Share

Mimpimu Kejauhan

Author: Indira Hasya
last update Last Updated: 2025-04-10 21:11:49

Siena menatap kamar itu, sudah lama dia tidak tidur di ranjang itu. Ranjang di mana dia bisa merasakan kehangatan ibunya, dia sebenarnya merindukan kenangan itu, tapi setiap kali bayangan ibunya muncul, kebencian pada ayahnya semakin menyesakkan.

Setelah meletakkan tas dan melepas jaketnya, Siena duduk mengusap tepi ranjang, di sana ada sentuhan ibunya. Dia memejamkan matanya merasakan sentuhan hangat sang ibu, air matanya menetes mengingat sentuhan itu tidak pernah dia rasakan lagi.

"Kamu harus kuat, Sie, kamu sendiri di sini." Siena menguatkan dirinya, dia tidak lemah dia tidak akan melepas Danu untuk Tsania, tidak akan.

Satu tahun yang lalu dia mengenal Danu, lelaki yang penuh perhatian dan selalu ada untuknya. Bukan hanya itu, dia yang kehilangan ibu dan figur ayah merasa punya keluarga baru. Ya, Nimas --ibu Danu-- pernah mengatakan bahwa membuka pintu lebar untuk Siena dan tentu saja Siena merasa diterima. Dia merasa nyaman, di tempat yang tidak pernah dia dapatkan rasa nyaman. Dia menganggap Nimas pengganti ibu setelah sepuluh tahun meninggalkannya untuk selamanya.

Bagaimana dia tidak memperjuangkan cintanya, dia merasa Danu yang menerimanya secara tulus karena saat itu Siena tidak mengaku sebagai putri Adyaksa.

Meski mereka keluarga ningrat, mereka menerimanya dengan baik tanpa melihat siapa keluarganya. Dia hanya ingin diterima sebagai Siena, bukan ahli waris Adyaksa. Jika dia mengaku sebagai satu-satunya anak tunggal Adyaksa, dia takut keluarga Danu menerimanya karena asal usulnya.

Danu adalah lelaki pertama yang membuatnya jatuh cinta setelah kehilangan cinta pertamanya, dia mendapatkan kasih sayang seorang lelaki yang selama ini hilang dari Danu, rasa cintanya terlalu besar untuk Danu.

Paginya, Siena akan menemui Tsania. Dia memutuskan untuk tidur di sana malam tadi hanya untuk melepas rindu dengan kenangannya.

Siena melewatkan makan bersama ayahnya, dia ke luar setelah memastikan ayahnya berangkat.

“Non Siena pulang?” Bibik menyapanya kaget ketika Siena masuk ke dapur.

Siena mengusap perutnya lantas duduk. Di meja makan dapur ada beberapa masakan kesukaan ayahnya, masakan yang sebenarnya dia sukai, tapi dia hindari setelah kematian ibunya. Dia belum berdamai dengan keadaan.

“Kangen sama masakan bibik,” ujarnya kemudian mengambil piring.

“Tapi bibik hanya masak ini, Non.” Bibik tampak tidak enak hati karena tahu kalau Siena membenci apa yang disukai ayahnya. Ya, drama dingin antara ayah dan anak memang sudah bukan rahasia lagi.

“Tidak apa-apa, Bik.” Siena mulai menyiapkan makanan itu, meski dalam hati berusaha menolak, tapi entah kenapa dia juga merindukan masakan itu. Siena benci dan rindu pada ayahnya dalam waktu bersamaan.

Tidak ada anak yang benar-benar benci pada orang tuanya, sikapnya hanya bentuk protes pada keadaan.

“Buk, baju yang buat besok sudah si__” Tsania yang baru datang hampir saja menjatuhkan gaun yang dia tunjukkan pada ibunya. “Sie, kapan datang.” Dia langsung meletakkan gaun yang dia bawa ke kursi.

“Semalam,” jawab Siena. Dia meletakkan sendok dan garpu lantas berdiri bergerak mendekati Tsania. Matanya melirik gaun berwarna pastel. “Gaun kamu bagus?” tanyanya dengan sorot mata tajam.

“Ya, Danu yang membelikannya," jawab Tsania sembari tersenyum.

"Jelaskan, kebohongan apa yang kamu katakan pada Danu?"

"Aku sudah katakan, Sie. Aku juga bisa mendapatkan apa yang kamu dapatkan." Tsania menarik sudut bibirnya. "Sudahlah, Sie, menyerahlah. Danu lebih memilihku dibanding kamu."

"Apa kamu pikir kamu bisa mendapatkannya dengan kebohongan?"

"Kamu tidak tahu apa-apa tentang Danu, Sie. Menyerahlah, dia akan menikahiku."

"Menikah? Tidak mungkin." Siena menggeleng. "Kamu gila, Tsan. Aku akan jelaskan pada Danu kalau kamu itu ...." Siena menghentikan ucapannya, ada Bi Narsih di sana, dia tidak ingin menyakiti wanita itu dengan menyebut Tsania anak pembantu, tapi dia juga tidak akan tinggal diam.

"Sebenarnya ada apa, Non?" tanya Bi Narsih pada Siena, lalu beralih menatap Tsania. "Tsan?"

"Ibu tidak perlu ikut campur." Tsania meminta ibunya untuk meninggalkan mereka.

"Siena, jangan halangi kami, Danu sudah tidak menginginkanmu."

"Apa kamu pikir aku akan diam saja kamu mengambil milikku? Danu tidak akan memilihmu kalau tahu siapa kamu sebenarnya."

"Kamu yakin?" Tsania tertawa, "kamu tidak tahu apa yang pernah kami lewati bersama? Dia tidak akan pernah meninggalkanku, Sie."

“Apa yang mereka lakukan? Siena menggeleng, tidak mungkin Danu melakukan hal yang melampaui batas, Danu itu pria baik-baik.

"Mimpimu kejauhan, Tsan."

"Kita buktikan, siapa yang dipilih Danu. Kamu... atau aku yang hanya seorang pembantu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Akhir Kisah

    "Kamu jahat, Tsan.""Maaf.""Lihat, apa yang kamu perbuat? Ibu meninggal, Tsan, kenapa kamu tega mencelakai kami, bisa saja kami semua meninggal." Danu meraup kasar wajahnya, matanya memerah, tangan kanannya mencengkeram lengan Tsania. "Aku hanya memberi kalian sedikit pelajaran." Tsania menunduk, dia meringis saat tangan Danu semakin mencengkeram lengannya. "Sedikit katamu? Ibu meninggal, Tsan? Apa yang membuatmu tega melakukannya padahal kami hanya kecewa padamu. Kami tidak melakukan kekerasan.""Kalian menghinaku.""Tidak. Kami tidak menghinamu, kami hanya kecewa padamu dan mengingatkan kalau kamu salah, kamu salah mengambil identitas orang lain agar diterima, padahal identitas kamu tidak buruk.”Ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi. Tsania melakukan segala cara demi mendapatkan keinginannya padahal itu hanya perasaan iri dengki saja. Tsania telah terjebak dalam kubangan perasaan yang tidak bisa dia kendalikan, dia terjebak dalam tipu daya setan. Hanya karena men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bangkit dan Kejar Duniamu

    “Raksa … Raksa …!”Siena memanggil-mangil Raksa yang sedang berada di kamar mandi. Tangannya mengetuk keras hingga membuat lelaki yang masih penuh busa itu terpaksa membuka pintu.“Sayang, ada apa?” jawab Raksa dengan tetap tenang.“Tsania, dia ….” Siena menarik napas kemudian menggeleng. “Tidak mungkin Tsania sekriminal itu.”“Apa pun yang kamu dengar, itu yang terjadi. Aku memang mau mengabari soal Tsania tadi. Setelah aku mandi, kita ke kantor polisi, tadi aku dihubungi polisi untuk dimintai keterangan.”Lelaki itu masuk kembali ke kamar mandi karena belum menyelesaikan mandinya.Siena berjalan mondar-mandir, dia masih belum mengerti kenapa bisa Tsania dan ibunya justru kena masalah di waktu yang sama, dia sebenarnya belum sepenuhnya percaya dengan Narsih yang tega meracuni ibunya. Kenapa sulit mempercayai apa yang terjadi, tapi mungkin inilah yang sebenarnya, Tuhan telah menunjukkan kebenaran.Setelah Raksa selesai mandi dan berganti pakaian, mereka langsung menuju kantor polisi.

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dekat Bukan Berarti Baik

    “Cari lelaki ini sampai ketemu.” Adyaksa meminta orang yang memberikan informasi padanya tentang Surya. Dan … Finally, setelah sepuluh tahun akhirnya menemukan titik terang tentang kematian istrinya dan orang yang membuat putrinya menjauh.Sebenanrya sudah lama sejak istrinya meninggal Adyaksa mencurigai Narsih terlibat, tapi dia tidak punya bukti akurat ditambah lagi kejahatan Narsih sepertinya tersusun rapi hingga tidak mudah bagi Adyaksa menemukan bukti dan juga alasan putrinya yang saat itu begitu dekat dengan Narsih.Awalnya kasus kematian istrinya dia bawa ke polisi, tapi karena kesibukannya, dia menarik kasus itu apalagi semenjak putrinya semakin dekat dengan Narsih. Adyaksa sempat mengira kalau kecurigaanya tidak benar. Namun, setelah Narsih dan Tsania berhenti bekerja dan memilih pergi dari rumahnya, Adyaksa kembali mencari informasi tentang Narsih dan Tsania. Awalnya dia ingin mencari tahu alasan Tsania merebut Danu, tapi dia curiga kalau ada sesuatu hal lain yang membuat Na

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Jebakan

    Raksa berdiri mematung, pandangannya menyapu sekeliling. Lelaki itu sudah tidak ada. Dia yakin benar tadi melihat sosok misterius menyeret Narsih menjauh dengan kecepatan yang membuatnya hampir tak percaya. Bayangan lelaki itu menghilang di lorong gelap menuju tangga darurat. Sepertinya lelai itu sudah mengintai sejak awal dan sudah tahu situasi di sana.Raksa mengepalkan tangan, frustrasi. "Dia terlalu cepat," gumamnya, melangkah menyusuri lorong untuk mencoba mencari jejak. Namun, tidak ada yang tersisa kecuali suara langkah kakinya sendiri.Raksa mengambil ponselnya pantas melakukan panggilan telepon. “Buat opsi kedua, kemungkinan mereka menuju silang.” Raksa memberi kode lantas mematikan ponselnya.Sementara itu, lelaki misterius itu dengan sigap membawa Narsih ke sebuah mobil yang sudah menunggu di belakang gedung. Wajah Narsih pucat pasi, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya ada ketakutan yang terpancar jelas di matanya."Tenang, aku tidak akan membiarkan mereka men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Pengkhianatan Terungkap

    Siena sedang duduk di ruang tamu rumahnya, jemarinya sibuk membuka dokumen-dokumen kecil terkait pekerjaannya. Raksa belum pulang, dan dia merasa ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan beberapa hal. Namun, suasana tenang itu terusik saat bel pintu berbunyi.Siena bangkit dengan sedikit enggan, membuka pintu, dan langsung mendapati Tsania berdiri di sana dengan senyum tipis yang penuh arti.“Tsania?” Siena menatapnya penuh curiga. “Kenapa kamu ke sini?” Seingat Siena, sejak kematian Nimas waktu itu, Tsania tidak lagi datang karena polisi mulai menyelidiki penyebab kecelakaan. Meski Siena mendengar dari tante Mona kalau Tsania ada hubungannya dengan kecelakaan itu, tapi Siena masih tidak mempercayai karena menurutnya Tsania tidak akan melakukan hal criminal. “Aku cuma ingin bicara sebentar,” Tsania menjawab santai, melirik ke dalam rumah Siena dengan pandangan sinis. “Tidak lama kok, hanya lima menit.”Siena menghela napas, merasa enggan, tapi akhirnya mengizinkan Tsania masuk. Wanit

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bukan Karena Kewajiban

    Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar mendekat. Siena mendongak, terkejut melihat Raksa berdiri tak jauh darinya. Wajah lelaki itu tegang, matanya seperti menyala. Dalam sekejap, Raksa melangkah mendekat, tangannya meraih pergelangan Siena dengan gerakan yang membuatnya tersentak.Hujan rintik-rintik mulai membasahi tanah pemakaman, menambah suasana kelabu yang sudah menyelimuti tempat itu. Saat itu Siena memang berdiri di dekat Danu, menatap tanah basah tempat Nimas baru saja dimakamkan. Hatinya terasa berat melihat kesedihan Danu yang tak henti menunduk, wajahnya sendu, tapi tetap tegar.“Siena, kita pulang,” ucap Raksa, nada suaranya rendah, tapi penuh penekanan.“Raksa—” Siena mencoba menarik tangannya, tapi genggaman Raksa terlalu kuat. “Tunggu, aku belum selesai di sini.”Raksa mengabaikannya. Tanpa banyak bicara, dia menarik tangan Siena, langkahnya cepat dan pasti. Danu yang menyadari apa yang terjadi langsung maju, mencoba menghentikan Raksa.“Raksa, tunggu!” Danu berseru.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status