Share

Drama Mengejutkan

Mawar panik! Dia meringis ke semua pelanggan yang menatapnya kesal. Dia bergegas mendekati Ana dan mendudukkannya sebelum manajer cafe mendekat. Namun, wajahnya semakin gugup ketika ada yang datang dan mengamatinya dengan tajam. Lelaki memakai jas dengan rambut klimis dan berkaca mata.

“Pak Joko, silakan.” Mawar menjawab dengan menelan ludah. Pandangan tajam itu masih menyorot ke arahnya.

“Pagi-pagi sudah bikin ribut saja. Memalukan,” balas lelaki itu sambil membetulkan kaca matanya yang sedikit turun ke bawah. Dia adalah asisten Anggara yang selalu mengurusi semua keperluan Raden miliyuner itu.

“Pen, kamu gak marah kan? Hehe. Sebenarnya ... ini pernikahan Anggara. Aku sudah mau ngomong kemarin. Cuman ... lebih baik kamu lihat sendiri.” Mawar berbicara sangat pelan dengan perasaan cemas.

Sehari sebelumnya, Kepala Manajer menemui Mawar dan mengatakan semuanya. Awalnya Mawar sangat terkejut. Apalagi, dia tahu masa lalu Pen dengan Anggara. Tapi, dia memutuskan untuk tidak mengatakan kepada Pen. Pasti akan ada perang dunia jika Pen mengetahuinya. Namun, sekarang Mawar harus mengatakan semuanya. Dirinya sangat gugup. Dia masih meringis menatap Pen yang sebenarnya adalah Ana. Namun, Mawar sangat heran. Kenapa sang sahabat hanya diam sambil membalas tatapan Joko yang sangat tajam?

“Kok ... gak marah?” ucap Mawar pelan sembari melebarkan kedua matanya.

“Hmm, sejak kapan pelakor itu mendekati ayahku? Aku harus bersikap anggun, dan jual mahal. Tidak aku sangka, ayahku akan menikah lagi. Tidak akan aku biarkan!” batin Ana berteriak. Dia masih saja memasang wajah angker. Hingga selang beberapa menit, tawa keras keluar dari mulutnya.

“Hahaha. Sangat luar biasa. Bagaimana kalau Raden Anggara menemuiku dan memilih kue itu sendiri? Aku kan sudah lama bercerai. Dia pasti akan senang melakukannya. Lagipula, hanya sebatas pertemuan kerjaan.”

Mawar semakin terkejut mendengar perkataan itu. Biasanya, sosok Pen adalah wanita tegas dan tanpa basa-basi. Anggara adalah lelaki yang sangat dibenci Pen. Lelaki yang sudah menyakiti Pen. Lelaki yang tidak akan pernah mendapatkan maaf dari Pen. Namun, Mawar sedikit lega Pen bisa menerima pekerjaan penting ini. Mangkunegara adalah keluarga sangat berpengaruh. Jika berhasil melayani keluarga keturunan bangsawan keraton itu, akan meningkatkan penjualan toko dan itu adalah keberhasilan bagi kariernya dan Pen.

“Hmm, berpikiran jadi pelakor ya? Ti-dak ... akan bisa!” balas Joko tegas. “Bukankah dulu sudah jelas situ yang ninggalin Raden? Sampai Raden sedih, gak tidur tujuh hari tujuh malam. Aku yang ngurusi, nyuapi, sampai mataku kaya mas koki. Bulet besar. Enak saja minta ketemu.”

BRAK!

Joko menggebrak meja. Dia berdiri dan melotot tajam. Ana juga melakukan hal yang sama. Kedua mata mereka saling menusuk. Memasang genderang perang!

“Dasar kelimis tak tahu diri,” batin Ana masih saja menyorot tajam.

“Ah ... maafkan saya, Pak Joko tampan seluas samudera. Maksud aku ... jidatnya luas.” Ana meringis, berusaha membuat hati Joko mereda. Lelaki itu spontan memegang jidatnya yang nonong itu.

“Iya, aku salah.” Kini Ana melakukan hal yang sudah menjadi keahliannya. Akting menangis. Dia mendekati Joko, dan memeluknya.

“Pen?” ucap Mawar pelan sambil melebarkan kedua matanya karena semakin terkejut. Padahal, Pen selama ini selalu kesal dengan asisten Raden yang latah itu.

“Aku ... aku bersalah. Aku hanya mau meminta maaf, dan akan bersujud kepada Raden untuk mendapat maaf itu. Sumpah, hanya itu maksudku.” Ana memperlihatkan kedua matanya yang sudah dipenuhi air mata. Mengikuti wajah Joko yang terus mengalihkan pandangan. Lelaki itu paling tidak bisa melihat wanita menangis.

“Jawab buruan!” teriak Ana dengan mendadak.

“Burung perkutut burungnya tetangga, kalau kentut gak bilang-bilang!” balas Joko latah ketika mendengar teriakan itu. Joko spontan menutup mulut sambil mengawasi pelanggan yang sangat kesal dengan keributan yang mengganggu kenyamanan mereka. Sementara, Mawar hanya bisa memandang kaku dengan semua keadaan membingungkan di hadapannya.

“Di sana gunung, di sini gunung. Ciptaan Tuhan deh,” balas Ana meringis.

“Pen?” Mawar semakin frustasi melihat perubahan Pen. Dia semakin menganga ketika Joko malah menunduk saat melihat sahabatnya malah mendekat.

“Hmm, ternyata latah. Tapi, aku anggap setuju. Baiklah, kita akan bertemu Raden Anggara sekarang,” ucap Ana mendadak menarik lengan Joko.

“Loh! Aku mau dibawa ke mana?” teriak Joko sambil berjalan mengikuti langkah Ana. Kedua pengawal bertubuh garang yang selalu mendampingi Joko pun juga mengikuti Ana.

Selama ini Joko dan beberapa pengawalnya memegang janji yang sudah dikatakan Anggara. Mereka tidak boleh menyentuh atau pun melakukan hal buruk kepada Pen.

Mawar semakin melotot sambil menunjuk ke arah Ana yang sudah menarik Joko untuk keluar dari cafe itu. Dia sangat kebingungan dan memutuskan untuk mengikuti Ana setelah meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja. Melewati pelayan yang kebingungan saat membawa pesanan makanan yang sebelumnya sudah dipesan.

“Pen, kamu itu memang sudah gila. Padahal biasanya kau selalu anggun dan dingin. Kenapa sekarang kaya anak kecil sih? Aku akan mendapat masalah,” gumam Mawar terus berjalan cepat. Dia segera masuk ke dalam mobil. Pikirannya kacau balau. Dia tak percaya sang sahabat benar-benar menuju kantor Anggara bersama mobil Joko. "Kau gila, Pen!" lanjutnya berteriak.

Di dalam mobil, Ana tersenyum kagum. Dia mengamati mobil mewah yang kini ditumpanginya. Sementara, Joko semakin menatapnya dengan mengernyit. Biasanya Pen selalu saja memaki Joko, hingga membuat lelaki itu kabur dan takut. Dendam Pen kepada sang raden, membuat dia juga membenci Joko.

"Kok berubah jadi kalem?" batin Joko juga tidak mengerti.

Tidak sampai di sini saja. Ana semakin terkejut saat mobil berhenti di depan gedung sangat mewah yang biasanya hanya bisa dia lihat ketika melintas di jalan. Kini dia tak menyangka bisa menuju ke sana. Wajahnya semakin semringah ketika masuk ke dalam. Senyuman semakin terpampang jelas di wajahnya saat melihat kemegahan setiap sudut ruangan gedung itu. Hingga kedua matanya melotot, ketika melihat sosok sangat gagah berbalut jas hitam mahal, berdiri di hadapannya dan menatap tegang.

“Ayah ...,” ucapnya menangis. Tanpa sadar, Ana mendekati Anggara dan memeluknya.

“Pen?” ucap Anggara tak percaya. Selama ini Pen selalu emosi saat bertemu dengannya. Tamparan dari telapak tangan Pen tak pernah luput membekas di pipinya. Tapi, kenapa Pen sekarang malah memeluknya? Tubuh Anggara semakin kaku menerima pelukan itu.

Para awak media yang sebenarnya akan meliput pembukaan perusahaan baru milik Anggara, malah mengambil gambar mereka. Berita romantis yang terjadi sangat mendadak itu, seketika viral dan mengejutkan semua pihak.

“Kurang ajar! Kenapa dia kembali?” Tunangan Anggara tak percaya melihat drama di hadapannya.

**

Penelope yang sudah berada di sekolah Ana masih saja menata hati agar bisa membaur di sana. Hingga dia menatap teman Ana yang sangat dia benci. Pemuda gendut berambut keriting yang selalu bersama Ana. Pen terpaksa mendekatinya. Dia sadar Ana tidak memiliki teman lain selain pemuda itu.

“Lihat apa?” tanya Pen lalu menatap layar ponsel pemuda itu.

“Apa? Ana!” teriaknya keras saat dia melihat video dirinya berpelukan dengan Anggara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status