Share

Bagian 4

Emerald Club House, tempat di mana Adam dan Jeremy membuat janji bertemu, merupakan salah satu tempat berkumpulnya orang-orang high class. Club malam, restaurant ternama, serta casino juga ada disini. Setelah memarkirkan mobilnya, tanpa mengulur waktu Adam segera menuju restaurant tempat janji temunya bersama Jeremy.

“Adam,” Jeremy yang melihat Adam dari kejauhan langsung memanggilnya, dan Adam yang mendengar namanya dipanggil segera menghampiri Jeremy di mejanya.

“Bagaimana kabar paman Alex dan bibi Sinta, Jer?” tanya Adam begitu duduk di kursi tepat di depan Jeremy.

“Ayah dan ibuku baik-baik saja.” Jeremy menjawab pertanyaan Adam.

“Tunggu, hanya itu saja? Kau tidak menanyakan kabarku?” protes Jeremy pada Adam ketika yang ia tanyakan hanya kabar ayah dan ibunya saja.

Adam yang mendengar protes kekanakan Jeremy menyunggingkan senyumnya, “Ketika bibirmu itu masih tidak berhenti berbicara, aku pastikan kau dalam keadaan baik-baik saja.” Jawab Adam.

“Hahaha, kau benar-benar memahamiku, bro.” Sejenak Jeremy menegak red wine di tangannya, lalu berkata, “Bagaimana kabar Kiara? Adik kecilku itu pasti sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik sekarang, kakaknya saja bisa setampan ini.” Kata Jeremy sambil sedikit tertawa kearah Adam.

“Hufft,” Adam hanya menghela nafasnya mendengar pertanyaan dan pernyataan Jeremy.

“Oho, Adam Johnsam bisa juga mengeluh ternyata.” Ungkap Jeremy tak percaya mendengar Adam menghela nafas panjang.

“Menurutmu, apa aku terlalu keras mendidik Kiara, Jer?” tanya Adam meminta pendapat Jeremy.

Jeremy tiba-tiba berubah raut wajahnya menjadi sedikit serius ketika mendengar pertayaan Adam, “Apa kau ingin aku berkata jujur, Adam?” tanyanya memastikan.

Adam mengangguk pasti, “Tentu saja. Aku takut jika salah mengambil langkah saat mendidik Kiara.” Adam sangat jarang memperlihat ka sisi lemahnya ini kepada orang lain, kecuali orang-orang terdekatnya seperti Jeremy. Tempat di mana bisa ia menunjukan sisi lain dari dirinya.

“Adam, cobalah sedikit lebih lembut pada Kiara, jangan terlalu keras padanya. Aku tahu kalau kau melakukan itu untuk membuat Kiara terbiasa hidup keras dan terbiasa selalu waspada akan sekitar kita yang selalu dalam incaran musuh-musuh yang bisa menyerang kelemahan kita kapan saja, namun jangan sampai yang menurut kita baik, tapi justru berdampak buruk pada diri Kiara.” Jelas Jeremy pada Adam.

Adam tidak bergeming, mencoba memikirkan perkataan Jeremy. Namun seketika Adam mengingat perubahan Kiara yang membuatnya sedikit lega hari ini. “Hari ini aku pertama kali melihat Kiara antusias dan tersenyum setelah sekian lama. Setelah bertemu wanita itu secara singkat, aku melihat sedikit kebahagian di wajah Kiara.” Ucap Adam pada Jeremy.

Dan Jeremy yang mendengar itu menjadi penasaran, “Wanita itu? Siapa yang kau maksud Adam?”

“Wanita yang membantu Kiara hari ini, sosok wanita itu memberi rasa kasih sayang seorang ibu yang Kiara butuhkan, lebih tepatnya kasih sayang kakak perempuan, dan itu benar-benar berdampak pada perubahan Kiara. Padahal anak itu baru pertama kali bertemu dengannya, namun dengan mudah akrab dengan Kiara. Kau tahu pasti kan bagaimana Kiara pada orang yang baru ia kenal?” jelas Adam sedikit lagi.

Jeremy terlihat antusias, penasaran dengan wanita yang diceritakan Adam, “Wah, siapa wanita hebat itu? Aku ingin tahu siapa wanita yang bisa dengan mudahnya akrab dengan Kiara yang sangat tertutup, dan bisa membuat seorang Adam Johnsam bercerita panjang lebar tentang wanita setelah sekian lama.” Tambah Jeremy dengan kekehan kecil diakhir kalimatnya.

Baru saja Adam ingin menendang kaki Jeremy, namun terhalang suara riang seorang wanita.

“Hey, kak Jer!” seru wanita muda dari kejauhan yang mengalihkan perhatian Jeremy dan Adam.

“Bella? Kamu sendiri?” tanya Jeremy pada wanita muda itu, seraya berdiri menyapanya.

“Tidak kok kak, ada teman Bella, tapi masih dalam perjalanan ke sini. Aku boleh duduk di sini yah sambil tunggu temanku kak.” Bella meminta izin bergabung di meja Adam dan Jeremy.

“Tentu saja. Tidak apa-apa kan, Adam?” tanya Jeremy pada Adam yang hanya di respon anggukan kepala.

Setelah duduk, Bella sedikit berbisik pada Jeremy, “Kak, sahabat kakak ini dari dulu dinginnya tidak hilang-hilang yah?”

Jeremy yang mendengar itu terawa lepas, “Hahahaha, iya kau benar Bella.” Seraya melirik mengejek pada Adam.

Sedang Adam yang mendengar itu hanya memberi tatapan tajam pada Jeremy. Dan lagi, Jeremy hanya membalas tatapan tajam itu dengan kedipan mata.

“Kamu kapan tiba dari Berlin? Kok tidak berkabar?” tanya Jeremy pada Bella yang sudah duduk di sebelahnya.

“Hehehe, maaf kak. Aku baru tiba dua hari yang lalu. Minggu depankan Anniversary perusahaan papa kak. Jadi aku sempatin pulang. Belum pasti juga aku berapa lama di Indonesia.” Jelas Bella.

“Eh iya, Hampir saja aku lupa. Minggu depankan Anniversary perusahaan om Arlan. Untuk kamu bilang Bell.” Jeremy menepuk pelan jidatnya, hampir saja lupa akan acara Anniversary perusahaan omnya. Adik dari pihak mamanya.

“Kak Jeremy yah, pelupanya tidak hilang-hilang.” Bella menggelengkan kepala melihat sifat pelupa kakak sepupunya itu.

Beberapa saat, handphone Bella berdering menandakan ada panggilang masuk. Ternyata Alicya yang menelponnya. Dengan cepat ia menjawab panggilan itu.

“Halo, kamu sudah dimana?”

“Aku sudah di depan restaurant. Kamu sudah sampai?” Tanya Alicya di seberang telepon”

“Mmm, baru 10 menit yang lalu. Aku di meja 08, dekat jendela.” Bella menjelaskan posisi meja yang ia tempati bersama Adam dan Jeremy.

Alicya yang mendengarkan instruksi Bella mengedarkan pandangannya mencari posisi sahabatnya itu. Setelah beberapa saat matanya tertuju pada sahabatnya yang melambaikan tangan padanya.

“Alicyaa, disini,” teriak Bella pada Alicya yang berdiri tidak jauh dari mejanya.

“Alicya?” ucap Adam dalam hati setelah mendengar Bella menyebut nama yang ia kenali.

Alicya lalu mematikan panggilannya pada Bella dan berjalan menghampiri Bella.

Bella lalu berdiri dan memeluk sahabat yang sudah lama ia rindukan itu, “Alicyaa, I miss you so bad. How are you, babe?” ucapnya sambil terus mengeratkan pelukannya pada Alicya.

I miss you to Bella, I’m fine by the way, hihi.” Alicya juga memeluk erat sahabatnya itu, sudah sekitar 2 tahun ia tidak bertemu dengan Bella karena harus melanjutkan studynya di Berlin.

“Ah, iya Alicya, kenalkan kakak sepupuku. Jeremy Alexander. Kak Jeremy, ini sahabat ku Alicya Anastasya Gerald.” Ucap Bella memperkenalkan jeremy pada Alicya begitupun sebaliknya.

Alicya mengulurkan tangan sambil tersenyum pada Jeremy. “Halo tuan Jeremy, Aku Alicya Anastasya Gerald. Panggil Alicya saja”

“Oh, halo nona Alicya, Aku Jeremy Alexander.” Jeremy meraih uluran tangan Alicya.

Setelah bersalaman dengan Jeremy Alicya mengalihkan pandangannya pada pria yang duduk di meja yang sama dengan Bella dan Jeremy.

Pandangan Adam dan Alicya bertemu. Alicya sedikit terlonjak kaget melhiat Adam. Entahlah, dia masih merasa kurang nyaman dengan Adam, apalagi tatapan matanya itu.

“Oh, iya nona Alicya, ini sahabat saya Adam Jonhsam.” Ucapnya pada Alicya.

“Iya tuan Jeremy, kebetulan saya sudah kenal dengan tuan Adam.” Jawab Alicya.

Jeremy yang mendengar itu, sedikit bingung, “Benarkah Adam?” tanyanya pada Adam.

“Iya, aku mengenal nona Alicya dari Kiara.” Jelas Adam singkat, yang langsung dipahami oleh Jeremy.

Dengan melihat perubahan di wajah Adam, Jeremy sudah tahu bahwa ternyata yang Adam maksud ‘wanita yang memberi dampak baik bagi Kiara’ itu adalah Alicya. Disela-sela itu, Jeremy tidak sengaja mendapati senyuman tidak biasa pada Adam ketika melihat ke arah Alicya yang sedang berbincang dengan Bella.

“Akhirnya kau tersenyum kembali Adam.” Ucap Jeremy dalam hati.

“Kalau begitu, aku sama Alicya cari meja lain saja, takut mengganggu waktu kak Jeremy sama kak Adam.” Bella yang sudah mengambil tasnya, di tahan oleh Jeremy.

“Ei, bagaimana kalau kalian bergabung di meja kami saja? Dari pada berdua, lebih baik kalau berempat, lebih ramai juga. Bagaimana?” sebuah ide tiba-tiba muncul di kepala Jeremy, ia ingin melihat respon Adam pada Alicya lebih jauh lagi. Karena mungkin saja Alicya akan membawa perubahan besar di hidup Adam yang sudah lama menutup diri itu. Dan dilihat dari respon Adam, Adam sama sekali tidak menolak keberadaan Alicya.

Sebenarnya bella setuju dengan apa yang dikatakan Jeremy, dengan keadaan restaurant yang luamayan ramai sekarang, akan sangat sulit menemukan tempat duduk.

“Bagaimana menurutmu Alicya? Apa kita duduk disini saja?” tanya Bella meminta pendapat Alicya.

“Emm, aku tidak masalah. Di mana pun sama saja. Tapi apa benar kami boleh bergabung duduk di sini?” Tanya Alicya pada Jeremy.

“Tidak apa-apa nona Alicya, tentu saja boleh. Bukan begitu Adam?” Jeremy sengaja memancing, ingin melihat bagaimana respon Adam. Tidak kunjung mendapat jawaban, Jeremy sedikit menendang kaki Adam diiringi kedipan mata menggoda.

Setelah tersadar, Adam yang mendengar itu lagi-lagi hanya mengangguk mengiyakan.

“Respon macam apa itu Adam? Pria ini benar-benar. Masih belum menyadari kalau dirinya tertarik pada Alicya. Ck, bagaiman kau akan bisa memulai hubungan jika kau terus bersikap begitu?” Jeremy sedikit kesal melihat Adam yang hanya mereson dengan seadanya.

Setelah mempertimbangkan kembali, akhirnya Alicya dan Bella duduk dimeja yang sama dengan Adam dan Jeremy.

Alicya terlihat asik berbincang bersama Bella, mengingat kembali kebersamaan sewaktu mereka SMA.

“Alicya, kamu ingat tidak, waktu sekolah dulu kita pernah telat?” Bella mengingat kembali satu kejadian yang masih dia ingat sampai sekarang.

“Ah, yang kita telat karena kamu semalaman bercerita sambil menangis sesegukan karena tau crushmu sudah ada gebetan? Dan karena itu juga untuk pertama kalinya peringkat 1 dan 2 sekolah telat. itu benar-benar kejadian yang tidak bisa aku lupakan.”

Adam yang sedari tadi mendengar Alicya berbicara, sadar menyungging kan bibirnya tanpa sadar. “Ternyata dia juga orang yang periang kalau bersama sahabatnya.” Terangnya dalam hati.

“Nona-nona. Sudahi dulu flashback masa lalu kalian, sekarang bagaimana kalau kita memesan makanan dulu.” Setelahnya, Jeremy lalu menjentikan tangan memanggil pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja mereka.

“Adam, kamu mau apa?” tanya Jeremy setelah mendapat buku menu dari pelayan.

“Seperti biasanya saja.” Adam menjawab singkat.

“Memang kak Jeremy tau selerah tuan Adam?” sela Bella.

“Hahaha. Apa yang tidak kutahu tentang seorang Adam Johnsam? Selerah wanitanya saja aku tahu.” Jawab Jeremy sambil terkekeh.

Adam yang mendengar itu langsung menatap tajam pada Jeremy, sorot mata yang tajam itu dengan tanpa dijelaskan mengartikan agar jeremi tidak berbicara asal.

Jeremy yang melihat itu hanya terkekeh sambal mengangkat bahunya.

Alicya yang mendengar menuturan Jeremy tentang Adam, sedikit merasa tertarik. “Mmm, dilihat lagi, tuan Jeremy dan tuan Adam benar-benar sangat dekat yah.” Ucap Alicya sambil menatap Adam dan Jeremy secara bergantian.

Jeremy yang mendengar pertanyaan Alicya dengan antusias menjawab cepat, “Sewaktu berusia lima tahun dan pada saat itu juga aku dan Adam untuk pertama kalinya bertemu. Tapi saat itu Adam berkata dengan kejamnya bahwa di tidak ingin bermain denganku. Dia bahkan pernah memukulku hanya karena aku selalu mengikutinya, benar-benar keterlaluan, bukan? Dia bahkan mengatakan aku bodoh karena selalu mengikutinya. Setelah sedikit ditegur oleh ayahnya, akhirnya dia ingin bermain denganku. Pada saat itulah aku mulai bersahabat dengannya hingga saat ini.”

Jeremy sedikit menjeda, “Pria yang ada didepan ku ini sudah, dingin sejak kecil. Ck, ck. Tapi bahkan dengan sikap dingin itu dia masih popular dikalangan para wanita, kharismanya itu yang kadang membuatku iri. Anda sependapat dengan saya kan, nona Alicya?” Jeremy kembali ingin menggoda Adam dan Alicya.

Alicya yang tiba-tiba ditanya tentang kharisma seseorang yang baru ia kenal dan baru beberapa kali bertemu dengannya, terlebih dia seorang pria terbatuk tanpa sebab, “Uhuuk, uhuukk.” dengan sigap Bella yang melihat Alicya terbatuk segera memberikannya air minum. Adam sekali lagi menendang kaki Jeremy yang masih berbicara semaunya itu.

“Ish, kak Jeremy! Lihat, Alicya terkejut karena pertanyaan aneh kakak!” Bella sedikit memarahi Jeremy atas sikap jailnya yang menggoda Alicya.

“Maaf nona Alicya, aku tidak bermaksud membuat anda terkejut. Aku hanya meminta pendapat anda, karena mungkin anda sependapat dengan saya.”  Ucap Jeremy mencari pembelaan.

“Tidak tidak apa-apa Bella, Aku hanya sedikit terkejut saja.” Jawab Alicya seraya menenangkan Bella yang masih memelototi Jeremy.

Jeremy masih tidak menyerah, “Tapi nona Alicya, menurut pendapat anda, Adam tampan bukan?”

Alicya yang mendengar itu, mengalihkan padangannya menuju Adam, pandangannya mereka bertemu, Alicya memperhatikan wajah Adam. Mulai dari alisnya, hidung, bibir, serta rahang yang tegas. Dan terakhir matanya tertuju pada mata tajam Adam yang menatapnya lekat, “Mmm, bukankah siapa saja sudah tahu bahwa tuan Adam itu tampan?” jawab Alicya dengan pipi yang mulai sedikit merona.

Adam yang awalnya ingin menegur Jeremy membatalkan niatnya itu. Entah mengapa setelah mendengar Alicya berkata seperti itu ia merasa sedikit, senang?

“Wah, bahkan nona Alicya mengakui wajah sempurnamu Adam.” Ucap Jeremy dengan mimik wajah puas penuh arti.

“Terima kasih sudah membantuku memastikan sesuatu nona Alicya.” Ucap Jeremy diakhiri kekehan, tanpa merasa bersalah telah membuat Alicya salah tingkah.

Tanpa Adam sadari, Jeremy mendapati dirinya terus memperhatikan Alicya ketika berbicara dengan Bella. dan sesekali terlihat sedikit tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status