Home / Romansa / Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira / 6.tak perlu rendah hati

Share

6.tak perlu rendah hati

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2023-10-22 07:10:25

Harusnya, aku tak perlu merasa rendah diri di hadapan wanita di hati Mas Revan. Dia hanya simpanan, wanita yang diam diam berselingkuh, menggunakan cara kotor untuk menggoda suami orang, tidak punya kehormatan dan tidak tahu diri. Mengapa aku harus merasa sedih dan kecil hati. Mengapa juga aku harus merasa dikalahkan oleh manusia hina sepertinya.

Dia memang cantik, sukses secara karir dan mandiri. Tapi untuk merebut Mas Revan dari tanganku, akankah dia akan gunakan segala cara dan aku akan bertahan dengan hantaman gangguannya?

Allahu Akbar. Kuatkan aku Tuhan.

*

Siang, sekitar pukul dua, kujemput anakku di sekolah. Biasanya, mereka akan pulang dan sudah menunggu di depan gerbang.

"Permisi Pak,"sapaku pada satpam penjaga, dia sudah mengenalku sebagai Mami Rian dan Rissa.

"Oh Nyonya, tadi anak anak sudah dijemput."

Deg. Perasaanku mulai tak nyaman.

"Sama siapa?"

"Seorang wanita cantik dengan mobil putih, Nyonya."

"Dia tak sebutkan namanya?"

"Dia cantik, tinggi semampai dan rambutnya sepunggung. Dia bilang, dia teman dekat Pak Revan dan Pak Revan memintanya menjemput anak anak untuk makan siang sekaligus mau diantar pulang."

Oh, pahamlah aku, bahwa wanita yang sudah menjemput Rian dan Risa adalah ailen. Tapi, apa modusnya, apa dia akan dekati anak anakku untuk memenangkan hati ayahnya agar segera menikahinya lalu menceraikanku. Kalau demikian, maka tak akan kubiarkan!

"Nyonya, kenapa diam saja?" Satpam itu terlihat bingung melihatku terdiam.

"Oh, tidak Pak, terima kasih atas informasinya."

"Sama sama Bu."

*

Kupacu mobil dengan hati panas seakan bara yang baru saja disiram bensin, menyala dan berkobar. Aku ingin sekali menghajar gundik Mas Revan agar jangan sekali kali ia gunakan anak anak untuk kepentingan pribadinya.

Kuraih ponsel tangan gemetar karena emosi. Kutekan nomor suamiku lalu tak sabar diri ini menunggu jawabannya.

"Halo, ada apa?" tanya Mas Revan ketus. Dia memang kurang suka dihubungi di jam kerja. Tapi, aku sering sekali mencoba menelpon dan nomornya selalu sibuk. Kalau tidak bicara dengan pelacur itu, lalu bicara dengan siapa dirinya?

"Mas, kenapa kau izinkan ailen untuk lancang menjemput anak anak! Apa kau kira Rian dan Risa akan membuka hati secepatnya untuk pelacur yang ingin jadi ibu mereka?!"

"Jaga mulutmu!"

"Kau yang jaga sikap dan batasanmu! Aku sudah cukup sabar ya, menghadapi perselingkuhan kalian. Sampai kapan aku akan terus diam, Mas. Sampai kapan?!"

"Memangnya apa yang salah, kalau ailen menjemput, dia tak akan membunuh anak anak."

"Memang tak masalah bagimu, tapi aku tak rela, kau pikir uang dan pesonamu bisa menyilaukan dan membungkamku, Revan?! Kau salah!"

"Lalu apa maumu!"

"Pulangkan anak anak segera atau aku akan ke kantormu dan berteriak di sana."

"Silakan saja!"

"Jangan menantang Mas!"

"Kau sudah dapatkan harta dan uang, kenapa masih terus menekan."

"Jangan libatkan anak anak," teriakku murka. "Atau aku akan kerumah ibumu dan menceritakan segalanya, semuanya, termasuk hubungan dan potret telanjang kalian berdua!"

"Cukup, jangan menguji kesabaran," balasnya kencang.

"Kembalikan anakku sepuluh menit ke depan!"

"Baik, akan kuperintahkan pada ailen!"

"Jika wanita itu terlambat aku akan menusuk dan mengulitinya hidup hidup," balasku seraya menutup telepon. Kutata napasku yang sejak tadi berembus tak beraturan, kucoba tenangkan diri dan mengucapkan permintaan ampun kepada Tuhan.

"Astagfirullah, wanita itu menggerus kehormatan dan harga diriku sebagai istri sah."

Harusnya aku sebagai korban perselingkuhan ----ketika tidak menerima perbuatan Mas Revan-- maka sebaiknya diri ini minta cerai dan mencari pengganti. Tapi, entah kenapa aku masih bertahan dengan hubungan beracun yang kian hari kian menyiksa hati. Apakah sebegini besar cintaku padanya hingga aku tak memperdulikan luka sendiri. Mengapa aku sampai jatuh cinta dan menyerahkan seluruh hatiku, padahal aku kemudian menyadari bahwa dia tak benar benar mencintai diri ini mengapa aku begitu bodoh?

*

Sebenarnya sudah kusiapkan ponsel dan live streaming yang nantinya akan kusiarkan ketika Ailen datang membawa anak anakku. Akan kusiarkan bagaimana seorang pelakor mencoba mengambil hati suami orang menggunakan anak anak. Tapi, ada dampak besar ke depannya, bagaimana dengan Mas Revan yang dipermalukan, bagaimana reputasi dan pekerjaannya? Jika dia dipecat dan tidak ada yang mau bekerja sama lagi, lalu bagaimana dia menafkahi kami? Panjang pikiran dan bayangan diri ini akan konsekuensi dibanding terus mengumbar emosi dan sakit hati.

Andai kuturuti kemauan untuk mempermalukan wanita itu, maka aku selalu punya cara untuk itu. Lagipula, jika hari ini kupermalukan suami lalu esok hari aku masih bersamanya, tidakkah itu munafik terlihat? Aku seperti anjing yang menjilat ludahnya sendiri.

Ciit ....

Rem mobil merah milik Ailen berdecit tepat di depanku. Aku yang sejak tadi berdiri di depan gerbang rumah, menyaksikan kedua anakku turun dari mobil dengan gembira. Mereka membawa tas belanja berisi mainan dan es krim di tangannya.

"Mami ...." Anak anak berebut lari ke arahku. "Tante itu belikan kami es dan mainan, dia baik sekali."

"Lain kali jangan pergi dengan orang asing ya, boleh jadi mereka mengelabui dan siap membunuh anak anak kapan saja."

"Tapi, Tante Ailen baik sekali," jawab anakku.

"Masuk dan pergi ganti baju," balasku dengan senyum lebar. "Berikan mainannya pada Mami," pintaku.

"Kenapa?"

"Mami akan belikan mainan yang lebih baik dan dua kali lipat lebih banyak. Tahukah kalian, kalian sudah merepotkan Tante ini dan merugikan keuangannya."

"Ah, tidak sama sekali ...." Dia membalas dengan gugup. Ailen mencoba bersikap manis di depan kedua anak mas revan.

"Masuklah, sekarang juga mami akan perintahkan Pak Kardi untuk berangkat ke toko mainan!"

"Baik, mami." Kedua anakku akhirnya menyerah dengan kehendak dan keinginanku.

Melihat mereka berdua sudah masuk ke dalam rumah aku segera mendekat ke hadapan ailin tanpa banyak bicara lagi langsung saja kuhempaskan plastik mainan itu ke wajahnya.

Wanita itu menjerit dan nyaris terjatuh sambil menahan sakit di pipinya yang memerah.

"Beraninya kau gunakan anak-anakku untuk memenuhi ambisimu, bagaimanapun kau tidak akan pernah menjadi Ibu mereka sekuat apapun kau berusaha!"

"Kasihan sekali kamu, kamu yang harusnya mendapatkan iba dari orang lain karena sebentar lagi Mas Revan akan menceraikanmu dan tidak bisa dielakkan bahwa kedua anak itu akan menjadi milikku. Hak asuh akan dimenangkan Revan," jawabnya dengan senyum miring.

"Kamu pikir aku akan diam saja melihat itu terjadi? Aku tidak sebodoh yang kau pikirkan! Sekarang mungkin kau akan menemui Revan dan melaporkan perbuatanku kepadanya, silakan saja, Bukankah kemampuanmu hanya melapor dan cari muka saja!"

"Dasar tidak tahu diri," gumamnya.

"Kau yang tidak tahu diri, gatal dengan suami orang. Kalau kamu memang punya kehormatan sudah sejak lama kau tinggalkan suami orang dan mencari jodoh yang lain," jawabku sambil mendekatkan ujung jemari ke matanya. Dia bersurut sambil mendelik lalu naik ke mobilnya dan pergi.

"Berterima kasihlah karena aku tidak memukulmu, sebab kalau itu terjadi aku akan membuat wajah itu cacat sehingga tidak ada seorangpun yang akan tertarik melihatnya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tth Im
Bukannya dipukul rusak wajahnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    pelajaran sesungguhnya

    "Kau bertemu temanmu yang bernama Rudi itu?""iya," jawabku."kupikir kau akan bertemu dengan orang penting tapi ternyata kau hanya bertemu dengannya..." Mas Revan bersungut dengan cemberut sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi."Aku sedang membicarakan masalah bisnis dan restoran yang cukup strategis di dekat lokasi villa yang ada di daerah Timur kota ini. progress untuk bisnisnya cukup bagus hanya butuh sedikit investasi dan modal.""Aku suka kamu berbisnis tapi aku tidak sreg kau berbisnis dengannya.""kenapa?""ga suka aja.""ada alasan untuk segala sesuatu.""aku hanya tak nyaman.""Kau tak nyaman karena kau cemburu ataukah ada ketakutan lain, jika kau merasa bahwa lelaki itu akan menipuku itu tidak akan terjadi karena dia adalah sahabatku sejak lama, dia tidak akan lari kemana-mana karena jika dia melakukan kecurangan, aku pasti akan menghukumnya.""lelaki itu cukup tampan dan aku tidak mau terjadi fitnah dalam keluargaku.""bicara tentang ketampanan da

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    72.

    **di kantor, di jam istirahat."aku izin untuk keluar 1 jam makan siang dengan temanku.""siapa?""temanku., Kami ingin membicarakan bisnis. Apa kau membutuhkan detail setiap orang yang aku temui atau haruskah kau mengirimkan satu asisten bersamaku agar bisa melaporkan segalanya padamu?""kenapa perkataanmu terdengar sentimental?" suamiku mulai memasang wajah gusar dan kesal. "aku hanya khawatir bahwa kau mencurigai beberapa temanku padahal orang-orang yang aku temui adalah orang-orang yang tempo hari selalu bersamaku. mereka adalah teman-teman biasa teman arisan, sosialita dan beberapa teman bisnis.""tidak, jangan khawatir, pergilah.""terima kasih." aku melenggang keluar dari kantornya dengan santainya. Aku sengaja tidak memberitahu bahwa aku akan makan siang dengan sahabatku Rudi, mungkin sikapku terlampau egois ataukah aku memang sengaja untuk menguji sejauh apa dia mencintaiku dan cemburu dengan itu. aku tahu bahwa aku cemburuannya akan menciptakan prahara, tapi selagi aku t

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    71.

    "Eh, suamimu cemburuan juga ya...."sahabatku Rudi yang sudah kuambil kontaknya tiba tiba mengechat dan bicara begitu."hahaha, abaikan saja.'"Naluri laki-laki memang merasa tertantang saat melihat orang lain menunjukkan ketertarikan dan kekagumannya secara langsung pada istri mereka. tapi aku tak menyangka kalau suamimu menunjukkannya dengan gamblang.""sudahlah, kau pun jangan merasa ditantang dengan sikapnya.""Buat apa... kalau aku ingin merebut orang maka aku akan melakukannya dengan cepat. Kau juga salah tahu ga sih.""salahku apa?""kau terlalu cantik di usiamu itu, malah kalau jalan dengan anakmu kau pasti dikira kakaknya.""Hei, aku baru empat puluhan.""Tapi kau berjuang sejak menikah dengan Revan, siapa yang tak tahu reputasi pria itu. kami para sahabatmu merasa geram dengan perlakuan dan perselingkuhan yang berlangsung selama belasan tahun itu. Heran ya, kenapa kamu bisa tahan.""demi keluarga.""demi keluarga apa demi uang?""dua duanya." aku meletakkan emot senyum di be

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    70. Rudi Siswanto

    sekarang kami duduk di sebuah kedai minuman di pinggir pantai sambil tertawa dan bercengkrama bercerita tentang masa lalu di tahun 90-an, aku dan sahabatku itu banyak mengenal masa-masa konyol di saat kami masih SMA dulu. "Aku pernah dengar kalau istriku dan para sahabat-sahabatnya membicarakan tentang pria bernama Rudi. Tak kusangka Kalau hari ini aku bertemu denganmu secara langsung." Mas Revan mengaduk minumannya lalu meresapnya."oh ya? benarkah, kau sering membicarakanku dengan sahabat-sahabat kita?"aku melirik suamiku dan segera menggeleng cepat dan itu membuat mereka berdua, kedua lelaki itu tertawa padaku."kau tampan juga ya Rudi, ngomong-ngomong Apa usaha yang kau jalani...""aku menjalankan bisnis batubara milik keluarga di Kalimantan. by the way, kau juga tampan dan punya Aura seorang pemimpin yang hebat."suamiku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya lalu berkedip kepada diri ini dan menunjukkan betapa hebatnya dia dapat pujian dari orang-orang di sekitarku.sok

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    69. dua tahun berikutnya

    Dua tahun berikutnya saat anak-anak sudah mulai lulus SMA dan Risa duduk di bangku kelas dua. aku dan suamiku menjalani kehidupan yang bahagia tanpa gangguan dari siapapun tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Ailin atau perintilan tentang hidupnya.Aku merasakan ketentraman dan kedamaian menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga sekaligus orang yang berwenang dalam perusahaan ayah mertua. ayam mertua yang saat ini sudah sepuh mulai sakit-sakitan sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumahnya, suami lebih aktif dengan kegiatan bisnisnya Karena sekarang tumpuan harapan dan satu-satunya penggerak roda perusahaan hanya dia, hanya dia yang diambil keputusannya dan menjadi acuan banyak orang untuk bertindak.ayah mertua sudah menyerahkan segalanya kepada kami dan tidak lagi ambil bagian dalam keputusan perusahaan. "mau kuliah di mana setelah lulus?" tanya kakeknya pada Rian anak sulung kami."ingin kuliah bisnis manajemen di Australia kek atau bila memungkin

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    68

    Mungkin ini bab terakhir saat aku ingin menceritakan hidupku yang penuh kebahagiaan tanpa kehadiran orang ketiga dalam Rumah tanggaku.Setelah beberapa tahun berlalu kami menjalani dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupan dan karirnya.Tanpa sengaja aku mendapati kabar itu ketika aku arisan besar-besaran para sosialita di kota ini. Aku tergabung di sana karena mendapatkan undangan dari istri seorang direktur perusahaan minyak, sekaligus kebetulan mengenal istri gubernur. Mereka mereka mengundangku dan menjadikan aku sebagai anggota organisasi mereka di mana aku mengikuti banyak kegiatan dan arisan. "Kau kenal wanita bernama Airin yang dulu bekerja di perusahaan mertuamu?" Tanya Mbak Fika seorang pebisnis batubara."Namanya cukup familiar," jawabku mencoba untuk bersikap normal dan mengabaikan fakta bahwa orang yang sedang ditanyakan adalah mantan kekasih suamiku.""Aku mengagumi bagaimana kau menyikapi wanita itu saat dia masih bersam

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    67

    Apa semuanya sudah selesai dengan kepergian wanita itu? Aku rasa iya, meski ada masalah lain yang akan kuhadapi tapi tidak akan seberat aku menghadapi orang ketiga dalam rumah tangga. Kuncinya hanya satu jika ingin jadi pemenang pada suami yang suka berselingkuh, lebih banyak bersabar, lebih banyak mengendalikan emosi, tenang dan pertahankan apa yang kita miliki. Niscaya suatu hari suami akan kembali ke rumahnya dan pulang ke pelukan istri dan anak-anaknya.Aku percaya Tuhan sudah berada di pihakku dengan cara membiarkan wanita itu menyerah, lalu pergi dengan membawa amarah dan kekecewaannya.Aku yakin, episode panjang perselingkuhan selama 12 tahun sudah selesai. Ya, berakhir sampai di sini.Kurebahkan tubuhku di tempat tidur lalu kuselimuti diriku sendiri dan suami. Awak dingin dari penyejuk ruangan membuatku harus dekat-dekat dengannya dan dia pun mengembalikan badan untuk memberi tanggapan pada pelukanku."Apa semua konflik ini sudah selesai sekarang?""Aku rasa iya.""Syukurla

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    66

    Keesokan hari.Setelah jam istirahat kantor aku dan Mas Revan menyebabkan waktu untuk pergi ke kantor di mana Ailin bekerja sebagai manajer utama. Sebenarnya perusahaan itu berbasis di Singapura, tapi karena mereka punya kantor cabang di Indonesia, maka wanita itu ditugaskan juga untuk mencari relasi bisnis dan proyek terbaru. "Kau yakin kita akan bertemu dengannya.""Untuk terakhir kalinya."Aku dan suamiku memasuki lobby utama kemudian pergi ke meja resepsionis dan bertanya di manakah ruangan Manager utama."Apa ibu Ailin ada di sini.""Maaf Bu, Ibu manajer kami tidak ada hari ini. Apa beliau tidak memberitahu Anda sebelum Anda membuat jadwal temu dengannya.""Kami datang tanpa ada jadwal temu.""Beliau ada penerbangan 1 jam lagi ke Singapura jadi mungkin anda tidak bisa bertemu dengannya hari ini.""Apa dia memutuskan kembali ke Singapura?""Ya, tugasnya sudah digantikan oleh manajer baru jadi beliau akan kembali ke kantor pusat.""Oh, baiklah."Kupandangi suamiku yang terlihat m

  • Aku Tak Sebodoh yang Kau Kira    65

    Menjelang pukul 03.00 sore putuskan untuk langsung saja pulang ke rumah, kukendarai mobilku lalu 10 menit kemudian aku tiba di rumah.Ku masukkan mobil ke garasi kemudian mematikan mesin lalu keluar dari sana dan pergi ke pintu utama. Di ruang keluargaku dapati Suamiku sedang berbaring dan dia masih mengenakan baju setelan jasnya."Apa kau baru tiba?""Dari tadi.""Kenapa tidak ganti baju?""Aku masih lelah... Pusing.""Oh, apa kau sudah makan?""Belum.""Tunggulah sebentar aku akan siapkan makanan."Aku bergegas pergi ke kamar utama untuk ganti baju kemudian cuci tangan dan mukaku lalu turun ke dapur untuk menyiapkan makanan.Saat aku kembali ke dapur lelaki itu bangkit dari posisi berbaring dan menetap diriku dengan tatapan lekat dari kursi tempat duduknya."Ada apa?""Tidak ada sayang, aku hanya ....""Ada apa?""Aku hanya merasa bersalah Dan teringat kembali atas peristiwa yang bertahun-tahun pernah kulakukan pada dirimu.""Sudahlah, jangan buka-buka lama yang akan membuat kita me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status