“Sopir, Bapak.”Lukas berdecak geram. Dia menarik napas dalam sambil membuang muka untuk meredam kekesalan.“Kamu becanda?! Siapa peduli tentang si kacung itu? Dia memang sudah tahu sama sepertimu!” bentak Lukas. Dia menggertakkan giginya menahan amarah.Lukas berdiri, “Cepat bereskan itu lalu ambil yang baru!” Pria itu mendengus, “Mengganggu saja!” keluhnya sampai akhirnya kembali ke dalam kamar.Wanita itu mengembuskan napas lega. Dia menatap sekali lagi ke arah pintu di mana Alana berada. Hanya dalam waktu sepersekian detik, Alana keluar.Lagi-lagi tatapan Alana sangat tidak bersahabat. Dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi sorot matanya sudah sangat jelas menegaskan siapa dia di rumah itu. Dan juga tentu saja, ancamannya pada si wanita bukan main-main, itu adalah ancaman yang tidak ragu Alana lakukan jika memang perlu.*“Astaga, Lana! Dari mana saja, kamu?”“Kamu tetap pulang ke rumah karena mengkhawatirkan suamimu itu?”“Kamu terluka! Harusnya kamu diam saja.”“Ayo, aku antar kam
Last Updated : 2025-06-20 Read more