Share

Kehilangan yang mendalam

Hari pernikahan Fandi dan Tasya pun telah tiba, cinta yang dulunya menyebar di seluruh aliran darah Ammara kini hanya tinggal kenangan, dia sudah tak berharap banyak kepada suaminya, lima tahun pengabdiannya menjadi istri yang setia dan selalu mendampinginya, kini telah hancur karena orang ketiga, kandungannya semakin membesar hanya itu yang membuat Ammara semangat menjalani hari-hari di rumah itu.

Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, orang tua Fandi sedang bersiap-siap untuk pergi ke pernikahan kedua anaknya, walau mereka tahu itu tidak benar, mereka harus merestui nya, karena mereka juga tahu kalau Tasya sedang hamil anak Fandi, dan karena mereka juga amat menyayangi Fandi sebagai anak laki-laki satu-satunya.

Ammara yang sudah memakai dress untuk pergi pernikahan suaminya sedang duduk termenung di dekat jendela apartemennya, menghirup udara yang berpolusi di langit Jakarta. Irama jantungnya berdegup kencang tak beraturan, dunia serasa gelap di mata Ammara, walaupun cahaya mentari sedang bersinar mengeluarkan vitamin D dari cahayanya, bagi Ammara cahaya itu tidak berarti apa-apa.

“Nak, kamu udah siap?” ucap ibu mertua Ammara yang sudah siap dengan dress khas calon orang tua pengantin yang dibuatkan sepasang pakaian oleh Fandi dan Tasya.

“Iya, aku udah siap bu, ya sudah yok, kita berangkat lagi” jawab Ammara dengan tegar tanpa mengeluarkan kata-kata kesedihan sedikit pun. Walaupun dalam hatinya menjerit dan meronta, meminta pertolongan pada Tuhan, supaya pernikahan kedua suaminya gagal.

Ammara yang tengah hamil, terlihat kelelahan berjalan dari apartemen menuju mobil yang sudah menjemput mereka, di tempat parkiran apartemennya.

Safa yang berada di belakang Ammara berusaha menuntun langkah gontai kakak iparnya.

Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di gedung tempat akad dan resepsi di adakan. Ammara yang terlihat kelelahan segera mencari kursi kosong untuk tempat duduknya, di sana dia melihat, meja akad dan pelaminan pernikahan kedua suaminya yang begitu mewah, sedangkan di meja akad sudah ada bapak penghulu dan dua orang laki-laki, tapi dia belum melihat Fandi duduk di meja akad untuk ijab kabul.

Seperti ibu-ibu kebanyakan, Ammara yang sedang hamil dua bulan pun juga merasakan mual dan muntah.

Musik iring-iringan pengantin sudah dibunyikan, pertanda kedua mempelai akan segera memasuki ruangan, Ammara dengan mata sayu tak bergairah, tidak mempedulikan iringan pengantin yang lewat di karpet merah yang sudah disediakan, para tamu undangan bersorak riuh, bertepuk tangan menyambut kedua pengantin yang terlihat memakai baju yang senada, terlihat mewah, namun di mata Ammara itu semua hanya kepalsuan yang sampai kapan pun tidak akan pernah dia terima.

Fandi dan Tasya yang diiringi para bridesmaid segera duduk di bangku akad yang sudah disiapkan, para saksi, wali dan penghulu sudah duduk disana terlebih dahulu, ayah Fandi tidak mau menjadi saksi pernikahan kedua anaknya, karena sangat menyayangi Ammara. Ayah dan ibunya Fandi lebih memilih duduk di samping Ammara dan menggenggam erat tangannya, berusaha menguatkan sang menantu.

Acara ijab kabul pun dimulai. Ammara yang sedari tadi berusaha tegar, sudah tidak mampu lagi membendung air matanya, air matanya mengalir begitu saja dari sudut netranya. Tanpa mengeluarkan suara, tangannya menggenggam erat tangan sang ibu mertua. Hidupnya terasa bagai di neraka, dadanya sesak seakan tidak bisa menghirup oksigen.

“Gimana para saksi sah, sah?” ujar pak penghulu kepada para saksi yang sepertinya orang-orang penting di negri ini

“Sah” ucap mereka bersama-sama.

Ammara yang sudah tidak kuasa segera berlari pergi ke luar ruang gedung pernikahan, dengan air mata yang ber linangan, tubuhnya memang kuat, tapi raganya hancur mendengar ucapan ijab kabul kedua suaminya di depan matanya sendiri.

Di perjalanan menuju keluar gedung, dia menabrak seseorang laki-laki bertubuh tegap atletis, Ammara yang sedang terluka tidak menghirau kan orang yang ditabrak nya, bahkan HP nya yang jatuh saja tidak dia pedulikan. Lelaki itu pun mengejar Ammara yang meninggalkan hpnya yang terjatuh.

“mbak, HP nya jatuh” ucap lelaki itu kepada Ammara

Ammara yang mendengar suara memanggilnya dari belakang, kemudian berbalik.

“Maaf ini HP nya jatuh tadi” ucapnya sekali lagi.

“Makasih mas” ujar Ammara sambil mengambil hpnya, lalu kemudian berbalik badan dan ingin keluar dari gedung yang membuat dadanya sesak.

“Ammara ya?” ujar lelaki itu bertanya seperti sudah mengenal Ammara sudah lama

“Iya, ada apa ya? Apa saya kenal sama anda?” ujar Ammara keheranan.

“saya Andra, dulu kita satu tim waktu pergi ke asian games thailand, saya juga atlit silat”

“maaf saya lupa, mungkin karena sudah terlalu lama”

“iya, nggak apa-apa kok, kamu di undang juga di acara Tasya selebram itu ya?”

Ammara hanya mengangguk dan berkata “iya, maaf saya harus pergi dulu” seraya berjalan ke luar gedung resepsi pernikahan

***

Enam bulan setelah acara yang menyesakkan dada itu, perut Ammara yang sudah mulai membesar memasuki usia kehamilan delapan bulan, Ammara yang sekarang berjualan pakaian anak-anak dan memasarkan nya lewat online hari ini berniat ingin ke pabrik yang menyediakan baju anak-anak tersebut.

Setelah sampai di pabrik dan memesan pesanannya dia berniat ingin menyebrang menuju halte bus, Ammara melihat ke kiri dan kekanan jalan, karena situasi tampak sepi, Ammara pun langsung berjalan untuk menyeberang, tapi tiba-tiba dari arah kanan sebuah mobil melaju tidak kencang tidak juga lambat seperti ugal-ugalan, dan

Braaak,

Mobil itu menabrak Ammara, tubuhnya yang sedang hamil terpental ke jalanan, Ammara merintih kesakitan memegang perutnya yang membesar, dia masih tersadar dan melihat sekejap mobil yang menabraknya, dan melihat plat mobil yang menabraknya, pengemudi mobil mewah itu tidak turun untuk membantu Ammara, dan memilih kabur.

Ammara yang sudah kesakitan mencoba berteriak minta tolong, tapi dia sudah tak berdaya, suara yang biasanya lantang, kini hanya dia saja yang bisa mendengarnya, dalam keadaan hampir tak sadarkan diri, Ammara merasa ada seorang malaikat yang menggendongnya, dan membawanya. Ammara merasa itu adalah suaminya. Ternyata orang yang menolongnya itu adalah Andra orang yang mengembalikan hpnya sewaktu terjatuh di acara nikahan Fandi.

“Mas Fandi, kamu di sini mas, jangan tinggalin aku sama anak kita lagi ya mas?” ujar Ammara yang sudah hampir pingsan.

Tak berapa lama orang yang tadi menolong Ammara segera mengeluarkan Ammara yang sudah hampir tak sadarkan diri, memegang tangan Andra yang tadi menolongnya,

“mas jangan tinggalin aku sama anak kita lagi ya?” ujar Ammara yang sudah tak berdaya, seraya memegang tangan Andra dengan erat.

Ammara yang sudah masuk ke ruang UGD rumah sakit segera di tangani oleh dokter. Tak berapa lama setelah masuk ruang UGD seorang perawat memanggil Andra yang tadi menyelamatkan Ammara.

“keluarga nyonya Ammara” panggil sang perawat

Andra yang dari tadi menunggu di luar langsung menemui perawat yang menyebutkan nama Ammara

“ya saya buk” ujar Andra sembari berjalan menuju perawat yang memanggilnya.

“bapak suaminya nyonya Ammara?” tanyanya kepada Andra

“Bukan buk, saya temannya, suaminya ada, tapi saya nggak tahu dia lagi di mana”

“Baik kalau begitu silahkan bapak hubungi dulu suami nyonya Ammara, karena ini menyangkut keselamatan ibu dan bayinya, ini tas nyonya Ammara, silahkan di ambil” ujar sang perawat

“baik buk, saya akan mencoba menghubungi suaminya terlebih dahulu” Andra yang sudah tidak tahu berbuat apalagi mencoba memeriksa tas Ammara mencari hpnya, dan kebetulan sekali HP itu tidak di kunci, jadi Andra bisa dengan leluasa mencari nomor suami Ammara di kontak telpon, dan di panggilan keluar tertera nama my Hubby. Andra yang sudah panik segera menelpon nomor tersebut, namun tidak ada jawaban, Andra terus mencoba sampai berulang-ulang kali tapi tetap tidak diangkat.

Perawat yang tadi pun kembali bertanya.

“bagaimana pak, apakah sudah ada jawaban, nyonya Ammara harus segera dioperasi pak, keadaan nya sudah mengkhawatirkan pak”

“Suaminya tidak menjawab telepon saya buk, gimana kalau saya aja yang bertanggung jawab buk, apa bisa?”

“Baiklah pak, silahkan tanda tangan di sini bahwa keluarga nyonya Ammara sudah menyetujui untuk di lakukan operasi, dan juga silahkan berikan foto copi KTP bapak untuk persyaratan administrasi nya, untuk selanjutnya bapak silahkan pergi ke konter pendaftaran untuk urusan administrasi”

Andra yang panik pun segera menuju konter pendaftaran untuk urusan administrasi. Setelah menyelesaikan urusan administrasi, Andra pun dengan sabar menunggu operasi Ammara.

Setelah sekitar 90 menit menunggu, Andra yang masih tetap berusaha menghubungi suami Ammara, dikejutkan dengan suara panggilan dari seorang yang keluar dari ruang operasi.

“Keluarga nyonya Ammara?”

“ya saya pak”ujar Andra dengan muka khawatir

“kami sudah berusaha sebaik mungkin pak, tapi Tuhan berkehendak lain, saya harap bapak dan keluarga bersabar menghadapi ujian ini”

“maksudnya apa ya dok?” Tanya Andra yang masih bingung dengan penjelasan sang dokter

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status