Share

Akhirnya Terungkap

Author: Celebes
last update Last Updated: 2023-06-05 14:26:26

Ini tidak mungkin! Jiwa mereka tertukar? Mereka berdua masih bergeming kaku menatap cermin. Lalu, keduanya menoleh dan saling berpandangan. Masih saja diam, mengamati tubuh masing-masing.

“ARGH!”

Mereka kembali berteriak bersama-sama, sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi dan menuju kamar Pen. Dalam keadaan panik, mereka berjalan mondar-mandir sambil memegang kepala, dan menghentikan langkah bersamaan. Saling menatap dan menggelengkan kepala masih tak percaya.

“Ini tidak mungkin. Kenapa jiwa kita bertukar?” tanya Pen sembari menarik napas berusaha menenangkan dirinya.

“Ah, dadaku besar. Pen, kau ternyata seksi.” Ana tersenyum memegang kedua aset Pen yang menggunung sambil menatap cermin di atas kaca rias. Pen melotot, lalu berjalan mendekati anaknya.

“Hentikan itu,” ucapnya sembari menampis tangan Ana.

Pen memikirkan sebuah cara untuk mengatasi hal ini. Selang beberapa menit, dia menuju almari dan mengambil pakaiannya. Setelan kemeja putih dan rok kain selutut berwarna hitam yang sering dia gunakan saat bekerja. Pen bekerja sebagai kepala marketing di sebuah perusahaan yang menjual kue dengan merk terkenal. Tanpa berpikir lagi, setelan itu segera dia berikan kepada Ana. “Pakai! Waktu kita sedikit,” ucapnya tegas.

“Santai aja kali,” balas Ana yang tidak dihiraukan Pen. Dia membantu Ana untuk memakai setelan itu.

“Pen, kamu mau apa?!” teriak Ana saat sang ibu menariknya menuju kursi di depan kaca rias dan mendudukkannya.

“Kau akan bekerja. Ibu tidak mau gagal, gara-gara masalah konyol ini. Yang terpenting, sekarang apa pun identitas kita, akan kita jalani." 

Dia mengambil alat make up dan mendandani Ana seperti yang dia lakukan setiap hari. Gadis itu tak percaya ibunya sangat cantik setelah memberikan sedikit polesan di wajahnya. Dia gengsi untuk mengakui. Hatinya masih sangat marah karena Pen tidak juga membuka mulut tentang ayah kandungnya.

“Sudah,” ucap Pen masih dengan gemetar. “Ana, sekarang kau akan menjadi Ibu di tempat kerja. Nanti Tante Mawar yang akan menuntunmu. Bilang saja kau jatuh dan terbentur, lalu sedikit amnesia." Tentu saja hal itu yang harus Pen lakukan. Dia segera mengambil ponselnya, dan memberi pesan kepada Mawar sahabatnya.

“Jadi ... Ibu akan bersekolah?” Ana berkata dengan mengernyit. “Ah ... gawat,” imbuhnya sambil menghela napas. Dia khawatir Pen akan tahu bagaimana pergaulannya di sekolah.

“Kenapa? Ah, kau sangat nakal di sekolah. Ibu pasti akan sangat malu.” Pen keluar kamar sambil menggerutu. Ana mengikuti sang ibu, sampai mereka masuk ke dalam kamarnya. Pen segera membuka almari dan memakai seragam sekolah milik Ana.

“Jangan merusak reputasi Ibu di kantor. Lakukan tugas Ibu dengan baik,” lanjut Pen masih gemetar sambil menyerahkan ponselnya kepada Ana. “Kita akan bertukar ponsel,” imbuhnya.

“Ah, ini menyebalkan.” Dengan berat hati Ana juga memberikan ponselnya kepada Pen. Namun, selang beberapa menit, Ana mengingat sesuatu yang sangat penting.

“Hmm, ini suatu keberuntunganku. Memang ini takdir. Aku akan menanyakan tentang Ayah kepada Tante Mawar,” batin Ana dengan tersenyum. Pen mengerutkan kedua alisnya saat memandang ekspresi sang anak.

“Jangan pernah berpikiran macam-macam,” ucap Pen pelan dengan telunjuk mengarah tepat di wajah Ana. “Ayo,” lanjutnya sambil menarik lengan Ana.

Pen berjalan dengan kebingungan saat keluar dari apartemen diikuti Ana yang sangat santai berjalan. Mereka tinggal di lantai tiga. Pen masih tak percaya dengan semua yang terjadi.

“Ah, ini sangat buruk,” gumamnya sembari menggeleng kemudian masuk ke dalam mobil dan segera memasang sabuk pengaman. 

Pen segera melaju kencang, hingga sampai dalam sekejap di tujuan. Pen berhenti di sebuah cafe yang terletak di seberang kantornya. Dia bersama Mawar harus bertemu klien yang akan memesan kue tart seharga ratusan juta untuk pernikahan akbar. Pen sangat cemas. Kepala Manajer mempercayakan hal besar itu kepadanya. Jika gagal, semuanya akan mempengaruhi karier Pen untuk naik jabatan sebagai wakil kepala Manajer.

“Aku akan hancur jika gagal,” gumamnya lemas. Dia mengatur hati, sebelum akhirnya menatap Ana yang masih memandang sekitar. “Aku sangat mengandalkanmu, Ana. Kau diam saja, dan ikuti Tante Mawar. Apa kau mengerti?” lanjut Pen dengan pandangan tegas.

“Ya, aku mengerti. Bisakah aku turun?” Ana membuka pintu saat Pen menganggukkan kepala. Dia hanya ingin bertemu Mawar dan menanyakan tentang ayahnya.

“Ana!” teriak Pen menghentikan langkah anaknya. “Bantu ibumu.” Pen menatap sayu, lalu segera pergi dari sana saat tahu Mawar melotot melihatnya mengemudi.

“Pen, kok Ana mengemudi? Dia kan, belum punya sim,” ucap Mawar masih menunjuk mobil Pen sampai berlalu.

“Halo, Tante. Lama gak ketemu.”

Mawar semakin tidak mengerti. Sang sahabat memanggilnya Tante? Dia segera mendekati Ana yang masih berada di dalam tubuh Pen, kemudian menepuk jidatnya.

“Kamu gak panas. Tapi, apa memang amnesia?" ucapnya dengan kedua alis mengerut dalam.

Ana menelan ludah dengan susah payah. Dia lupa, jika dirinya adalah Pen!

“Maafkan aku. Ya, aku sangat lelah. Baiklah, kita masuk saja,” balas Ana dengan gugup. Dia segera masuk ke dalam cafe itu dengan terburu-buru. Namun, langkahnya terhenti. Ana kebingungan harus duduk di mana. Dengan meringis, dia menatap Mawar yang seketika mengernyitkan kedua alisnya. “Kita duduk di mana?” 

“Jangan katakan, kau juga lupa di mana tempat duduk yang sudah kau pesan khusus.” Mawar menatap sambil bersedekap. Sementara, Ana meringis dan menganggukkan kepala.

Mawar menarik napas panjang, kemudian menggeleng, “sudah aku duga.” Mawar melangkah cepat menuju meja tepat di sebelah jendela. Dia duduk, masih mengawasi sahabatnya yang tiba-tiba berubah.

“Tante, eh ... maksud aku, Mawar. Aku langsung saja, ya. Karena, ini membuatku sangat penasaran. Siapa ayah anakku?”

Spontan Mawar semakin melotot. Mengangkat kedua tangannya sambil menganga saking terkejutnya. Dia sangat heran. Pen tidak akan pernah lupa dengan lelaki yang sudah dia tinggalkan itu. Tapi, kenapa sekarang seakan lupa?

“Kau ... sangat gila,” ucapnya kembali menggeleng. Mawar mencondongkan wajahnya tepat ke arah Ana yang masih menunggu dia mengatakan sebuah nama.

“Kenapa kau lupa dengan mantan suamimu yang berengsek itu? Padahal, setiap hari kau selalu memakinya,” lanjutnya kemudian berdiri sambil berkacak pinggang. “Raden Anggara Mangkunegara ... sangat ... berengsek. Aku akan menghabisinya. Ya, itu yang selalu kau katakan setiap hari. Dan ... sekarang kau lupa?” Mawar semakin menatap sang sahabat sambil mengangkat salah satu alisnya.

Bagai tersambar petir di siang bolong. Ana menatap kaku Mawar saat mendengar nama sosok yang ternyata ayahnya. Sebuah nama yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, walau dalam mimpi.

“Jadi ...,” balas Ana dengan napas yang tiba-tiba sesak. Dia tak percaya dengan kenyataan yang dia dengar barusan. Jantungnya berdetak lebih hebat dari sebelumnya.

“Aku, adalah ... anak kandung lelaki miliyuner yang memiliki kekayaan tanpa batas itu? Yang sering aku lihat di televisi, pewaris utama keturunan bangsawan keraton?” tanya Ana memastikan, seraya menatap Mawar yang bergeming kaku mendengar pertanyaannya.

“Jadi ... aku anak dari lelaki yang memiliki puluhan perusahaan terbesar di negara ini?” lanjut Ana spontan berdiri. Dia masih tidak bisa bergerak, hingga selang beberapa detik, “argh!” teriaknya keras menggelegar, mengejutkan semua pelanggan!

“Aku pewaris utama?!”

“Kau sudah gila, Pen!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Akhir Yang Bahagia

    Amara tiba-tiba datang bersama dengan dua aparat kepolisian. Wanita itu sekarang berada di tengah-tengah mereka semua. Ada sesuatu yang sangat mengganjal di hati Penelope saat melihat sang tante sangat pucat sekali. Bahkan dia menggunakan kursi roda. Tubuhnya sangat kurus. Hati Penelope bergetar, tidak menyangka melihat keadaan tantenya yang semula sangat glamor dan sangat anggun itu, kini berubah sangat mengenaskan."Sebaiknya kita ke sana dan bertanya apa tujuannya ke sini. Jangan pakai emosi. Lihatlah, dia sangat pucat sekali. Mungkin penyakit sudah menggerogoti tubuhnya. Penelope, hilangkan masa lalu itu. Yang penting kita sudah bahagia," bisik Anggara dengan tersenyum tampan."Kita harus memaafkannya, Ibu. Sebagai manusia kita harus memaafkannya," imbuh Ana kemudian menarik Penelope untuk menuruni panggung.Amara tersenyum, kemudian mengulurkan tangannya. Penelope menerima uluran tangan itu dengan bergetar."Aku mau minta izin untuk bertemu denganmu. Tentu saja mereka semua mengi

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Sesuatu Tak Terduga

    Ana sangat terkejut melihat kehadiran Amel. Gadis itu menatap Bambang dengan tersenyum. Mengamati sang sahabat dari atas sampai bawah. Dengan sangat seksi Amel mendekati Bambang, kemudian tidak segan-segan menatapnya dari dekat."Kamu ternyata sangat tampan sekali. Apalagi bisa berkelahi dengan hebat seperti itu. Katakan kepadaku. Apakah kau sudah punya pacar? Atau masih mau menungguku?" tanya Amel tanpa basa-basi. Bambang menarik tengkuk leher Amel. Kemudian menciumnya dengan sangat panas. Ana dan Brian terpaku saat melihatnya. Apalagi Amel membalas ciuman itu."Tentu saja aku tidak memiliki pacar. Aku berubah seperti ini karena dirimu, dan aku akan menjadi lelaki yang sangat mencintaimu. Menjagamu sampai kapanpun." Bambang mengeluarkan satu kotak berbentuk hati di saku celananya sebelah kanan. Kemudian membukanya."Kau ..." Amel terkejut saat di dalamnya ada cincin berhiaskan berlian berwarna biru. "Maukah kau menjadi pacarku, tunanganku, dan istriku?" ucap Bambang kemudian memasan

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Pernikahan Sebenarnya

    Penelope bersama dengan Anggara selalu saja bermesraan di manapun mereka berada. Bahkan Penelope selalu menemani Anggara di kantor saat bekerja. Anggara tidak bisa lepas sedikitpun dari sang istri."Aku akan memberikan kejutan untukmu," ucap Anggara saat berada di dalam kantornya. Penelope tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi."Setiap hari kau selalu memberikan kejutan untukku. Kali ini apalagi?" tanya Penelope sambil bersedekap. Hingga Anggara memberikan satu undangan berwarna putih di depannya. Ada foto Pen dan Anggara pada saat pertama kali bertemu. Foto itu masih saja tersimpan di ponsel Anggara sampai saat ini."Apa ini?" tanya Penelope masih saja melotot tak percaya."Jika kau ingin mengetahuinya, ya buka saja." Anggara tersenyum, kemudian menatap Penelope yang membuka undangan itu. Tentu saja sang istri terkejut. Itu adalah undangan pernikahan mereka. Tepatnya pesta pernikahan mereka yang sempat tidak pernah mereka lakukan."Jadi setelah kita bersama selama 3 tahun kau ba

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Akhirnya Bersatu

    Pagi menjelang dengan cepat. Ana sudah bersiap-siap untuk pergi ke Inggris. Walaupun hatinya benar-benar resah, ingin sekali bertemu dengan Brian. Tapi dia harus mengorbankan hatinya dan tetap menjalankan perintah itu.Anggara dan Penelope, serta Nyai dan Romo, akan mengantar Ana menuju ke mobil yang akan membawa dia ke bandara. Namun, Ana semakin terkejut saat melihat sosok lelaki yang berada di depan mobil itu sambil bersedekap."Kenapa aku harus diantar oleh Kaisar, Ayah? Bukankah Ayah yang seharusnya mengantar aku? Untuk apa aku harus bersamanya? Ah, tidak menyukainya," ucap Ana dengan sewot. Anggara dan Pen hanya tersenyum, kemudian memeluk Ana sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil."Jaga dirimu dengan baik. Jangan nakal. Ingat, kamu itu pewaris sah. Jadi kamu harus menjalankan tugasmu dengan benar. Nilaimu juga harus tinggi. Jangan mempermalukan keluarga." Seperti biasa, Nyai dengan sangat cerewet memberikan wejangan sebelum pintu mobil tertutup. Romo hanya tersenyum dan melamba

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Direstui

    Penelope benar-benar terkejut. Dia sampai meneteskan air mata saking bahagianya. Apalagi Anggara menggandeng Pen dan mengeratkan genggamannya itu, di telapak tangannya sebelah kanan. Raden kemudian tersenyum tampan dan menganggukkan kepala."Apakah ini mimpi? Aku semalam tidak bermimpi apa pun. Hatiku masih saja sakit. Aku ingin bertemu dengan anakku. Tapi ternyata sekarang aku menghadapi drama seperti ini. Sebuah drama yang sangat mengharukan, yang selama ini hanya ada di dalam mimpiku saja," ucap Pen kemudian menatap Anggara. Menarik telapak tangannya menuju pipinya. "Cubit aku, karena aku tidak mau terbangun dari mimpi yang indah ini," lanjutnya berkata dengan kedua mata yang berlinang air mata.Anggaran mencubit pipi Pen, kemudian tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Aku sudah berjanji akan berjuang mendapatkan dirimu dan Ana sampai titik darah penghabisan dan, ini adalah buktinya. Jika aku memang benar-benar mencintaimu," balas Anggara membuat Pen

  • Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir   Kejahatan Yang Terbuka

    Benar-benar di luar dugaannya. Anggara mengatakan hal itu? Ada apa ini? Apakah ini sebuah lelucon? Tidak ada angin, tidak ada perasaan, tidak ada hal apa pun yang Gracia rasakan. Hingga detik ini ... sampai tiba-tiba dia harus mendengarkan sang suami mengatakan hal yang sangat mengejutkan. Dan tentu saja ini membuat dia semakin besar kepala. Gracia tersenyum puas dengan semuanya. Keyakinannya untuk menang sudah di depan mata dan ini adalah semua yang dia rencanakan. Anggara pasti akan menyerah. Membuat dirinya menjadi istri sah satu-satunya yang akan melahirkan ahli waris, yang disetujui oleh dua pihak keluarga. Bukan Penelope, wanita yang sangat bencinya itu."Apakah kau mengatakan yang sebenarnya? Suamiku, ini tidak mungkin. Kau sudah membuatku sangat bahagia. Apalagi mengumumkan ini di depan semua orang. Tolonglah, jangan pernah menganggap ini lelucon. Karena aku tidak akan pernah memaafkan kamu." Gracia menatap sang suami dengan tajam. Dia ingin kepastian. Anggara tersenyum lalu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status