekarang saatnya untuk menikah. Keadaan ekonomi mereka cukup tidak memungkinkan dan jika dipaksakan, Nina takut akan terjadi bencana perceraian.

“Mama tenang saja. Mel sudah berbicara pada Zee. Dia mau jika Melvin hanya menikah sederhana saja. Hanya akad nikah saja. Tidak ada resepsi apapun.” Melvin menenangkan ibunya yang sedikit cemas.

“Zee berasal dari keluarga berada, apakah tidak bermasalah? Keluarganya tidak protes?” Nina agak canggung dengan orang tua Zee yang cukup berada.

“Tidak, Ma. Mel sudah bertanya pada orang tua Zee dan mereka semua setuju.” Melvin tersenyum mengingat restu dari orang tua Zee. Ia bersyukur sangat mudah mendapatkan restu dari kedua orang tua Zee. Mereka hanya meminta agar Zee dibahagiakan. Urusan materi bisa menjadi rezeki dari perkawinan, yang penting saling setia.

“Baiklah. Semua mama serahkan pada kalian saja.” Nina menyerah. Watak anaknya sama dengan suaminya, sama-sama keras kepala dan tidak mau mendengar orang lain.

Flashback off

 “Tidak masalah, Kak. Yang terpenting saat ini adalah kita sudah menjadi suami dan istri yang sah. Aku bahagia saat bersama kakak. Itu semua sudah cukup bagiku.” Zee tersenyum bahagia melihat suaminya yang sah. 

“Terima kasih, Zee. Mari kita jadikan pernikahan ini sebagai awal kebahagiaan kita.” Melvin mencium kening Zee dengan lembut.

***

Kalau kalian suka tipe pernikahan yang bagaimana? Mewah atau sederhana?

Jawab dikomen yaaa

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Sebutannya kak sama dek w pikir kristen ternyata muslim. Np ga mas aj? Apanya bersama dlm suka dan duka? Susah dan senang? Klo nyatanya nikah lg?
goodnovel comment avatar
Rani Hermansyah
yang berkenan mampir ya dikarya recehku istri yang tak dirindukan
goodnovel comment avatar
Masandra
sederhana tapi bahagia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status