Share

2 - Awal Kepergian

Semakin kuhapus, semakin timbul

“Aiys, cepat! Nanti telat, ” panggil mamanya.

“Iya Ma, bentar,” sahut Aiys.

Aiys bergegas turun untuk serapan, “Ma, papa mana?” tanya Aiys tidak mendapatkan papanya di ruang makan.

“Papa lagi keluar kota, penerbangan dini hari tadi,” jawab mama santai.

“Emang papa jadi pindah kerja, Ma?” tanya Aiys lagi.

Mama Aliana mendekat ke Aiys, “Belum pasti sayang,” ucapnya.

“Ayo serapan cepat, nanti telat,” tambah mama Aliana sambil mengelus kelapa Aiys.

Aiys masih memikirkan penyataan mamanya barusan, “Ayo makan, nanti telat,” perintah mama lagi.

Aiys mempercepat geraknya, benar kata mamanya. Dia bias telat kalau terus memikirkan hal yang belum pasti.

“Aiys berangkat dulu Ma,” pamit Aiys.

“Hati-hati sayang,” Kata mama Aliana sambil memeluk tubuh Aiys.

Masuk telinga kanan keluar telinga kiri, Aiys tidak mengerti apa yang dijelaskan Bu Neni di depan. Papan tulis adalah Tv di sekolah yang harus ditonton dan diperhatikan. Tapi, entah mengapa pikirannya tidak disini.

Perdebatan hati dan logika

Sampai kapan aku terjebak?

Jikalau mentari ini, redup

Akankah, kau rembulan.

Menggantikan posisiku,

Disiang hari, berteman keluh dan kesah.

"Alisya Cantara, tolong perhatikan pelajaran Ibu!" tegur Bu Neni.

"Sudah tiga kali ibu perhatikan," tambahnya lagi.

Keysa sedari tadi menepuk pundak Aiys, agar Aiys fokus ke pelajaran. Tidak dihiraukan, fikiran Aiys lagi ke Daffa. Aiys tersiksa, Aiys tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh, dan Aiys tidak bisa mengikhlaskan Daffa pergi.

"Untuk mencari Sin A bisa kita singkat dengan DeMi, untuk mencari Cos A bisa dengan SaMi, dan untuk mencari Tan A bisa menggunakan DeSa," tutur bu Neni sambil menggambar segitiga.

Matematika, dulu pelajaran yang paling Aiys sukai. Aiys suka pelajaran hitungan, karena itu Aiys mantapkan pilihan sebagai siswi berlabel pintar di sekolah, jurusan IPA yang dalam kebudayaan turun-menurun setingkat lebih keren daripada jurusan IPS walau kedua jurusan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Aiys pandingi jam tergantung di depan kelas, kenapa jam itu seakan beku? Jarumnya tidak bergerak seakan mati tanpa rasa.

"Hufff," kata Aiys sambil mengalihkan pandangan ke jendela.

"Fokus, fokus Aiys!" tegur Keysa.

Aiys hanya memandang Keysa sinis.

"Nanti ketegur lagi," bentaknya.

"I...y... "

Tringggggggg... Tringggg....

Belum katanya selesai terucap, bel pulang berbunyi.

"Akhirnya," kata Aiys lega.

Aiys segera memasukan barang-barang kedalam tas dan bersiap untuk pulang.

"Key, pulang yuk?" ajak Aiys, sambil merangkulkan lengannya dengan Keysa.

"Duluan aja Aiys, aku ada latihan tari," kata Keysa dengan muka sedikit muram.

Dua minggu lagi, ujian praktik tari daerah. Sudah ada pembagian timnya, tapi ya gitu, di tim Aiys belum tergerak hatinya untuk latihan. Kebiasaan, kalau sudah dekat acanya, baru mati-matian latihan.

Aiys melangkahkan kaki keluar kelas sendirian, koridor sekolah ini seakan mau menerkam dirinya.

"Sunyi, mana yang lain?" tanya Aiys sendiri.

Sesampai depan perpustakaan, Aiys terdiam. Disini, kala itu Daffa memberitahu dirinya kabar baik diselelimuti kabar buruk.

***

20 Februari 2017

Tanggal yang pertama kali dilihat lewat layar ponsel. Ada yang jangkal dengan hari ini. 20 Februari, moment apa ya? Aiys berpikir keras sembari beranjak menuju kamar mandi. Setelah 20 menit melaksanakan ritual mandinya, Aiys keluar dengan badan yang segar dan tentunya wangi. Sewaktu mandi hingga saat ini, pikirannya masih tertuju pada tanggal 20 Februari.

Tringggg.. ponsel Aiys bergetar.

“Daffa,” ucap Aiys.

Tidak biasanya Daffa menghubungi Aiys sepagi ini.

[Hallo, sayang Daf..] sapa Aiys.

[Pagi bidadari kecil, lama bangat angkatnya, baru bangun ya?] tanya Daffa.

[Tidak, tumben menghubungi se pagi ini, bang.] jawab Aiys.

[Kamu tau, hari ini ada apa?] tanya Daffa.

[Hari Kamis,] balas Aiys.

[Bukan itu, ada apa hari ini?] Aiys mikir namun tidak ingat apa-apa.

[Hari ini pengumuman hasil tes di Jerman bidadari, nanti kita lihat bersama ya..] jelas Daffa

Ponsel Aiys terjatuh, panggilan terputus sendiri. Aiys segara mencerna satu persatu pesan dari Daffa "Pengumuman Hasil Tes?" tanyanya lagi sendiri.

Kegelisahan Aiys sedari tadi terjawab, pantas Aiys tidak tenang. Kabar itu membuat moodnya seketika berubah. Ada niat dalam diri, untuk tidak ke sekolah. Tapi Aiys tidak tega melihat kekecewaan dalam raut wajah Daffa.

"Tuhan, bolehkah Aiys minta agar kak Daffa tidak lolos?" doa Aiys.

Tepat pukul 06.45 WIB Aiys sudah menjejaki sekolah dengan hati yang kurang baik. Apapun hasilnya, semoga ini terbaik. Hitungan jam, pengumuman. Namun Aiys sudah membayangkan LDR.

"Sanggupkah?" pertanyaan yang lagi Aiys tanyakan pada diri.

Pelajaran dimulai sedari lima belas menit yang lalu, nikmat belajar belum Aiys dapatkan. Hingga jam pelajaran usai, belum ada senyum ikhlas yang melengkung di sudut bibirnya.

Tentang ego dan rasa

Tolong, jangan pergi

[Aiys, nanti ke perpustakaan ya..] pesan Daffa.

Aiys membaca pesan dari Daffa, tanpa niatan membalas. Tujuan langkah kakinya hanya satu, yaitu perpustakaan. Diatas Aiys, seakan sudah ada jutaan baja besi yang siap menerjang. Kursi berwarna putih dengan ukiran klasik menjadi fokusnya, disana dilihat Daffa duduk dengan tenangnya. Aiys arahkan pandangan ke jam dipergelanggan tangannya, sebentar lagi pengumuman. Dadanya semakin sesak. Daffa yang menyadari keberadaan Aiys, segera melambai sambil melangkah menuju tempat berdirinya.

"Ngapain berdiri disini?" tanyanya dihadapan Aiys.

"Ehemm," balas Aiys tanpa ekspresi.

Daffa yang menyadari ada hal aneh dari Aiys, segera mengarahkan Aiys duduk bersamanya.

"Percayalah sayang, apapun hasilnya. Kamu ada disini," sembari menunjuk hatinya.

Aiya masih diam seribu bahasa. Daffa sudah paham apa maksudnya, karena Aiys sudah terang-teranggan bilang, Aiys tidak bisa LDR.

Sebentar lagi pengumumannya. Aiys dan Daffa segera duduk, Daffa berhasil membuat Aiys tenang lagi. Daffa mengetik di ponselnya untuk melihat hasil pengumuman.

Benar, dua menit kemudian. Pengumuman keluar. Seksama mereka berdua mencari nama Daffa.

Daffa Andrian dinyatakan LOLOS. 5 Mei 2017 pembelajaran di mulai.

Air mata Aiys mengalir, dalam tangisan Aiys berkata,

"Sayang, selamat."

Daffa tidak membalas ucapan Aiys.

"Aiys," kata kak Daffa.

Aiys hanya menggerakkan kepala.

"Sayang, jaga hatimu untukku,"

Aiys hanya diam, beberapa lama.

"Kak, jangan… pergi..," kata Aiys terbata.

Semesta seakan tahu bagaimana rasaku, apa yang harus kulakukan. Bahagia atau sedih?

Tak ada kilauan senja, awan kelabu berkaitan diatas. Dedaunan berguguran.

Tak ada kicauan burung bernyanyi riang,

Sunyi, kelam.

"Percayalah sayang, semuanya akan baik-baik saja,"

"Aiys, ga bisa LDR," jujur Aiys dengan kata selembut kapas.

"Belum dicoba, kok menyerah," kata Daffa.

"Aiys tidak bisa," frustasi Aiys.

Daffa masih memperhatikan Aiys, "Kalau Aiys rindu gimana? Aiys tidak tau kakak disana dengan siapa, kalau kakak selingkuh gimana lagi?" tanya Aiys menatap Daffa.

"Kamu, selalu disini," tenang Daffa sambil menunjuk hatinya.

"Kak, Aiys tidak bisa," tangis Aiys.

Daffa yang menyadari Aiys menangis, segera menghapus air mata itu dengan jarinya.

"Sayang," panggil Aiys.

"Hemm," deheman Daffa.

Mata Aiys dan Daffa bertemu satu titik, berhadapan memangkas semua jarak.

"Boleh Aiys pinjam bahunya?" tanya Aiys sambil memperhatikan Daffa.

Daffa tidak menjawab, dia lebih memilih merangkul kepala Aiys dibawanya ke bahu.  Hujan turun, namun tidak ada niatan dari dua pasangan muda itu untuk pindah.

Di bawah air hujan ini,

Kami tumpahkan rasa,

Bersama, tanpa niatan pisah

Tolong jaga rasa.

***

"Aiys,.." sapa Keysa.

"Ngapain disini sendirian, sudah mau hujan," heran Keysa.

"Pukul berapa," tanya Aiys.

"16.45 WIB," jawabnya.

Sudah dua jam Aiys habiskan mengenang jejak  Daffa.

Segera  Aiys raih lengan Keysa,

"Yuk, pulang."

Jangan paksa menghapus jejak

Semakin kuhapus

Semakin timbul, kembali

Semoga, baik-baik saja

Dedaunan, sampaikan pesan hatiku.

Angin, bawa terbang rasaku.

~Alisya Cantara

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status