Home / Fantasi / Alstroemeria / Rumah Lembah Langit

Share

Rumah Lembah Langit

Author: Scaty
last update Last Updated: 2021-06-02 14:00:26

Banyak murid gadis menatapku dengan sinis. Tatapan mereka penuh iri, mungkin karena aku tinggal bersama para Pangeran Alam Langit yang diberkahi ketampanan luar biasa.

Padahal aku justru merasakan tekanan luar biasa dari Pangeran Pertama....

Setelah batas waktu pembentukan kelompok berakhir, para guru kembali untuk menentukan pembagian kamar. Namun, sebelum Guru Ru Fen sempat menjelaskan, Pangeran Pertama sudah mengangkat tangannya.

“Ada yang ingin disampaikan, Pangeran Pertama?” tanya Guru Ru Fen. Sebagai Dewa Pengetahuan yang mengajar sejarah Alam Langit dan dasar-dasar ilmu pewarisan Dewa.

“Kami ingin menempati rumah di tepi lembah, dekat kolam air suci. Apakah diperbolehkan?”

Kolam air suci... aku langsung teringat penjelasan Guru. Air itu berasal dari air terjun di perbatasan Alam Langit dan Alam Surgawi, dijaga oleh naga hijau—wujud asli Dewa dari istri Dewa Langit Pertama, Pu Chai. Namanya tidak pernah disebut dalam kitab sejarah, tapi kolam itu terkenal karena airnya diyakini dapat mengabulkan permintaan siapapun yang berhasil meminumnya.

Guru Ru Fen tersenyum.

“Tentu saja, Pangeran. Tempat itu memang tidak ditempati para murid, karena letaknya terlalu dekat dengan kolam suci. Jika kalian di sana, kami para guru semakin lebih tenang.”

“Baik, kami pamit dulu,” ucap Pangeran Pertama sopan.

Namun, langkah kami terhenti ketika Guru Ru Fen kembali memanggil, “Tunggu, Pangeran! Tolong jelaskan aturan lembah langit dan jadwal pelajaran kepada murid baru itu, ya. Tahun ini masih sama seperti sebelumnya.”

“Baik, Guru,” jawab Pangeran Pertama sebelum kembali berjalan.

Kami menuruni jalan setapak panjang menuju lembah bagian timur. Udara di sana lebih lembap, dan kabut tipis mulai menutupi pandangan. Para Pangeran berjalan santai tanpa terlihat lelah sedikit pun, sementara aku hampir kehabisan napas.

“Apakah masih jauh?” tanyaku, terengah-engah.

“Ah, baru sejauh ini saja kau sudah kelelahan,” ucap Pangeran Ketiga sambil tertawa kecil. “Song Lan, kau tahu arah ke rumah di tepi lembah?”

Song Lan menggeleng. “Tidak, aku baru pertama kali ke sini.”

“Baiklah, kau ikut denganku,” ujar Pangeran Ketiga. Ia menepuk pundak Song Lan dan menariknya ke sisi kanan.

Aku berjalan di samping Pangeran Pertama, sementara Pangeran Kedua memilih berjalan sendiri di belakang kami. Dalam sekejap, kami berpindah tempat—teleportasi yang dilakukan oleh para Pangeran membawa kami langsung ke rumah di tepi kolam air suci, tempat yang kelak akan menjadi saksi perjuanganku menjadi Dewi.

Sesampainya di depan gerbang kayu, kami berhenti menunggu Pangeran Pertama membuka gerbang rumah lembah langit.

Saat itu mataku tertuju pada pemandangan di sekeliling tiap rumah, ternyata berdiri di atas batu besar yang mengapung di langit.

Lembah Langit benar-benar indah, mungkin tempat terindah kedua setelah Alam Langit. Begitu melewati gerbang, tampak sebuah rumah kayu sederhana dengan halaman cukup luas, dihiasi beberapa pohon persik yang sedang berbunga.

Sebuah jalan setapak dari batu mengarah langsung ke rumah, dan di depan terasnya terdapat lima kursi santai yang mengelilingi satu meja bundar dari kayu tua.

“Baiklah, kita masuk dulu untuk membagi kamar,” ucap Pangeran Pertama.

Begitu memasuki rumah, kami melepas sepatu dan menaruhnya di rak di dekat pintu. Udara di dalam terasa hangat dan nyaman; semuanya tampak bersih dan rapi.

“Siapa yang ingin menempati kamar depan, dekat pintu masuk?” tanya Pangeran Pertama.

“Zhang Li?” sapa Pangeran Kedua.

Aku buru-buru menggeleng. “Tidak mau. Aku takut.”

“Baiklah, kalau begitu aku yang menempati kamar depan,” jawab Pangeran Pertama dengan nada santai.

Dari pintu masuk, terlihat tiga kamar di sisi kiri dan dua kamar di sisi kanan. Di tengah ruangan terbentang karpet bulu putih lembut dengan beberapa rak buku di sepanjang dinding. Karpet itu terlihat sangat mirip dengan yang ada di rumah Guru… mungkinkah hadiah untukku?

Aku melangkah ke tengah ruangan dan melihat pemandangan dari jendela besar di sisi kiri. Dari sana tampak jelas air terjun yang mengalir langsung ke kolam air suci. Di sisi kanan terdapat dua kamar mandi dan satu pintu menuju halaman belakang. Baiklah, mulai sekarang ruangan ini akan kusebut sebagai ruang baca.

“Zhang Li, pilih kamarmu,” ujar Pangeran Ketiga.

“Aku ingin yang di tengah, dari tiga kamar ini,” jawabku.

“Baiklah,” katanya sambil tersenyum.

Akhirnya, pembagian kamar pun selesai. Song Lan menempati kamar ketiga di sebelahku, sedangkan Pangeran Kedua dan Pangeran Ketiga berada di sisi kanan rumah. Pangeran Pertama, seperti yang ia inginkan, menempati kamar paling depan.

Pangeran Pertama mengarahkan kami semua duduk di ruang baca sebelum mulai menjelaskan berbagai peraturan yang berlaku di Sekolah Lembah Langit. “Karena kalian murid baru, perhatikan baik-baik apa yang akan aku sampaikan.”

“Apakah aku harus melepas cadarku?” tanyaku serius.

Cadar adalah tanda bahwa aku masih wanita suci dari Alam Bunga, namun aturan sekolah melarang siapa pun menutupi wajah seperti sosok misterius.

“Sepertinya memang harus,” jawab Pangeran Pertama. “Tapi kenapa kau selalu memakai cadar? Jangan bilang kau wanita suci. Kami juga tahu bahwa wanita suci diwajibkan mengenakannya.”

Aku menunduk pelan sebelum menjawab, “Hanya wanita suci yang sudah menjadi Dewi atau bersuami yang boleh melepaskan cadarnya. Aku pernah mendengar cerita dari Tetua Zhang Pao, bahwa setelah memiliki suami atau naik ke tahap Dewi, barulah seseorang diperbolehkan menanggalkan cadarnya.”

“Setelah lulus dari sini, kau akan menjadi Dewi. Jadi, cobalah mulai dari sekarang untuk melepasnya. Hanya satu bulan masa pelatihan, bukan hal yang sulit, bukan?” ujar Pangeran Pertama dengan nada menenangkan.

Perkataannya masuk akal. Aku pasti akan lulus, lalu menjadi seorang Dewi. “Baiklah.”

Aku memejamkan mata sejenak, lalu perlahan membuka cadar biru muda yang kukenakan hari ini. Suasana tiba-tiba hening. Tak ada satu pun dari mereka yang berbicara.

Aku mengintip sedikit dan mendapati mereka menatapku tanpa suara. “Kenapa kalian diam?” tanyaku sambil mengerutkan alis, menatap mereka satu per satu.

“Wajahmu... tidak terlalu buruk,” ucap Song Lan santai.

“Aku belum bersuami, dan belum menjadi Dewi. Seharusnya aku tidak boleh melepaskan cadar,” balasku cepat.

“Hanya satu bulan saja. Taatilah aku, Nona Zhang Li,” ujar Pangeran Pertama tegas, seolah memaksaku mengikuti perintahnya.

“Baiklah, tapi jangan pernah memberi tahu Dewi Bunga Agung. Ia pasti akan memarahiku… bahkan menghukumku.”

“Baik, rahasia ini aman,” jawab Pangeran Pertama.

Hawa disekitar seketika dingin, mereka semua terdiam. Namun, yang Zhang Li tidak ketahui, mereka semua menggunakan telepati untuk berbicara secara rahasia.

Kakak Pertama… saat Zhang Li membuka cadarnya, ia tampak seperti wanita yang sudah mencapai tahap Dewi Langit. Apakah aku tidak salah melihat? — Pangeran Ketiga

Aku juga melihatnya, Adik Ketiga. Sepertinya Zhang Li memiliki rahasia yang ia sembunyikan. — Pangeran Pertama

Dia bukan peri biasa. Lihat saja tanda bunga lily hitam di belakang telinganya. — Song Lan

Kau ini mesum, Song Lan. Bahkan hal sekecil itu saja kau perhatikan. — Pangeran Kedua

Zhang Li cukup heran dengan keempat Pangeran. Ia sengaja bertanya dengan nada membentak, "Hei! kenapa kalian semua diam sekarang?" Pertanyaannya membuyarkan lamunan mereka.

“Aku mengantuk, Zhang Li,” ucap Pangeran Ketiga sambil menguap, lalu berjalan menuju kamarnya.

Song Lan langsung menyahuti “Aku ingin mandi dulu,”

“Kalau begitu, aku istirahat dulu,” ujar Pangeran Kedua.

“Aku juga ingin beristirahat. Setelah makan siang nanti, kelas akan dimulai,” tambah Pangeran Pertama.

“Baiklah,” jawabku pelan.

Setelah mereka semua masuk kamar masing-masing, aku menuju kamar mandi. Sayangnya, bak mandi di rumah ini tidak bisa digunakan untuk berendam, dan airnya tidak harum. Sepertinya aku harus membuat bunga lily putih untuk dicampurkan ke dalam air mandi agar terasa lebih segar dan wangi.

Aku mengambil sebuah wadah untuk menampung bunga Lily putih, lalu duduk di atas karpet bulu putih. Setelah berusaha, hasilnya masih sedikit. Aku mencoba lagi hingga bunga Lily putih cukup banyak agar bak mandiku dapat terisi penuh dengan harumannya.

“Sedang apa kau, gadis cerewet?” tanya Song Lan, berdiri tepat di depanku sambil membawa handuk, menatapku dengan bingung.

“Diamlah, aku harus fokus,” balasku.

Setelah bunga Lily putih cukup banyak, aku langsung mencampurkannya ke salah satu bak mandi yang akan ku pakai. “Hei, Song Lan, jangan mandi di kamar mandi ini,” ucapku sambil menunjuk kamar mandi di sebelah kanan.

Aku pergi mengambil handuk di kamarku, karena menurut Pangeran Pertama semuanya sudah disediakan kecuali seragam sekolah, yang akan diberikan saat pelajaran dimulai. Namun, pintu kamar mandi di sebelah kanan tertutup. Aku mengetuk pintu.

“Tunggu, aku masih mandi,” sahut Song Lan sedikit terburu-buru.

“SONG LAN...” Aku berteriak keras karena kesal.

Bunga Lily putih ini hasil jerih payahku sendiri, tetapi ia malah memakainya begitu saja tanpa izin. Menyebalkan!

Pangeran ketiga terkejut dan keluar dari kamarnya "Ada apa Zhang Li?" tanyanya sambil berjalan kearahku.

“Air bunga Lily putih yang ku buat dipakai oleh lelaki wajah es! Huaaa,” teriakku sambil menangis.

Selama ini, selalu Guru atau peri yang menyiapkan bunga Lily putih untuk mandi. Baru kali ini aku membuat sendiri, tapi malah Song Lan yang merasakannya.

Tak lama kemudian, Pangeran Kedua keluar dari kamarnya. Pangeran Ketiga dan Kedua mencoba menenangkanku. Saat Song Lan keluar dari kamar mandi, aku langsung masuk. Air bunga Lily putihku tersisa setengah.

“Kau sangat cerewet, Zhang Li. Aku hanya mencobanya sedikit karena belum pernah merasakan mandi dengan air bunga Lily putih dari Alam Bunga,” ucapnya.

“Lelaki menyebalkan! Aku tidak mau bicara denganmu lagi!” balasku kesal

Setelah itu, aku langsung mandi. Untung saja masih tersisa setengah, karena jika tidak, bau badanku akan sangat menyengat, seperti aroma bunga Lily hitam, Alstroemeria...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alstroemeria   Kunjungan Raja Naga

    Alam langit yang sedang berbahagia dengan kemunculan dua bayi kembar dari keturunan Zhang Li dan Putra Mahkota, tentu saja menjadi momen terbaik dalam sejarah alam langit. Karena, alam langit tidak pernah kehadiran bayi kembar.Baik Dewa biasa ataupun Keluarga Kaisar, tapi semua kebahagiaan ini juga mendatangkan banyak pertanyaan karena bakat Dewa yang berada dalam diri Zhu Suyi dan Zhu Suye. Akhirnya, seluruh raja naga beserta para Dewa Dewi terus membantu Kaisar mencari tahu alasan dibalik Bakat Dewa muncul bersama kedua bayi ini.Sisi lain, Dewi Burung ternyata tidak mati. Bahkan, ia berhasil bertahan hidup dalam pagoda suci dan melahirkan anaknya "Anakmu tidak dapat keluar dari tempat ini, karena roh jahat menempel pada dirinya. Jadi, ia harus melewati penyucian berulang kali baru bisa keluar dari Pagoda." Bagaimanapun, bayi ini keluar dari perut pendosa yang kerasukan inti roh raja iblis. Walaupun sudah lenyap, tapi tetap saja harus melewati penyucian."Apakah anakku harus mena

  • Alstroemeria   Kutukan Setengah Siluman

    Kepergian Kaisar dan Dewi Zhang Li, membuat dirinya bisa bernapas dengan legah. Karena alam langit benar-benar melepaskan rakyat kota Zhen dari perjanjian 1.000 tahun lalu, juga anak tercintanya Liu Zha, sudah terlepas dari kutukkan setengah siluman dan manusia. Liu Ge, segera mengutus prajuritnya untuk menampung air dalam 10 gentong besar agar tidak kekurangan saat proses pelepasan kutukan setengah siluman ini. Setelah semuanya siap, seluruh rakyat kota Zhen berkumpul ditengah lapangan istana kota untuk menyembuhkan kutukan mereka. Sekaligus, merayakan lepasnya kaum siluman dari perjanjian 1.000 tahun yang sudah menyulitkan mereka.Belum saja, Liu Ge berbicara sepatah kata apapun. Seluruh rakyat kota Zhen malah ingin membalaskan dendam kepada Alam Langit, karena sudah membuat generasi baru menderita dan terkurung dalam kota. Liu Ge langsung menghentikan niat buruk mereka dan menjelaskan maksud dirinya mengutus para prajurit mengumpulkan mereka ditengah lapangan istana kota zhen, te

  • Alstroemeria   Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur

    Hutan Meraire sudah tidak bisa menahan raja iblis lagi, karena kekuatan Dewa Pu Chai melemah.Akhirnya, Zhu Yi hanya berhasil memecahkan inti roh raja iblis menjadi tujuh bagian dengan kekuatan yang telah tercampur darahnya. Meskipun Zhu Yi gagal mengurung keenam inti roh lainnya, tapi setidaknya Zhu Yi berhasil mengurung inti roh ketujuh yang memiliki aura pembunuhan sangat kuat dan merupakan kekuatan inti raja iblis.Zhu Yi Melilit paksa Inti roh Raja Iblis ke-7 untuk memasuki Alam Ilusi Rasi Bintang Gugur. Ruang Hampa yang terletak pada dimensi bintang mati dengan massa tak terbatas ini. Sebenarnya, tidak dapat dijangkau oleh mahluk manapun. Bahkan, banyak Dewa ataupun siluman menganggap tempat ini hanya sebuah legenda kuno.Berusaha menyelamatkan dunia. Dirinya, dihampiri oleh utusan surgawi yang langsung membuka portal sebagai jalan pintas menuju alam ilusi rasi bintang gugur. Bahkan, ia dibekali rantai air mata bidadari yang tak pernah ada dalam sejarah manapun "Gunakan ini." S

  • Alstroemeria   Musnah untuk kali ke-5

    Xai yang sudah aku utus seharian penuh untuk mengamati aktivitas Liu Zha lebih dekat. Akhirnya, membuat aku cukup mudah mendekati Liu Zha hingga mempercayaiku dan bermain bersamaku.Sedangkan, Pangeran ketiga dari kemarin mencoba berdiskusi tentang pembatas transparan yang dibuat oleh Zhu Yi. Bahkan, ia sengaja mengulur waktu dengan mengeluarkan seluruh pedangnya untuk mencobai pemabatas ini."Gadis manis, aku punya hadiah untukmu." Liu Zha langsung mendekat dan matanya berbinar ketika melihat gelang Lily Hitam. Ia langsung memintaku untuk memasangnya, tapi saat terpasang. Inti Roh Iblis Kelaparan bereaksi dan memberontak, tapi untung saja ada Xai yang membuat tabir pelindung hingga suara teriakkan Liu Zha tidak menarik perhatian siapapun."Keluarlah dari tubuh gadis ini, jangan terus membuat masalah raja iblis. Apakah kau tidak lelah? Selalu menindas yang lemah? Apakah kau tidak memiliki kemampuan untuk menindas yang kuat?" Ucap Zhang Li yang sengaja memancing."Hanya seorang gadis

  • Alstroemeria   Pemimpin Kota Zhen

    Setelah keluar dari hutan, kami memutuskan untuk kembali ke kota Zhen. Pemandangan kota ini, jauh lebih indah daripada siang hari. Baru saja keluar dari perbatasan hutan, kami semua disambut pemimpin kota Zhen. Pemimpin kota Zhen yang sudah mengetahui kami akan turun gunung dari Xai, langsung menyambut kami dengan hangat.Mereka juga sudah mengatur sebuah paviliun megah nan mewah untuk kami semua singgah selama beberapa hari dalam kota Zhen yang sangat indah ini.“Perkenalkan, namaku Liu Ge dan istriku Cheng Mi yang berasal dari dunia manusia." Setelah memperkenalkan diri satu samalain, kami diberikan waktu untuk beristirahat.Malam telah tiba, kami semua diundang secara langsung oleh pemimpin kota Zhen untuk menikmati pesta sambutan yang dibuat secara khusus untuk kami semua "Nikmatilah acara ini," Ucap Liu Ge lalu menyuruh pengawal pribadinya untuk menutup pintu aula istana kota zhen.Acara dimulai dengan tarian pembuka-an dari klan siluman ular piton hijau yang sangat gemulai da

  • Alstroemeria   Kota Zhen

    Tubuhnya yang terasa lemah hanya bisa membuat dirinya memandangi para dewa dan dewi yang nampak legah, karena Zhang Li sudah membuka kedua matanya "Apakah masih terasa sakit?" Tanya Dewi Tabib dan aku hanya bisa menggelengkan kepala, agar mereka tidak khawatir. Kaisar yang baru saja tiba bersama beberapa dayang, langsung sibuk mempersiapkan ramuan herbal terbaik untuk meningkatkan energi dan pertumbuhan bayiku. Sedangkan, para Dewa Dewi hanya bisa menatap haru perlakuan Kaisar terhadap Zhang Li yang sangat khawatir. “Kaisar, Nona Zhang Li sekarang sudah memasuki massa kehamilan 40 minggu. Jadi, normal saja kalau sering terjadi kontraksi palsu. Mengejutkannya lagi, anak Zhang Li merupakan bayi kembar." Zhang Li merasa bahagia, sekaligus sedih. Karena, anak kembar ini tidak disambut oleh Ayah mereka. Seandainya, disini ada Pangeran Pertama. Pasti kabar ini akan menyempurnakan kehidupan kami dengan membuat keluarga kecil. Apakah langit akan adil terhadap kedua bayi kecilku ini? Ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status