مشاركة

Bab 2

مؤلف: Ana Merwin
Rossa pun langsung tertawa, air mata mengalir turun.

Rossa tertawa karena semuanya masih belum terlambat. Tiga tahun yang lalu, pada hari ini, Keluarga Naratama masih ada. Ayahnya masih hidup, kakaknya juga masih ada. Keluarga Naratama masih merupakan keluarga yang bahagia.

Namun, Rossa menangis karena tidak bisa mengerti. Jika memang dia diberi kesempatan untuk terlahir kembali, mengapa justru harus kembali ke hari ini?

Seandainya dia kembali satu hari lebih awal saja, dia tidak perlu menikah dengan Arman.

Jika tidak menikah, semua itu tidak akan pernah terjadi.

Apa jangan-jangan karena...

Rossa tiba-tiba teringat sesuatu. Dia lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh perutnya.

Anak yang tidak berjodoh dengannya itu, hanya sempat bertahan di dalam rahimnya selama empat bulan. Saat Rossa kehilangan anaknya kala itu, rasa sakitnya begitu perih seakan merobek hati. Hingga kini, hal tersebut selalu menjadi penyesalan terdalam di hati Rossa.

Apakah dia dilahirkan kembali ke hari ini justru karena diberi kesempatan untuk melindungi anak ini agar bisa lahir ke dunia?

Rossa tidak ingin memikirkannya. Namun, karena anak itu sudah ada di sini, Rossa tidak akan menghilangkan kesempatannya untuk lahir. Jika dia ingin anak itu lahir dengan selamat, hanya ada satu cara, yaitu menjauhi Arman dan Fera.

Ini adalah anaknya seorang. Di kehidupan ini, Rossa pasti akan melindunginya dengan sebaik-baiknya.

Rossa tidak tidur semalaman. Matanya dipenuhi guratan merah karena kelelahan.

Begitu fajar menyingsing, tanpa membuang waktu, Rossa langsung mencetak surat perjanjian cerai. Setelah menandatanganinya, Rossa segera naik taksi menuju Grup Damara.

Awalnya, Rossa berniat menyetir sendiri. Namun, begitu melihat mobil, Rossa langsung teringat kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan akhirnya meninggal. Akhirnya, Rossa memilih naik taksi.

Sesampainya di Grup Damara, saat hendak masuk ke kantor CEO, Rossa justru dihalangi oleh sekretaris.

"Bu Rossa, Anda nggak boleh masuk."

"Kenapa?"

"Pak Arman... sedang ada tamu." Sekretaris itu menatap Rossa dengan tatapan penuh rasa iba.

Rossa langsung mengerti. Dia melewati sekretaris itu dan mendorong pintu untuk masuk. Benar saja. Rossa melihat sosok yang sangat familier di kehidupan sebelumnya.

Fera.

Wanita impian yang tak tergantikan di hati Arman hanyalah Fera. Hanya karena status sosial Fera yang rendah, meskipun Arman sendiri adalah anak haram Keluarga Damara, keluarganya tetap tidak mengizinkan Arman menikahi wanita seperti itu, karena dianggap bisa merusak citra perusahaan.

Saat ini, Fera tengah duduk di atas sofa kulit besar dengan mengenakan gaun putih. Tubuhnya tampak ramping dan rapuh. Raut wajahnya memang bukan tergolong sangat cantik, hanya bisa disebut manis dan bersih. Namun, kelembutannya membuat orang merasa iba dan ingin melindunginya.

Justru karena kerapuhan Fera itulah, Arman berulang kali mengira jika Rossa-lah yang menindas Fera, sehingga secara naluriah selalu berpihak pada Fera.

"Pak Ronny, keluarlah dulu." Suara Fera terdengar lembut, penuh pengertian.

Setelah Pak Ronny pergi, Fera bangkit berdiri dan memandangi Rossa dari atas hingga ke bawah. Kemudian, Fera pun berkata, "Kamu istri barunya Kak Arman, ya?"

"Jadi, kamu selingkuhan Arman?" Rossa balik bertanya tanpa basa-basi.

Ekspresi Fera langsung berubah. Awalnya dia ingin marah. Namun, tiba-tiba Fera menundukkan kepalanya dan menangis. "Maafkan aku. Aku... aku cuma terlalu menyukai Kak Arman. Aku nggak pernah berniat merebutnya darimu. Kalau kamu nggak ingin melihatku, aku akan segera pergi."

Rossa langsung merasa tidak beres. Fera selalu bermuka dua, beda di depan dan di belakang orang. Di kehidupan sebelumnya, Rossa sudah sering menyaksikannya dan berkali-kali dirugikan karena wanita ini.

Kelakuan Fera sekarang, hanya bisa berarti...

"Yang harusnya pergi itu kamu, bukan dia."

Benar saja. Tiba-tiba, terdengar suara dingin dan tajam dari belakang. Rossa menoleh dan melihat Arman masuk dengan tergesa-gesa.

Arman langsung mempercepat langkahnya dan masuk. Dia lalu meraih pergelangan tangan Rossa dengan kasar. Kemudian, suaranya terdengar tajam, "Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?"

Pergelangan tangan Rossa terasa begitu sakit. Rossa berusaha keras melepaskan diri, tetapi tidak berhasil.

"Lepaskan!"

Arman berkata dengan dingin, "Bicara."

"Nggak ada yang menyuruh. Aku datang cuma untuk menangkap basah perselingkuhan." Rossa mengangkat dagunya dan menatap Arman dengan keras kepala.

Tatapan Arman sedikit berubah. Saat menatap wajah wanita di depannya yang keras kepala dan angkuh itu, untuk sesaat, Arman tidak mampu berkata-kata.

Fera melirik Arman, lalu melirik Rossa. Tiba-tiba, seakan kehilangan keseimbangan, Fera terjatuh ke sofa sambil berseru pelan, "Aduh..."

Suara itu seakan menyadarkan Arman. Arman langsung melepaskan cengkeramannya dan mendorong Rossa agar menjauh.

Rossa terhuyung ke belakang beberapa langkah. Begitu berhasil menyeimbangkan diri, yang dilihat Rossa adalah suami yang baru dinikahinya, sedang menanyakan keadaan wanita lain.

"Yang mana, yang sakit?"

Fera menjawab, "Nggak apa-apa. Aku cuma berdiri terlalu lama. Bagian yang terkilir tadi agak sakit."

Di kehidupan sebelumnya, Rossa sudah berkali-kali melihat adegan seperti itu. Setiap kali melihatnya, hati Rossa selalu terasa sakit. Namun, kali ini, Rossa tidak merasakan apa-apa.

"Kalau mau bermesraan, paling nggak, carilah tempat yang nggak ada orang. Di depanku, yang istri sah ini, kalian berdua sebagai pasangan selingkuh benar-benar terlalu lancang."

"Kamu bilang apa?" Arman berdiri dan berbalik. Tatapannya setajam pisau.

"Maaf, aku salah bicara, ya?" Rossa tersenyum tipis. Sudut bibirnya terangkat dengan anggun. "Aku lupa, kalian lebih suka menyebut perselingkuhan sebagai cinta sejati."

Arman tidak berkata apa-apa. Namun, hawa dingin terpancar dari seluruh tubuhnya. Tatapannya ke arah Rossa seakan menatap seorang mayat hidup.

Sebagai pemimpin Grup Damara selama bertahun-tahun, Arman telah mengendalikan nasib puluhan ribu orang. Dia bahkan mampu memengaruhi perekonomian negara. Aura dominasi yang melekat pada Arman membuat siapa pun tidak berani menatapnya langsung.

Menghadapi tekanan sebesar itu, Rossa memang sedikit terintimidasi. Namun, dia tidak mau menyerah.

Setelah bertahan beberapa detik dalam kebuntuan, Rossa tiba-tiba merasa bosan. Dia lalu mengeluarkan perjanjian perceraian yang sudah ditandatangani dari dalam tasnya, lalu meletakkannya di atas meja kopi. "Tandatangani dan kembalikan padaku. Nggak perlu merasa dirugikan. Di dalamnya sudah ada kompensasi yang kuberikan untukmu."

Arman pun menunduk. Baru melihat lima kata pertama, matanya langsung terbelalak.

"Apa ini?" Fera penasaran dan mendekat untuk melihat. Kemudian, tiba-tiba dia berseru kaget, "Surat perjanjian cerai?"

"Benar, sekarang kamu bisa naik status dari selingkuhan menjadi istri sah," ucap Rossa dengan penuh arti. "Itu kalau Keluarga Damara mau menyetujui kenaikan statusmu."

Wajah Fera langsung menjadi muram. Itu karena faktanya memang seperti itu. Keluarga Damara tidak merestui dirinya. Bahkan, sampai memaksa Arman menikah dengan Rossa.

"Siasat licik apa yang sedang kamu mainkan?" Arman dengan cepat membolak-balik halaman surat perjanjian cerai itu.

Isi surat itu membuat Arman merasa terhina. Dia, Arman Damara, sampai perlu diberi tunjangan oleh seorang wanita? Benar-benar konyol.

"Benar, ini siasat licik menikah satu hari lalu langsung cerai. Mengubah pernikahan pertamamu menjadi pernikahan kedua. Cepat tandatangani dan jangan buang waktu. Kembalikan padaku setelah kamu tandatangani. Aku pergi sekarang."

Rossa tidak tertarik untuk melihat bagaimana kelanjutannya. Dia tahu Arman pasti akan setuju. Di kehidupan sebelumnya, pria itu memang selalu ingin segera bercerai. Sekarang, begitu ada kesempatan untuk lepas darinya dan bisa hidup berbahagia bersama Fera, pasti Arman akan menandatangani surat itu secepat mungkin.

Dengan elegan, Rossa pun berbalik dan melangkah pergi. Saat keluar dari kantor, Rossa sempat mengangguk sedikit ke arah Pak Ronny yang terpaku dalam keterkejutan.

Sepanjang jalan, wajah Rossa tetap tenang. Namun, begitu memasuki lift dan hanya tinggal sendirian, bahunya langsung merosot. Rossa pun menghela napas pelan.

Akhirnya, semuanya benar-benar berakhir. Mulai sekarang, Rossa hanya akan hidup untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

Setelah meninggalkan Grup Damara, Rossa kembali naik taksi menuju perusahaan milik Keluarga Naratama.

Rossa berharap ayahnya tidak akan menyalahkannya atas sikapnya yang begitu keras kepala.

Namun, Rossa benar-benar sangat ingin melihat ayahnya. Ayahnya yang masih hidup.

Semalam, begitu menyadari dirinya terlahir kembali, Rossa sebenarnya sudah ingin langsung pergi. Akan tetapi, karena itu adalah malam pengantin dan sudah larut malam, Rossa takut membuat ayahnya kaget atau khawatir. Oleh karena itu, Rossa menahan diri untuk tidak menelepon dan tidak datang.

Sekarang, setelah dia bercerai dan segalanya sudah terselesaikan, tragedi kehidupan sebelumnya tidak akan terulang lagi. Rossa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dia tidak sabar ingin segera melihat ayahnya.

Setengah jam kemudian, Rossa langsung menuju kantor ayahnya, Hardi Naratama. Saat hendak membuka pintu dan masuk, Rossa mendengar percakapan dari dalam ruangan.

"Ayah, barang-barang yang menumpuk di gudang makin banyak. Pabrik juga belum bisa dihentikan. Kalau terus begini, dana dan pesanan yang kita dapat karena pernikahan Rossa dan Arman juga akan habis nggak bersisa." Suara Justin Naratama terdengar penuh kekhawatiran.
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 100

    Rossa memang sangat marah. Namun, dalam sekejap dia kembali tenang.Arman adalah suaminya yang akan segera bercerai dengannya. Setelah bercerai, Arman bisa melakukan apa pun yang dia inginkan. Rossa tidak akan terkejut jika Arman segera menikahi Fera, apalagi hanya mengatur agar Fera bergabung dengan Grup Damara."Bu Fera." Rossa menyilangkan tangan di dada. Dia tersenyum dingin dan berkata, "Kamu tahu nggak, ada kata di internet yang memang khusus untuk menggambarkan orang seperti kamu.""Kata apa?" Fera menengadah dengan penuh rasa ingin tahu."Wanita yang tampak tenang dan baik hati, tapi sebenarnya kejam dan manipulatif," kata Rossa dengan acuh tak acuh.Ekspresi Fera sempat tampak sedikit berubah. Namun, Fera dengan cepat menunduk dan mulai meneteskan air mata. "Bu Fera, aku tahu kamu pasti salah paham tentang Kak Arman, makanya kamu sampai menghina aku seperti ini. Tapi, aku nggak akan menyalahkanmu."Arman hanya diam saja."Kalau saat kamu mengatakan semua ini cuma salah paham,

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 99

    Setelah melihat-lihat, Rossa bersiap untuk pergi. Namun, tepat saat hendak keluar dari toko, Rossa melihat Fera masuk sambil menggandeng tangan Arman."Kak Arman, aku sudah punya banyak baju. Kamu nggak perlu beliin aku lagi."Fera masuk dengan sikap malu-malu. Namun begitu masuk, pandangannya langsung tertuju pada Rossa. Dengan ekspresi pura-pura terkejut, Fera berkata, "Bu Rossa, kenapa kamu ada di sini? Jangan-jangan kamu tahu aku dan Kak Arman mau ke sini."Maksudnya adalah, Rossa sudah mengikuti mereka.Bahkan diam-diam, dari sudut yang tidak terlihat oleh Arman, Fera sempat melemparkan tatapan menantang ke arah Rossa.Telapak tangan Rossa mengepal erat. Meskipun dia sudah tidak mencintai Arman lagi, melihat pria itu dengan terang-terangan bermesraan dengan Fera di depan umum, sementara dirinya sendiri bahkan tidak diizinkan dekat dengan pria lain, Rossa merasa semuanya begitu ironis.Hati Rossa sudah mati rasa. Dia menatap mata Arman yang dalam dan gelap itu.Rossa tersenyum dan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 98

    Rossa mengamati perusahaan pakaian tersebut dan menemukan bahwa perusahaan itu dikelola dengan buruk. Bukan hanya tidak menghasilkan keuntungan, malah justru harus disubsidi oleh grup.Setelah menghabiskan pagi harinya untuk memeriksa laporan keuangan, sore harinya Rossa mengadakan rapat dengan semua departemen untuk mencari akar permasalahan.Namun, di luar dugaan, semua orang saling lempar tanggung jawab. Akhirnya, rapat pun berakhir tanpa hasil.Begitu waktu pulang tiba, Rossa langsung pulang tepat waktu.Begitu Rossa pergi, seluruh kantor mulai bergosip ramai-ramai."Nggak tahu apa-apa, tapi langsung jadi Manajer Umum. Sebenarnya dia punya koneksi apa sih?""Dia dibawa langsung oleh Pak Doddy. Katanya pagi tadi datang naik mobil Pak Arman. Jangan-jangan dia kerabat Keluarga Damara?""Mungkin juga pacar gelapnya Pak Arman.""Bukankah pacar gelapnya Pak Arman itu Bu Fera?""Katanya Pak Arman sudah menikah, berarti yang lain itu cuma selingkuhan."Gosip di kantor pun perlahan mulai me

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 97

    Arman mengejek dengan dingin, "Ini diatur langsung oleh Tuan Besar Dipa untukmu. Kalau kamu nggak pergi, aku hanya bisa membiarkan Tuan Besar Dipa yang mengurusmu."Rossa langsung terdiam.Sejujurnya, di Keluarga Damara, selain Arman, orang yang paling ditakuti Rossa adalah Tuan Besar Dipa.Dia terlihat ramah. Namun entah mengapa, selalu ada perasaan bahwa tidak ada hal yang bisa disembunyikan dari Tuan Besar Dipa. Matanya yang sudah melewati banyak pengalaman, seolah bisa menembus isi hati seseorang.Arman saja sudah mengetahui kondisi Keluarga Naratama, mustahil menyembunyikannya dari Tuan Besar Dipa.Sekarang, Rossa mulai merasa ragu. Jika memang demikian, kenapa dahulu Tuan Besar Dipa setuju menikah dengan Keluarga Naratama? Di kehidupan sebelumnya, Rossa tidak tahu kondisi keluarganya sendiri. Jadi, Rossa selalu menganggap pernikahan itu wajar.Namun, di kehidupan ini, banyak hal terasa berbeda dari yang dibayangkan Rossa."Aku mengerti." Setelah berpikir sejenak, Rossa memutuskan

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 96

    Rossa memandang wajah pria yang begitu tampan di depannya. Arman sama sekali tidak menunjukkan kesabaran padanya. Namun, terhadap Fera, kesabaran Arman seolah tak terbatas. Apa pun yang dilakukan Fera dianggap tidak salah dan dapat dimaafkan.Sementara dirinya, hanya mengucapkan beberapa kata jujur saja tidak diperbolehkan."Aku mengerti," ucap Rossa datar.Jawaban ini jelas jawaban yang diinginkan Arman. Namun, mendengar jawaban patuh dari Rossa membuat Arman merasa gelisah. Sebaliknya, Arman mendapati dirinya merindukan wanita yang pernah berdebat dan bertengkar dengannya. Wanita yang terasa nyata dan penuh semangat.Setelah berkata seperti itu, Rossa menundukkan kepalanya sedikit, menyelinap keluar dari bawah lengan Arman, lalu langsung pergi."Kamu mau ke mana?" Arman tiba-tiba berbalik.Rossa menghentikan langkahnya, menoleh dan menjawab, "Makan."Akhir-akhir ini, Rossa memang sering mengantuk dan cepat lapar. Rossa tahu, ini karena kehamilannya. Untungnya, Rossa tidak mengalami m

  • Aku Tidak Butuh Cintamu yang Terlambat   Bab 95

    Arman terhuyung-huyung akibat dorongan itu. Tubuhnya sedikit mundur ke belakang. Dia juga sama marahnya.'Dia bilang apa tadi? Lumpur busuk?''Rossa, kamu benar-benar hebat.'Arman mengejar Rossa dengan marah. Namun, setelah memasuki rumah utama, Arman tidak dapat menemukannya."Mana dia?" geram Arman.Kepala pelayan menjawab, "Bu Rossa baru saja naik ke lantai atas. Pak Arman, apa Anda ingin memanggil Bu Rossa turun?"Memanggilnya turun, lalu lanjutkan pertengkaran?"Nggak perlu." Langkah Arman terhenti sejenak. Kemudian, Arman berbalik dan menuju ke ruang kerjanya. Meskipun satu tangannya terluka, tetap saja tidak bisa membiarkan segala sesuatunya terbengkalai.…Rossa mengunci dirinya di dalam kamar. Lantaran terlalu marah, perutnya sedikit terasa sakit.Rossa terkejut dalam hati, apakah anaknya ada masalah?Rossa memaksa dirinya untuk tenang. Kemudian, Rossa mengambil ponselnya dan berkonsultasi dengan dokter secara daring. Barulah Rossa tahu bahwa emosi yang terlalu kuat bisa meme

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status