Share

Bagian 3

Setelah mobil Adam tidak terlihat lagi, Alicya masuk menuju ruang keluarga menghampiri tuan Ethan yang lebih dulu masuk kedalam rumah, “Kakek, kakek kenal dengan kakak Kiara?” tanya Alicya ketika baru saja mendudukan dirinya tepat disamping tuan Ethan.

Tuan Ethan menghentikan sejenak kegiatan membaca majalah bisnis yang dipegangnya, “Adam maksudmu?” diliriknya Alicya yang ada disamping kanannya.

“Iya kek, tuan Adam. Kakek kenal dengannya?” tanya Alicya lagi.

“Hemm, tentu kakek kenal dengannya. Di kalangan pebisnis saat ini, tidak ada yang tidak mengenal Adam. Pria muda berbakat dalam mengelola perusahaan di usia mudanya, mahir bernegosiasi dan mendominasi dunia bisnis tentu saja membuat semua orang tahu siapa Adam.” Jawab kakek Ethan sambil kembali membaca majalah.

“Wah, ternyata dia sehebat itu. Tidak heran, auranya saja untuk aku yang baru ditemuinya sudah cukup membuat sedikit terintimidasi. Kiara pun sama sekali tidak bisa membantah apa yang dikatakan Adam.” Alicya terdiam, teringat kembali akan Adam. Bagaimana pembawaan Adam yang tenang dan beradaptasi dengan situasi. Tuan Ethan yang biasanya sangat ketat ketika kedatangan tamu tanpa pemberitahuan sebelumnya bahkan kadang membuat orang tersebut berubah warna wajahnya karena sarkasme tajamnya, bisa Adam imbangi dengan tenang. Bahkan sekretaris Tom yang tidak kalah sarkas dari tuan Ethan pun tidak banyak bicara menandakan bahwa ia bisa mengatasi berbagai macam situasi.

“Alicya, Alicya, ” Suara tuan Ethan membuyarkan lamunan Alicya.

“Ah, iyaa kek, kenapa?” jawab Alicya spontan.

“Apa yang sedari tadi kamu pikirkan?” tanya tuan Ethan setelah melihat Alicya sadar dari lamunannya.

“Tidak kek, aku hanya teringat akan sesuatu saja.”

“Kakek ada makan malam bersama dengan Anthony dan Jason, maaf kakek tidak bisa lagi menemanimu untuk makan malam Alicya.” Ungkap tuan Ethan seraya berdiri dari duduknya. Sebenarnya ia enggan membiarkan Alicya makan malam sendiri lagi, tapi apa daya ada hal mendesak yang membuatnya mau tidak mau untuk bertemu kedua sahabatnya itu.

“Kakek ini, aku baik-baik saja. Aku tahu kakek juga sudah lama tidak bertemu kakek Anthony dan juga kakek Jason. Salamkan aku untuk para hot grandpa itu kakek. Katakan bahwa aku merindukan mereka.” Goda Alicya pada kakek dan sahabat-sahabat kakeknya itu. Ya, bisa dibilang tuan Ethan dan kedua sahabatnya termasuk pria berumur namun ketampanan mereka tidak memudar sama sekali. Bahkan pebisnis muda saja banyak yang kurang percaya diri jika bertemu dengan para penguasa bisnis itu. Setampan apapun mereka, jika tuan Ethan dan kedua sahabatnya turut hadir di suatu acara, jelas mereka akan lebih mendapatkan perhatian.

“Baiklah, kakek pastikan akan menyampaikan salammu untuk Anthony dan Jason. Kapan-kapan ikutlah bersama kakek untuk bertemu mereka.” tuan Ethan tersenyum melihat cucu kesayangannya itu. Ia mengusap lembut rambut dan pipi Alicya sebelum berlalu keluar menuju mobilnya.

“Harus yah kek, aku ingin memarkan pada orang-orang bahwa aku memiliki tiga orang kakek yang tampan dan luar biasa hebatnya dalam berbisnis.” Tambah Alicya sambil terkekeh.

Alicya mengikuti langkah kaki tuan Ethan dari belakang, membukakan pintu mobil untuk kakeknya. Mobil tuan Ethan pun berlalu melewati gerbang rumah.

Selang beberapa saat, Alicya mengalihkan atensinya menuju suara dibelakangnya, “Nona Alicya, apakah saya harus menyipakan makan malam untuk anda?” tanya Pak Ahmad, kepala pengurus rumah di kediaman Gerald.

Alicya yang mendengar pertanyaan Pak ahmad berbalik dan menjawab, “Mmmm, tidak usah pak. saya makan diluar saja bareng sama Bella. Tolong bilang sama pak Hadi siapkan mobil yah pak.”.

“Baik nona.” jawab pak Ahmad sopan.

Alicya pun berlalu menuju kamarnya. Baru saja ia sejenak berbaring, ponselnya tiba-tiba berdering, “Ah, telfon dari Bella.” Alicya pun segera menjawab panggilan telfon dari sahabatnya.

“Hai, Bella,”

“Halo, Alicya,”

“Baru juga aku ingin menelponmu,” ucap Alicya sedikit menyunggingkan senyumnya.

“Benarkah? Omong-omong malam ini jadikan? Aku baru saja selesai bersiap.”

“Hemm, tentu saja. Kita ketemu di tempat biasa yah. Aku ingin sekali makan steak disana.”

“Baiklah, aku akan berangkat duluan, kita bertemu di sana.”

“Okey, 1 jam lagi kita ketemu disana yah. Bye, Bella.”

Alicya mengakhir panggilan itu. Baru saja ingin meletakkan handphonenya, lagi-lagi ada panggilan masuk, “Hm? nomor baru?” Alicya sedikit ragu untuk menerima panggilan dari nomor baru itu, setelah beberapa saat panggilan itu terputus. Tapi selang beberapa detik nomor baru itu kembali melakukan panggilan. “Aku angkat saja, mungkin saja panggilan penting.”

“Halo?” ucap Alicya setelah menekan tombol answer di handphonenya.

“Halo, ini benar kak Alicya?” tanya seseorang di ujung telepon.

Alicya mengenali suara ini, “Kiara? Ini kamu?” tanyanya memastikan.

“Iya kak, ini Kiara.” Ternyata nomor baru itu Kiara.

“Oh hai Kia, kamu sudah sampai? Kamu sudah baik-baikkan?” tanya Alicya memastikan keadaan Kiara.

“Iya kak, Aku baik-baik saja. Mmmm,” Kiara tampak ragu mengatakan sesuatu.

“Ada apa Kia?” tanya Alicya penasaran.

“Besok siang, apa boleh makan siang bareng kak Alicya?” Tanya Kiara akhirnya.

Alicya yang mendengar itu merasa sedikit gemas dengan tingkah Kiara, “Tentu saja boleh, besok kita makan siang berdua yah. Nanti kakak akan membawamu ke restaurant terkenal yang sering kakak kunjungi, bagaimana?” tanya Alicya bersemangat. Entah kenapa walau baru pertama kali bertemu Kiara, Alicya sudah merasa sedekat itu dengan Kiara.

Kiara yang mendengar itupun tidak kalah senangnya, “Sungguh? Janji yah kak,”

“Iya-iya. Sekarang kamu istirahat yah,” titah lembut Alicya pada Kiara.

“Iya kak. Sampai ketemu besok yah kak. Kia tutup yang telfonnya.”

“Iya Kia, sampai besok.”

Setelah sedikit berbincang dengan Kiara, Alicya berlalu untuk siap-siap bertemu sahabatnya, Bella.

Sedang di tempat lain, Kiara terlihat sangat senang setelah menelpon Alicya, “Aku tidak sabar bertemu kak Alicya besok siang, harus pakai baju apa yah,” Kiara sedikit tertawa senang memikirkan rencananya bersama Alicya besok.

Adam sedikit mengerenyitkan dahinya melihat tingkah Kiara, “Kiara! jangan main handphone saat di meja makan.” Suaranya sedikit meninggi. Adam tetap Adam dengan suaranya yang selalu tinggi dan tegas.

Kiara sedikit terlonjak mendengar Adam, dia pun dengan cepat meletakkan kembali handphonenya di samping piringnya.

Kiara menunduk, “M-Maaf kak,”

Adam memperhatikan raut wajah Kiara, “Apa yang membuatmu begitu bahagia setelah membuat masalah hari ini?” sarkas Adam mengingatkan Kiara atas masalah yang ia sebabkan. “Jawab Kiara!” sahut Adam lagi.

Kiara sedikit ragu mengatakan rencana makan siangnya besok bersama Alicya kepada Adam, tapi semakin lama ia tidak menjawab, semakin dapat di pastikan Adam akan melarangnya untuk keluar rumah, apalagi mengingat kesalahan-kesalahannya hari ini, “Mmm kak, besok siang Kiara boleh keluar ngak?” tanya Kiara akhirnya.

Adam yang mendengar itu seketika mengakat kepala memandang Kiara dengan tajam, tanda ia butuh penjelasan lebih.

“Itu kak, besok siang Kiara ada janji makan siang dengan kak Alicya. Boleh yah kak?” Kiara akhirnya mengutarakan rencana makan siangnya bersama Alicya itu.

Mendengar nama Alicya, entah kenapa amarah Adam tiba-tiba lenyap begitu saja. “Kalian pergi hanya berdua?” tanya Adam pada Adiknya itu.

“Iya kak, Kiara yang ajak kak Alicya untuk makan siang bareng. Kak Alicya itu sudah cantik, punya hati yang baik dan juga hangat, Kiara baru kali ini bertemu wanita seperti Kak Alicya,” sejenak Kiara berhenti berbicara, tapi kalimat yang dilontarkan Kiara selanjutnya sukses membuat Adam terdiam, “Kak Alicya mirip bunda.” Lirih Kiara, namun masih dapat terdengar telinga Adam. Walau samar-samar, Kiara merasakan kasih sayang khas seorang ibu yang hangat pada diri Alicya yang ia temui hari ini.

Adam memandang ke arah adiknya Kiara. Keluarga satu-satunya yang ia miliki sekarang. Adik yang sangat ia sayangi melebihi apa pun. Adam keras terhadap Kiara karena tidak ingin Kiara menjadi lemah. Jika suatu saat terjadi sesuatu pada dirinya, Adam jadi tidak takut dan khawatir lagi meninggalkan Kiara sendirian, setidaknya itu yang ia harapkan.

“Baiklah. Pergilah besok makan siang bersama nona Alicya. Tapi ingat, jangan menyusahkan nona Alicya. Sudah cukup kamu membuat nona Alicya kesulitan hari ini, Kia.” Adam memutuskan memberi adiknya izin untuk makan siang bersama Alicya. Mungkin dengan memberi Kiara izin, adiknya bisa sedikit melepas kerinduan pada sosok ibu yang belum pernah ia dapatkan sejak kecil, walau hanya sebatas makan siang saja.

Kiara yang mendengar Adam memberinya izin merasa sangat senang. Jarang sekali kakaknya itu memberi izin semudah itu. Biasanya dia akan di cerca beberapa pertanyaan dulu lalu memutuskan apakah ia boleh pergi atau tidak. “Benar yah kak, kakak tidak boleh menarik perkataan kakak.” Ucap Kiara dengan antusias.

Adam mengerentitkan dahi mendengar perkataan Kiara, “Apa aku pernah menarik perkataanku?” Adam tidak mengingat seberapa sering ia menarik perkataannya pada kiara.

“Sekarang habiskan dulu makanan mu.” titah Adam.

“Iya kak!” Kiara terdengar semangat menjawab perintah Adam.

Adam sedikit tersenyum melihat adiknya yang terlihat bahagia, “Maafkan aku yang terlalu keras padamu Kiara.” Ucap Adam dalam hatinya, sembari memandang hangat Kiara yang ada di hadapannya.

“Setelah makan malam, kembalilah ke kamarmu Kia. Kakak mau keluar sebentar.” Ucap Adam tiba-tiba.

“Kakak mau kemana?” tanya Kiara langsung setelah mendengar pernyataan Adam.

“Bertemu Jeremy sebentar.” Balas Adam.

“Oh, bertemu kak Jeremy ternyata. Kakak tidak pulang malamkan?

“Hmm,” Adam hanya menjawab dengan deheman.

Setelah menyelesaikan makam malam dengan damai, Adam dan Kiara berjalan meninggalkan ruang makan.

“Naiklah kekamarmu.” Suruh Adam pada Kiara yang berdiri disampingnya.

“Iya kak, Kiara ke kamar yah. Kakak hati-hati, jangan pulang terlalu malam.” Pesan Kiara sebelum Adam pergi menemui Jeremy.

Adam mengulurkan tangan menyentuh puncuk kepala Kiara dan dengan lembut mengusapnya sayang, “Hmm, kamu langsung tidur. Jangan melakukan hal-hal tidak berguna lagi. Naiklah ke kamar mu.”

Kiara maju memeluk kakaknya, “Selamat malam kak.” Ucapnya sembari melepas pelukannya pada Adam.

“Iya.” Jawab Adam singkat.

Adam memperhatikan adiknya sepanjang gadis itu menapaki anak tangga menuju lantai atas, tempat kamar Kiara berada hingga adiknya itu hilang dalam pandangannya.

Adam menghampiri Aron yang berdiri tidak jauh darinya. “Aku akan menyetir sendiri, Aron. Besok sediakan credit card untuk Kiara.”

“Baik tuan, besok pagi akan saya berikan pada nona Kiara.” Jawab Aron mengiyakan permintaan Adam.

“Hmm. Kembalilah, tapi sebelum itu pastikan keamanan rumah terlebih dahulu.”

“Baik tuan.”

Adam berjalan menuju mobilnya diikuti Aron, “Aku pergi, ingat pesanku.” Ucap Adam singkat pada Aron. “Baik. Hati-hati di jalan tuan.”

Adam langsung melajukan mobilnya dengan cepat membelah jalan kota metropolitan.

Bagi Adam, mengemudi sendiri dan meluangkan waktu bertemu sahabatnya merupakan sedikit cara ia menikmati hidup. Mengingat ia di usia muda harus di paksa dewasa sebelum waktunya. Menggantikan mendiang ayahnya mengembang tugas memimpin perusahaan sebesar Jonhsam Corporate yang ayahnya bangun dari nol hingga bisa sebesar sekarang.

Yang membuat Adam bersyukur, ia masih dikelilingi orang-orang baik yang mendukungnya dan berada di belakangnya. Bahkan tanpa pamri melatihnya hingga bisa sekuat sekarang. Salah satunya adalah ayah dari sahabatnya, Jeremy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status