Home / Romansa / Aku yang Kaya Bukan Dia / Hanya Anak Pembantu

Share

Hanya Anak Pembantu

Author: Indira Hasya
last update Last Updated: 2025-04-10 21:12:47

“Ingat, Tsan, kamu itu hanya anak pembantu, jangan lupakan itu meski Pak Adyaksa baik padamu.”

“Iya, Bu, tenang saja. Meski aku anak pembantu, nasibku akan lebih baik dari Siena.”

“Astagfirullah, sadar, Tsan. Kamu tidak boleh jahat sama Siena.”

“Apa ibu lupa pernah jahat sama Bu Widuri.”

“Diam, Tsan, jangan ungkit lagi masalah itu.”

Tsania duduk di teras belakang rumah Adhyaksa, memandangi kebun kecil yang tertata rapi. Tangannya menggenggam secangkir teh hangat, tapi pikirannya melayang jauh dari tempat itu. Tsania selalu merasa terhimpit oleh kenyataan bahwa dia hanyalah anak seorang asisten rumah tangga, meski seluruh hidupnya dibesarkan di rumah ini, seolah menjadi bagian dari keluarga besar Adhyaksa. Namun, kenyataan tetaplah kenyataan—dia hanya anak pembantu.

Dia sering bertanya-tanya, apa yang salah dengan keinginannya untuk hidup lebih baik? Apa salahnya jika dia ingin mendapatkan apa yang dimiliki Siena? Bukankah dia berhak mendapatkan hal-hal yang sama? Dia dan Siena tumbuh bersama, belajar di sekolah yang sama, mengenakan pakaian yang sama bagusnya, dan menikmati perhatian yang sama dari para guru. Tapi tetap saja, Tsania tidak pernah bisa sepenuhnya mengenyahkan perasaan bahwa dia hanya "menumpang" dalam hidup Siena. Dunia yang sebenarnya tidak pernah benar-benar menjadi miliknya.

“Kenapa harus Siena yang mendapatkan semuanya?” gumamnya lirih, menghela napas panjang. Tsania tahu dia tidak akan pernah seberuntung Siena. Seandainya saja dia tidak dilahirkan sebagai anak pembantu, dia pasti tidak akan terus-terusan merasa seperti ini—selalu menjadi bayangan Siena.

Namun, saat Siena mulai menolak segala hal yang berhubungan dengan keluarganya, Tsania melihat celah. Siena membenci ayahnya, membenci kekayaan yang dimilikinya. Hal inilah yang membuat Tsania merasa punya peluang emas. Dia bisa mengambil peran yang ditinggalkan Siena, mengambil tempat yang seharusnya jadi milik Siena, tanpa ada yang tahu perbedaannya.

Dan itulah yang dia lakukan ketika dikenalkan Siena sebagai sahabat pada Danu dan keluarganya.

Saat kabar menyebar bahwa pewaris Adhyaksa Grup tidak pernah terlihat di publik, Tsania mulai memperkenalkan dirinya sebagai putri dari Adhyaksa secara tidak terang-terangan. Dia tahu, identitas Siena dirahasiakan oleh keluarga Adhyaksa, dan orang-orang tidak pernah benar-benar tahu siapa pewaris kekayaan itu. Tsania hanya perlu memanfaatkan kebodohan Siena yang menjauh dari keluarganya. Dengan keberanian yang terbangun dari rasa dengki yang disimpan selama bertahun-tahun, Tsania melangkah ke depan, memainkan peran sebagai putri Mahkota yang ditinggalkan oleh Siena.

“Jadi kamu putri Adyaksa yang selama ini disembunyikan itu?”

“Iya, Bu.”

“Andai kamu yang punya hubungan dengan Danu, Ibu pasti senang.” Nimas menatap dengan sorot mata penuh harap kala Tsania mengaku bahwa dirinya adalah putri satu-satunya Adyaksa.

“Sebenarnya saya sudah lama cinta sama Mas Danu, tapi Siena yang mendekati Mas Danu, jadi saya mundur. Mas Danu juga cintanya sama Siena.” Tsania pura-pura bersedih di depan Nimas.

“Jadi, kamu mau jadi istri Danu?”

Tsania mengangguk kemudian dia menunduk, “tapi Mas Danu cintanya sama Siena, Bu.”

“Soal itu kamu tenang saja. Ibu akan atur semuanya.”

Tentu saja, orang-orang mudah percaya. Penampilannya yang anggun dan sikap percaya diri membuat kebohongannya tak terlihat. Bahkan orang tua Danu mulai terpikat oleh kebohongannya. Mereka percaya bahwa Tsania adalah anak pewaris Adhyaksa Grup, dan bahwa dia adalah calon menantu yang sempurna untuk Danu.

Dia tidak memikirkan apa yang terjadi nanti, yang pasti tujuannya menikah dengan Danu harus segera terlaksana.

Keluarga Danu lebih tertarik padanya dari pada Siena, jelas begitu karena dari penampilan pun Siena kalah jauh dari Tsania. Orang tua Danu mulai memberikan perhatian khusus pada Tsania. Mungkin, ini memang jalannya. Ini caranya untuk keluar dari kehidupannya menjadi menantu keluarga Cakra Wijaya agar harkat dan martabatnya terangkat dan untuk mendapatkan pengakuan yang selama ini dia inginkan. Karena pada akhirnya, Tsania hanya ingin dianggap penting, diakui, dan dicintai.

Danu sendiri, meskipun masih menjalin hubungan dengan Siena, tak pernah benar-benar curiga pada Tsania. Mungkin karena sikap Siena yang begitu acuh terhadap status keluarganya, Danu tidak pernah berpikir bahwa Tsania berbohong. Tsania mengelabui mereka semua dengan kecerdikannya. Setiap kali keluarga Danu bertanya tentang bisnis keluarga, Tsania berbicara dengan percaya diri, seolah-olah dia telah menjalani kehidupan sebagai pewaris tunggal.

Dia tersenyum tipis, merasa puas dengan apa yang sudah dia capai. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengetahui bahwa akhirnya dia mendapatkan pengakuan yang selama ini dia dambakan. Tsania tidak hanya berhasil mencuri perhatian keluarga Danu, tapi dia juga berhasil memperdaya semua orang di sekitarnya. Siena, dengan segala kekayaannya, memilih hidup sederhana dan bodoh. Sementara Tsania mengambil alih segalanya, termasuk perhatian dari orang-orang yang dulunya hanya melihatnya sebagai anak pembantu.

Meski begitu, ada sesuatu yang selalu menghantui pikirannya. Bagaimana jika kebenaran akhirnya terbongkar? Bagaimana jika Siena pada suatu hari memutuskan untuk mengungkap identitasnya sebagai anak Adhyaksa? Semua yang sudah Tsania bangun bisa runtuh dalam sekejap. Namun, dia menepis kekhawatiran itu. Siena membenci ayahnya. Dia tidak mungkin tiba-tiba berubah pikiran dan mengatakan sebagai ahli waris Adyaksa. Tsania mengetahui lebih dari yang Seina tahu karena mereka hidup dan tinggal bersama sejak masih bayi.

Selama Siena tetap diam, Tsania aman. Tapi perasaan gelisah itu tak pernah benar-benar hilang. Ada saat-saat ketika Tsania merasa seperti seorang penipu, meskipun dia tidak pernah menunjukkan kelemahannya pada orang lain. Dia tahu bahwa dia harus menjaga semuanya tetap terkontrol, memainkan peran ini dengan sempurna, dan memastikan tidak ada celah yang bisa membuatnya terjatuh.

Sambil menyesap teh dari cangkirnya, Tsania memikirkan langkah berikutnya. Dia sudah memenangkan perhatian keluarga Danu, tapi sekarang dia harus memastikan bahwa Danu sendiri akan berpaling dari Siena. Itu tidak mudah, karena Danu masih terlalu buta oleh cintanya pada Siena. Namun, Tsania tahu dia bisa melakukannya. Dengan waktu dan rencana yang matang, Danu akan melihat siapa yang sebenarnya pantas untuknya.

Mereka semua akan melihat bahwa Tsania—meski terlahir sebagai anak pembantu, tapi dia bisa menjadi wanita hebat bahkan lebih hebat dari Siena. Keluarga Danu adalah pijakan di mana dia akan bisa naik meraih impiannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Akhir Kisah

    "Kamu jahat, Tsan.""Maaf.""Lihat, apa yang kamu perbuat? Ibu meninggal, Tsan, kenapa kamu tega mencelakai kami, bisa saja kami semua meninggal." Danu meraup kasar wajahnya, matanya memerah, tangan kanannya mencengkeram lengan Tsania. "Aku hanya memberi kalian sedikit pelajaran." Tsania menunduk, dia meringis saat tangan Danu semakin mencengkeram lengannya. "Sedikit katamu? Ibu meninggal, Tsan? Apa yang membuatmu tega melakukannya padahal kami hanya kecewa padamu. Kami tidak melakukan kekerasan.""Kalian menghinaku.""Tidak. Kami tidak menghinamu, kami hanya kecewa padamu dan mengingatkan kalau kamu salah, kamu salah mengambil identitas orang lain agar diterima, padahal identitas kamu tidak buruk.”Ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi. Tsania melakukan segala cara demi mendapatkan keinginannya padahal itu hanya perasaan iri dengki saja. Tsania telah terjebak dalam kubangan perasaan yang tidak bisa dia kendalikan, dia terjebak dalam tipu daya setan. Hanya karena men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bangkit dan Kejar Duniamu

    “Raksa … Raksa …!”Siena memanggil-mangil Raksa yang sedang berada di kamar mandi. Tangannya mengetuk keras hingga membuat lelaki yang masih penuh busa itu terpaksa membuka pintu.“Sayang, ada apa?” jawab Raksa dengan tetap tenang.“Tsania, dia ….” Siena menarik napas kemudian menggeleng. “Tidak mungkin Tsania sekriminal itu.”“Apa pun yang kamu dengar, itu yang terjadi. Aku memang mau mengabari soal Tsania tadi. Setelah aku mandi, kita ke kantor polisi, tadi aku dihubungi polisi untuk dimintai keterangan.”Lelaki itu masuk kembali ke kamar mandi karena belum menyelesaikan mandinya.Siena berjalan mondar-mandir, dia masih belum mengerti kenapa bisa Tsania dan ibunya justru kena masalah di waktu yang sama, dia sebenarnya belum sepenuhnya percaya dengan Narsih yang tega meracuni ibunya. Kenapa sulit mempercayai apa yang terjadi, tapi mungkin inilah yang sebenarnya, Tuhan telah menunjukkan kebenaran.Setelah Raksa selesai mandi dan berganti pakaian, mereka langsung menuju kantor polisi.

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Dekat Bukan Berarti Baik

    “Cari lelaki ini sampai ketemu.” Adyaksa meminta orang yang memberikan informasi padanya tentang Surya. Dan … Finally, setelah sepuluh tahun akhirnya menemukan titik terang tentang kematian istrinya dan orang yang membuat putrinya menjauh.Sebenanrya sudah lama sejak istrinya meninggal Adyaksa mencurigai Narsih terlibat, tapi dia tidak punya bukti akurat ditambah lagi kejahatan Narsih sepertinya tersusun rapi hingga tidak mudah bagi Adyaksa menemukan bukti dan juga alasan putrinya yang saat itu begitu dekat dengan Narsih.Awalnya kasus kematian istrinya dia bawa ke polisi, tapi karena kesibukannya, dia menarik kasus itu apalagi semenjak putrinya semakin dekat dengan Narsih. Adyaksa sempat mengira kalau kecurigaanya tidak benar. Namun, setelah Narsih dan Tsania berhenti bekerja dan memilih pergi dari rumahnya, Adyaksa kembali mencari informasi tentang Narsih dan Tsania. Awalnya dia ingin mencari tahu alasan Tsania merebut Danu, tapi dia curiga kalau ada sesuatu hal lain yang membuat Na

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Jebakan

    Raksa berdiri mematung, pandangannya menyapu sekeliling. Lelaki itu sudah tidak ada. Dia yakin benar tadi melihat sosok misterius menyeret Narsih menjauh dengan kecepatan yang membuatnya hampir tak percaya. Bayangan lelaki itu menghilang di lorong gelap menuju tangga darurat. Sepertinya lelai itu sudah mengintai sejak awal dan sudah tahu situasi di sana.Raksa mengepalkan tangan, frustrasi. "Dia terlalu cepat," gumamnya, melangkah menyusuri lorong untuk mencoba mencari jejak. Namun, tidak ada yang tersisa kecuali suara langkah kakinya sendiri.Raksa mengambil ponselnya pantas melakukan panggilan telepon. “Buat opsi kedua, kemungkinan mereka menuju silang.” Raksa memberi kode lantas mematikan ponselnya.Sementara itu, lelaki misterius itu dengan sigap membawa Narsih ke sebuah mobil yang sudah menunggu di belakang gedung. Wajah Narsih pucat pasi, tapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Hanya ada ketakutan yang terpancar jelas di matanya."Tenang, aku tidak akan membiarkan mereka men

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Pengkhianatan Terungkap

    Siena sedang duduk di ruang tamu rumahnya, jemarinya sibuk membuka dokumen-dokumen kecil terkait pekerjaannya. Raksa belum pulang, dan dia merasa ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan beberapa hal. Namun, suasana tenang itu terusik saat bel pintu berbunyi.Siena bangkit dengan sedikit enggan, membuka pintu, dan langsung mendapati Tsania berdiri di sana dengan senyum tipis yang penuh arti.“Tsania?” Siena menatapnya penuh curiga. “Kenapa kamu ke sini?” Seingat Siena, sejak kematian Nimas waktu itu, Tsania tidak lagi datang karena polisi mulai menyelidiki penyebab kecelakaan. Meski Siena mendengar dari tante Mona kalau Tsania ada hubungannya dengan kecelakaan itu, tapi Siena masih tidak mempercayai karena menurutnya Tsania tidak akan melakukan hal criminal. “Aku cuma ingin bicara sebentar,” Tsania menjawab santai, melirik ke dalam rumah Siena dengan pandangan sinis. “Tidak lama kok, hanya lima menit.”Siena menghela napas, merasa enggan, tapi akhirnya mengizinkan Tsania masuk. Wanit

  • Aku yang Kaya Bukan Dia   Bukan Karena Kewajiban

    Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar mendekat. Siena mendongak, terkejut melihat Raksa berdiri tak jauh darinya. Wajah lelaki itu tegang, matanya seperti menyala. Dalam sekejap, Raksa melangkah mendekat, tangannya meraih pergelangan Siena dengan gerakan yang membuatnya tersentak.Hujan rintik-rintik mulai membasahi tanah pemakaman, menambah suasana kelabu yang sudah menyelimuti tempat itu. Saat itu Siena memang berdiri di dekat Danu, menatap tanah basah tempat Nimas baru saja dimakamkan. Hatinya terasa berat melihat kesedihan Danu yang tak henti menunduk, wajahnya sendu, tapi tetap tegar.“Siena, kita pulang,” ucap Raksa, nada suaranya rendah, tapi penuh penekanan.“Raksa—” Siena mencoba menarik tangannya, tapi genggaman Raksa terlalu kuat. “Tunggu, aku belum selesai di sini.”Raksa mengabaikannya. Tanpa banyak bicara, dia menarik tangan Siena, langkahnya cepat dan pasti. Danu yang menyadari apa yang terjadi langsung maju, mencoba menghentikan Raksa.“Raksa, tunggu!” Danu berseru.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status