Home / Rumah Tangga / Alana Sang Nyonya Pewaris / Bab 4. Tawaran Gila untuk Kendrik

Share

Bab 4. Tawaran Gila untuk Kendrik

Author: Essha Airis
last update Last Updated: 2025-06-20 17:52:15

Pintu yang terbuka lebar memperlihatkan dua orang berpakaian sipil yang diikuti oleh seorang karyawan di kantor pengacara tersebut. Salah satu dari mereka mengeluarkan kartu identitas polisi.

“Selamat siang. Kami dari Satuan Reskrim Polres Kota. Saudari Miranda Arvenzo, anda ditangkap atas dugaan tindak kekerasan terhadap saudari Citra Ayu,” ungkap petugas seraya memperlihatkan surat penangkapan.

Seisi ruangan tersentak. Miranda nyaris kehilangan keseimbangan, untungnya Ferry sigap menahan istrinya.

Lukas tidak percaya, dia membaca surat perintah penangkapan yang dibawa petugas.

“Pasti ada kesalahan. Tidak mungkin,” racau Miranda. Dia bersembunyi dalam dekapan suaminya.

Lukas menatap kedua orangtuanya, meminta penjelasan.

Alana menyaksikan segalanya dengan kepala yang penuh tanya. Dia tidak bisa mengasumsikan apa-apa.

Satu petugas yang lainnya bersiap membawa Miranda yang bersikukuh tidak mau beranjak. “Silakan ikut kami ke kantor untuk dimintai keterangan lebih lanjut.”

“Saya tidak bersalah! Pa, ayo katakan Mama tidak bersalah. Papa ada di sana waktu itu!”

Ferry tidak menjawab, dia menatap istrinya dengan tatapan yang entah.

Petugas yang berupaya membawa Miranda ditarik kasar oleh Lukas. Sontak saja petugas tersebut meninggikan suaranya. “Kami hanya menjalankan tugas berdasarkan prosedur yang berlaku. Mari ikut kami dengan cara baik-baik!”

Ferry yang merasa tidak ada jalan lain memandang Lukas. Dia mengangguk singkat agar putranya sedikit melunak. 

“Ayo, Ma. Kita selesaikan ini di kantor polisi,” ajak Ferry.

Miranda melepaskan diri dengan kasar. Matanya basah dengan wajah merah padam.

“Papa temani, Mama. Semuanya akan baik-baik saja,” bujuk Ferry, suaranya begitu pelan nyaris tidak terdengar.

“Tidak, Pa, tidak! Ini semua pasti ulah Kendrik,” kata Miranda.

Miranda beranjak, beralih mencengkram lengan Lukas. “Ini pasti ulah anak itu. Cepat kamu tangkap dia, Lukas. Ini semua ulah dia!”

Alana langsung teringat pada video yang coba Kendrik tunjukkan di rumah sakit tempo hari.

Bersamaan dengan itu, dengan sedikit paksaan, Miranda akhirnya bisa dibawa pergi ke kantor polisi didampingi oleh Ferry. 

Lukas tidak banyak bicara, dia menghampiri kuasa hukum agar bisa segera membantu ibunya.

Alana mengambil kesempatan, dia mengirim pesan singkat pada Kendrik, menanyakan apa yang sebenarnya dia lakukan terhadap Paman dan Bibinya. 

Kendrik langsung membalas,

[Kamu menikmatinya? Ini baru permulaan, Lana].

Alana tidak bisa menyembunyikan garis tipis yang melengkung di kedua sudut bibirnya.

Pembacaan surat wasiat pun dihentikan karena kejadian tidak terduga tersebut.

*

Di pinggir danau, Kendrik dan Alana bertemu. Alana membawa serta putranya yang sudah sehat, meskipun beberapa bekas luka di wajah bocah itu belum hilang seutuhnya.

Mereka duduk dengan posisi Nathan berada di tengah. Anak itu anteng memakan camilan rendah MSG yang Kendrik siapkan.

“Dari mana kamu tahu?” tanya Alana setelah memperhatikan semua isi tas belanjaan.

Kendrik tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi. kedua matanya terus berkedip-kedip menggoda Alana. Tingkahnya sungguh petakilan.

Alana sebal. Dia memalingkan bola mata sambil membuang wajah ke arah lain.

Kendrik tertawa. Baginya, sikap ketus dan jutek Alana adalah sesuatu yang manis dan membuatnya candu.

“Maaf, Lana. Aku becanda,” kekeh Kendrik.

“Lihat, Nathan. Mama kamu memang Putri Es, kan?”

Nathan melirik Ibunya sekilas lalu menggeleng dengan tegas. “Tidak. Mama selalu cantik.”

Alana mengusap puncak kepala Nathan. “Kamu memang cerdas, sayang. Mata kamu juga sangat bagus dan belum rabun,” sindir Alana.

Kendrik berdecak. Jelas sekali Alana mengatai dirinya.

“Oke, sekarang katakan semua yang kamu tahu tentang keluarga Lukas, Ken!” Alana tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Kendrik mengambil handphone, dia mengirim video yang tempo hari Miranda hapus.

“Aku sudah mem-back up data yang aku punya sebelum menggertak Tante Miranda. Kejadian ini terjadi dua minggu sebelum Kakekmu meninggal,” jelas Kendrik.

Mulut Alana sedikit terbuka, terkejut. Dia lalu mulai fokus menonton video yang Kendrik kirim. 

Miranda melakukan penganiayaan brutal pada gadis yang mengenakan seragam putih abu di suatu basement gedung. Di sana juga ada Ferry yang berusaha melerai kelakuan istrinya yang bar-bar.

Teriakkan gadis SMA yang melontarkan berbagai bahasa binatang dan juga mencoba memberikan perlawanan semakin membuat Alana meringis ngeri. Dia sampai harus mengecilkan volumenya supaya Nathan yang sempat penasaran tidak mendengar apa-apa.

Kendrik mengerti, dia segera mengalihkan perhatian Nathan dengan mengajaknya melihat-lihat sekitar danau.

Ada tiga video amatir yang direkam secara sembunyi-sembunyi entah oleh siapa, berdurasi antara 5 sampai 10 menit, beberapa foto yang memperlihatkan bekas cakaran di pipi, lengan, dan leher, lebam di sudut bibir dan pelipis, serta sejumput helaian rambut berwarna pirang yang digenggam oleh tangan seseorang yang memakai kutek dengan beberapa kuku yang rusak dan patah. Alana terka, itu adalah tangan si gadis, dan semua foto yang ada juga sengaja gadis itu abadikan sebagai bukti. Terakhir, ada satu file yang merupakan dokumen hasil visum. 

Hati Alana diseret antara jijik, geram, dan getir. Alana hampir tidak mampu bernapas.

“Tidak salah lagi. Ini pasti kasus perselingkuhan.”

“Genetik. Ayah dan anak sama saja,” sambung Alana. Bayangan wajah Ferry dan Lukas terlintas sekelebat. Setiap kali mengingat kelakuan suami serta keluarganya, dada Alana selalu sesak.

“Semoga anakku tidak mewarisi sifat buruk Kakek dan Ayahnya.” 

Setelahnya, Alana menghampiri Kendrik dan Nathan. “Kamu sudah tahu ini cukup lama?” 

Kendrik melirik. “Yaps.”

Alana berpangku tangan. “Kenapa baru memberitahuku?”

Tatapan Kendrik hangat, penuh simpati. “Aku bingung harus bagaimana, Lana. Terlebih, kondisi kakekmu saat itu membuatku berpikir bahwa ini merupakan berita yang tidak etis.”

Alana mendesah. Dia masih tidak terima bahwa selama ini ada yang Kendrik tutup-tutupi dari dirinya.

“Lana,” panggil Kendrik.

Wanita cantik yang mengenakan coat dan jeans warna hitam itu menatap lurus ke hamparan danau tenang di depannya.

Kendrik kembali bersuara, “Apa kamu lupa?”

Alana menoleh cepat, matanya sedikit membulat, menandakan rasa penasaran. 

“Kamu lupa bahwa selama ini kamu selalu berusaha menjaga jarak denganku?”

Perkataan Kendrik membuat Alana tertohok. Alana tidak bisa berkelit. Selama ini dia selalu menghindari Kendrik karena tahu pria di depannya pernah dan bahkan masih menyimpan rasa terhadapnya. 

“Benar, juga. Ini bukan seutuhnya salahmu.” Alana menjawab pelan. 

“Sudahlah. Ikut aku. Ada sesuatu yang ingin aku tawarkan padamu,” tandasnya, dia meraih tangan Nathan lalu beranjak.

Kendrik belum sempat bertanya, tapi akhirnya dia mengekor juga.

Di dekat mobil, seorang pria bertubuh kekar yang terakhir kali Kendrik temui di pemakaman Kakek Bramanta tersenyum ramah begitu melihat kedatangannya.

Kendrik mengangguk singkat dan menepuk pundak si pria.

Alana menitipkan Nathan pada pria tersebut karena dia tidak mau Nathan mendengar pembicaraannya bersama Kendrik.

Di dalam mobil, Alana mengambil koper hitam di jok belakang lalu menyerahkannya ke pangkuan Kendrik.

Kendrik sedikit menaikkan kedua alisnya spontan.

Alana mengendikkan bahu. “Lihat saja sendiri.”

Sesaat setelah membuka koper, napas Kendrik sempat tertahan beberapa detik.

“Untuk apa ini, Lana?” 

Alana nampak ragu. “Uang dan senjata api itu ….” 

Dia mendesah pelan, lalu menggigit bibir bawah.

Kendrik menutup kembali koper di tangannya. 

Alana melempar pandang sekilas, kemudian kembali melihat keluar jendela.

“Sepertinya, tindakanku kali ini sudah keterlaluan. Iya, kan?”

Ekspresi Kendrik berubah datar, takut Alana menginginkan sesuatu yang tidak bisa dirinya lakukan.

“Aku mau kamu–arghh!” Alana kesal sendiri, dia mengusap wajahnya kasar.

“Tell me, Lana.”

 “Kamu … bisa–”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Balas Dendam Dimulai!

    Berdasarkan hasil rapat, dewan direksi dan para pemegang saham setuju untuk melakukan pemungutan suara guna menentukan siapa yang berhak menduduki posisi CEO di perusahaan Golden Stone Corporation.Lukas sempat menampik keputusan tersebut karena CEO sebelumnya, yang tidak lain adalah Kakek Bramanta sudah memberinya mandat dengan menjadi CEO pengganti, yang mana hal tersebut sudah membuktikan bahwa Lukas layak dan berhak berada di posisinya saat ini.Akan tetapi, jajaran direksi mematahkan alibi Lukas dengan mengatakan bahwa mereka memiliki hak untuk memilih siapa yang akan menjadi pimpinan di perusahaan.Alana puas, dia pulang dengan satu kemenangan di tangan. Dua Minggu lagi Alana dan Lukas sama-sama akan melakukan presentasi di depan orang-orang yang memiliki kendali di perusahaan.Mereka akan bertarung menentukan siapa yang memang layak menjadi penerus perusahaan batu mulya tersebut.Sayangnya, Alana masih memiliki PR yang tidak kalah penting, dia masih belum bisa meyakinkan Ketua

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Langkah Pertama Merebut Tahta

    [Aku menemukan invoice yang agak mencurigakan. Cepatlah datang ke sini.] Membaca pesan lanjutan dari Alana, Kendrik menelan ludah, dia lalu menyalakan mesin mobil dan beranjak dari sana. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak.Beberapa waktu kemudian, Kendrik tiba di sebuah apartemen yang terletak di dekat perbatasan antara kota Jakarta dan Bandung.Seorang wanita muda membukakan pintu. Sejenak, lelaki itu termangu melihat wajah seorang gadis yang cukup menarik perhatiannya. Gadis dengan perawakan mungil, kulit kuning langsat, berwajah manis dengan hidung bangir dan bibir tipis.“Silakan masuk, Pak. Anda pasti Pak Kendrik, kan?” Si gadis membuat Kendrik tersadar.“Ehem.” Kendrik berdeham. “Iya, saya Kendrik. Terima kasih.” Pria itu mengatakannya sambil melangkah masuk.Begitu masuk ke ruangan utama, Kendrik melihat Alana duduk terpekur di depan komputer. Alana tampak serius dengan dua orang pemuda yang juga sedang fokus menatap layar laptop masing-masing.“Ternyata d

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Retakan di Kubu Lawan

    Setelah sambungan telepon terputus Lukas mengirimkan lokasi sebuah rumah sakit. Alana memberitahu ke mana tujuan mereka saat ini pada pria yang duduk di kursi kemudi.Setengah jam kemudian, Alana sampai. Dia menggendong Nathan yang masih mengantuk. Lukas ada di luar, sepertinya dia tidak sabar menunggu Alana. Begitu mereka bertemu, Lukas langsung memeluk Alana berikut putranya.Alana mematung. Dia sampai harus menahan napas karena Lukas memeluknya begitu erat.Merasa terhimpit, Nathan bangun. Dia mengucek mata dengan punggung tangan. Lukas merenggangkan pelukan. Dia mengecup pipi Nathan, lalu Alana. Sialnya, Alana refleks menjauhkan wajahnya.Lukas mengernyitkan kening. “Kenapa?”Lidah Alana kelu. Bodoh, pikir Alana. Dia mestinya bersikap biasa saja, bahkan seharusnya dia sedikit berakting dengan pura-pura khawatir karena Lukas tiba-tiba memintanya datang ke sana.Nathan turun dari gendongan ibunya. “Siapa yang masuk rumah sakit, sayang?” Alana mengalihkan pembicaraan.Lukas membuan

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Bab 5. Kesepakatan di Atas Luka

    Alana yang tidak mampu mengutarakan tawarannya membuat waktu bergerak lambat menciptakan atmosfer yang tidak nyaman. Kendrik memutuskan keluar agar dapat berpikir jernih dengan menghirup udara segar.Alana yang terdiam di dalam mobil melihat koper hitam di tempat duduk Kendrik sebelumnya. Dia sudah memulai, otomatis harus berani menyelesaikan, termasuk mengambil risiko sebesar apa pun.Wanita dengan kulit wajah pucat dan tatapan mata sayu itu mencibir dirinya sendiri yang malah ragu-ragu dalam bertindak. Alana ikut keluar. Dia berdeham lalu berkata, “Ada banyak rencana besar bahkan gila yang sudah tersusun rapi di kepalaku. Sayangnya, aku terlalu pengecut.”Kendrik berpangku tangan. Rambutnya yang sedikit panjang lagi ikal diterpa angin sore. “Aku tahu kamu pasti sangat muak dan marah atas segala hal buruk yang terjadi. Tapi, itu bukan berarti kamu boleh menjadi orang yang kehilangan hati nurani.”Alana terdiam.Kendrik mengembuskan napas panjang, tangan kanannya menyugar rambut yang

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Bab 4. Tawaran Gila untuk Kendrik

    Pintu yang terbuka lebar memperlihatkan dua orang berpakaian sipil yang diikuti oleh seorang karyawan di kantor pengacara tersebut. Salah satu dari mereka mengeluarkan kartu identitas polisi.“Selamat siang. Kami dari Satuan Reskrim Polres Kota. Saudari Miranda Arvenzo, anda ditangkap atas dugaan tindak kekerasan terhadap saudari Citra Ayu,” ungkap petugas seraya memperlihatkan surat penangkapan.Seisi ruangan tersentak. Miranda nyaris kehilangan keseimbangan, untungnya Ferry sigap menahan istrinya.Lukas tidak percaya, dia membaca surat perintah penangkapan yang dibawa petugas.“Pasti ada kesalahan. Tidak mungkin,” racau Miranda. Dia bersembunyi dalam dekapan suaminya.Lukas menatap kedua orangtuanya, meminta penjelasan.Alana menyaksikan segalanya dengan kepala yang penuh tanya. Dia tidak bisa mengasumsikan apa-apa.Satu petugas yang lainnya bersiap membawa Miranda yang bersikukuh tidak mau beranjak. “Silakan ikut kami ke kantor untuk dimintai keterangan lebih lanjut.”“Saya tidak b

  • Alana Sang Nyonya Pewaris    Bab 3. Wasiat dan Perang Keluarga

    Miranda mengibaskan tangan. “Tidak ada, sayang. Kendrik memang jahil, dia senang membuat lelucon tentang kami. Tapi sesungguhnya ini memalukan dan tidak sopan.” “Kita selesaikan nanti, Kendrik. Jangan kekanak-kanakan seperti ini!” Sorot mata Ferry menyiratkan sesuatu yang lain.Alana penasaran video apa yang Kendrik miliki sehingga membuat kedua mertuanya berang.Kendrik meminta maaf lalu meminta handphonenya kembali.Sebelum menyerahkannya, Miranda menghapus video tersebut lebih dulu.Alana terus menatap Kendrik, meminta penjelasan. Namun, Kendrik hanya mengangkat kedua bahunya.Miranda lantas merangkul Alana, mengajaknya mendekat ke jendela ruang perawatan putranya.“Sekarang kita fokus pada keadaan Nathan. Cucu kesayangan Mama itu pasti akan baik-baik saja.” Miranda mulai tergugu, dia menangis yang justru membuat Alana risi padanya.Tangis Miranda semakin mengaung, suaminya sigap menenangkan. Kedua orang tua penuh drama tersebut lalu duduk sambil berpelukan.Kendrik memperhatikan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status