แชร์

Bab 63

ผู้เขียน: Sunshine
Saat Alvaro sedang memikirkan langkah berikutnya, Joselin tiba-tiba keluar dari dapur. Wajan yang dibawanya terlihat seperti senjata. Amarah juga membara di matanya.

"Aku sudah muak dengan semua omong kosong ini!" teriak Joselin.

Salah satu preman menyerangnya, tetapi seiring dengan satu ayunan kuat, wajan itu menghantam wajahnya.

Suara tulang yang patah terdengar jelas saat hidung si preman remuk dan membuatnya terjerembap ke lantai.

Alvaro memperhatikan, sejenak kemudian muncul kekaguman di matanya. Joselin memang tetap sekuat dulu.

Dia bukan wanita lemah lembut, melainkan seperti badai yang mengamuk. Sementara ketika dia menghantam, dunia pasti akan merasakan murkanya.

"Tangkap dia!" seru si pria gendut pada dua preman yang tersisa.

Mata Joselin memicing. "Aku masak sendiri, bersih-bersih sendiri, cuci pakaian sendiri, bangun pagi-pagi, dan pulang malam setiap hari. Semuanya kulakukan sendiri!"

Joselin kembali mengayunkan wajan, kali ini menghantam pipi preman kedua dengan bunyi ker
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 89

    "Siapa kau?" seru Raffi dengan nada melengking."Kalau istriku bilang dia akan mati, dia akan mati!"Alvaro melangkah masuk ke kantor dengan tenang dan percaya diri.Matanya menyapu seluruh ruangan sebelum berhenti pada Siti.Bahkan dari seberang ruangan, dia bisa melihat kondisi Siti sama sekali tidak normal.Siti terlihat seperti sudah dibius, lemas, dan rapuh."Singkirkan tangan kotormu dari istriku," perintah Alvaro dengan pelan.Suaranya terdengar tenang dan rendah, tetapi mengandung otoritas yang tegas dan membuat semua orang terdiam.Cindy hampir tertawa terbahak-bahak. Rasa tidak percaya memenuhi matanya.Dia merasa bangga karena dirinya tidak pernah takut. Anehnya, ketika berhadapan dengan tatapan Alvaro, dia malah merasa ketakutan.Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, lututnya terasa lemas dan tangannya gemetar.Cindy melepaskan rambut Siti dan membiarkan gadis itu kembali terkulai di sofa."Bagus," gumam Alvaro sambil berjalan mendekati Siti.Cindy mengamatinya dengan

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 88

    Kemeja katun tipis Toni, sopirnya Cindy itu sudah dibasahi keringat.Dia mencengkeram kemudi dengan sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih.Dia bisa merasakan tatapan dingin Cindy yang menusuk ke tengkuknya dari kursi belakang.Sejak diperingati Bima, Toni telah mempersiapkan diri untuk sesuatu yang mengerikan. Namun, ini melampaui ketakutan terburuknya.Dia menginjak pedal gas hingga kandas dan melaju melewati jalanan Kota Vilego yang padat dengan gegabah.Tidak peduli apa pun yang terjadi, perjalanan ke Perusahaan Dana Tanaka yang biasanya memakan waktu 30 menit harus dipersingkat menjadi sepuluh menit.Suara Cindy masih bergema di telinganya.“Bawa aku ke sana dalam sepuluh menit. Kalau nggak, aku akan menguburmu hidup-hidup.”Nadanya tidak menunjukkan sedikit pun keraguan.Di depan, pasukan Sindikat Barus yang mengendarai sepeda motor melaju kencang di tengah lalu lintas. Mereka memaksa mobil-mobil menyingkir dengan senapan dan ancaman nyata.Mereka membuat kekacauan dan meng

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 87

    Di salah satu salon ternama di Kota Vilego, Cindy sedang berbaring dan menikmati pijatan wajah yang menenangkan.Udara dipenuhi dengan aroma lavender dan air mawar yang menenangkan indranya. Hingga jam tangannya berdengung tidak berhenti dan menyadarkannya dari ketenangan yang nyaris sempurna ini.Dia membuka matanya. Rasa jengkel terpancar jelas di balik kelopak matanya.“Halo?” jawab Cindy dengan kesal.“Bu Cindy, aku Jessi, sekretaris Pak Raffi.” Terdengar suara tegas di ujung sana.Cindy mengembuskan napas. Rasa tidak sabar terpancar dari setiap katanya. “Ada apa?”“Pak Raffi undang Siti ke kantornya dan menyuruhku pergi dari mejaku,” jawab Jessi.Ekspresi Cindy menjadi dingin saat mendengar nama tersebut.“Siti Sarjono?” ulangnya, seolah-olah sedang menguji rasa mengucapkan namanya.Ahli kecantikan yang masih mengoleskan krim lembut ke wajah Cindy mencoba untuk mengurangi ketegangan situasinya.“Dia itu wanita cantik yang paling terkenal di Kota Vilego,” ujarnya dengan pelan.“Dul

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 86

    Keesokan paginya, Siti memberi tahu Alvaro bahwa dirinya perlu bertemu dengan keluarganya untuk mengatasi krisis Grup Sarjono yang makin meningkat."Kau mau ikut denganku?" tanya Siti."Oke," jawab Alvaro.Mereka pun tiba di vila Keluarga Sarjono. Seluruh keluarga besar sudah berkumpul.Leni menatap Siti dengan tajam."Siti, sebagai direktur Grup Sarjono, kaulah satu-satunya harapan kami. Perusahaan lagi di ambang kehancuran. Kita nggak akan bisa bayar gaji karyawan beberapa hari lagi, sedangkan Raffi Tanaka ancam mau sita aset kita atas pinjaman yang diambil Candra dengan mengatasnamakan perusahaan kita."Bisikan setuju orang lainnya mulai memenuhi ruangan.Siti menarik napas dalam-dalam dan menjawab, "Nenek, aku berencana ketemu sama Pak Raffi hari ini untuk rundingkan kembali masalah pinjaman. Selain itu, kita sudah dapatkan kerja sama dengan Grup Kusuma. Aku harap dia bisa kasih kita waktu tambahan."Ekspresi neneknya sedikit melembut.Leni melangkah maju dan meletakkan tangannya y

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 85

    Siti dan Alvaro berbaring berdampingan di tempat tidur. Pembatas bantal itu membagi ruang di antara mereka dengan rapi. Keheningan yang tidak mengenakkan pun menyelimuti seluruh ruangan.“Siti,” panggil Alvaro dengan lembut untuk memecah kesunyian.“Kita pernah berbagi cinta yang penuh gairah, dan aku juga pernah melihat seluruh dirimu. Memangnya menurutmu pembatas ini ada gunanya?”Siti tidak menjawab.“Bukankah ini agak kekanak-kanakan? Kita berdua sudah dewasa.”Masih tetap tidak ada jawaban dari Siti.“Kau sudah tidur?” bisik Alvaro dengan nadanya yang mengandung sedikit godaan.Siti menahan keinginan untuk menjawab dan hampir melontarkan ‘iya, jadi tolong diamlah’. Namun, dia tetap diam dan berpura-pura tidur.“Oke deh,” gumam Alvaro setelah beberapa saat.“Ngomong-ngomong, soal medali yang kau kembalikan padaku ... itu satu-satunya kenangan yang menghubungkanku dengan orang tuaku. Terima kasih untuk itu.”Hati Siti melunak setelah mendengar ketulusan Alvaro.Berhubung dibesarkan

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 84

    Alvaro tahu dia tidak mengingat apa-apa dari kenangan masa kecilnya.Dia bergumam sambil tersenyum masam, “Apa itu janji yang kulupakan dari masa laluku?”Dia benar-benar tidak mengerti apa maksud Celyn tadi.Matanya beralih ke kartu nama Celyn yang tergeletak di atas meja. Kartu yang ditinggalkan Celyn untuknya.Celyn menawarkan diri untuk membantu Alvaro semata-mata karena perintah Febrian.Tiba-tiba, ponsel Alvaro bergetar. Dia mendekatkan ponsel itu ke telinganya dan menjawab, “Halo, Siti?”“Kau ada di mana?” Suara Siti terdengar tajam dan mengandung sedikit ketidaksabaran.“Di suatu tempat dekat Rumah Siperak,” jawab Alvaro dengan santai.Siti menghela napas dengan lelah. “Aku nggak tinggal di sana lagi. Kami harus sewa apartemen karena sudah diusir.”Alvaro mengangkat sebelah alisnya. “Tapi, kau itu direktur Grup Sarjono. Bukankah ini saatnya kau pindah kembali ke Rumah Keluarga Sarjono?”Siti tertawa getir. “Itu akan jadi mimpi buruk. Semua orang di sana nggak berhenti mendesakk

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status