Share

Bab 7

"Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat.

"Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"

Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk.

"Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."

Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya.

"Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rindi sakit hati.

Danu lalu duduk kembali di kursinya. "Kamu kenapa masih berdiri di situ? Kamu bisa pulang sekarang." Danu kembali berucap dengan mengusir Rindi.

"Mas, aku mau bicara dengan kamu. Apa boleh?"

"Kamu mau bicara apa lagi?"

"Mas, aku minta maaf dengan kejadian yang lalu. Aku pikir kamu mau menungguku, tidak tahunya kamu udah nikah."

"Sudahlah, aku tidak mau membahas masa lalu. Anggap saja kita belum jodoh. Sama sepertiku, semoga kamu mendapatkan laki-laki yang baik."

"Tetapi, bagi aku lelaki yang baik itu hanya kamu Mas," ucap Rindi seraya mendekat ke arah Danu dan hendak memegang tangannya. Tetapi, Danu segera berdiri dan menghindari Rindi.

"Jangan pernah macam-macam Rindi. Sudah aku katakan tidak usah mengungkit masa lalu."

Rindi menghela napas berat ketika mendapatkan penolakkan dari Danu. 'Kau boleh menolakku sekarang Danu, lihat saja aku akan buat kau jatuh cinta lagi nanti denganku.' Rindi berucap dalam hati. Dia pun akhirnya pamit dan keluar dari ruangan.

Beberapa jam kemudian, Danu tengah bersiap untuk pulang. Dia terlihat buru-buru sebab, sore ini dia ingin mengajak istrinya jalan-jalan. Danu terlihat bersiul saat hendak berjalan mendekati mobilnya. Tetapi, ketika dia baru saja mau membuka pintu mobilnya, dia melihat ban mobil bagian depannya yang dekat dengan pintu mobil depan bocor.

"Ya ampun! Kenapa bisa bocor kayak gini?" tanya Danu kemudian menelpon tukang bengkel langganannya. Setelah itu dia melirik jam ditangannya. "Sebentar lagi Arini akan pulang," ucapnya kemudian dia pun menelpon sang istri untuk mengabarkan keadaannya.

"Ya sudah kalau begitu biar aku jalan aja Mas pulangnya. Nggak apa-apa kok," ucap Arini ketika Danu memberitahukan ban mobilnya yang bocor.

"Kamu yakin Dek. Atau nungguin Mas aja ya, nggak lama nanti setelah beres Mas langsung meluncur."

"Nggak usah Mas aku pulangnya jalan aja. Lagian 'kan dekat juga." Danu pun mengiyakan permintaan Arini yang ingin pulang tanpa menunggunya.

"Ya sudah kalau begitu, kamu nanti langsung pulang. Nggak usah singgah-singgah kesana kemari."

"Hahaha, ya ampun Mas iya …iya."

Mereka pun mengakhiri pembicaraan.

Arini melirik jam dinding yang ada di toko. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dia pun bersiap untuk pulang. Mbak Asri terlihat datang dari rumah majikan mereka.

"Rin, udah mau pulang?"

"Iya Mbak, ayo pulang bareng," ajak Arini pada Mba Asri. "Lho memangnya bebeb ngggak jemput?"

"Nggak Mba, ban mobilnya bocor. Jadinya aku pulang duluan aja. Nungguin dia kelamaan."

"Oh gitu, ya udah ayo." 

Keduanya pun pamit pada majikan mereka. Lalu berjalan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan pulang mereka bercerita dan sesekali tertawa. Tidak terasa Arini sudah sampai di depan rumahnya. Dia terlihat kaget dengan banyaknya mobil yang ada di depan rumahnya.

"Sepertinya rumah kamu lagi banyak tamu deh Rin."

"Iya Mba, kalau nggak salah itu adalah mobil keluarga Mas Danu. Ya sudah aku duluan ya Mba," pamit Arini pada Mba Asri.

"Oke, sampai bertemu hari senin ya."

Arini mengangguk lalu masuk ke halaman. Perasaan dia sudah tidak karuan. Dari luar sudah terdengar suara mereka sedang tertawa. Arini seketika teringat tentang ajakan keluarga Mas Danu untuk ke puncak. Dia pun memilih untuk masuk lewat pintu belakang. Namun, baru saja dia melangkah. Terdengar seseorang memanggilnya.

"Arini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status