Share

Dimana ini ?

Bara melanjutkan perjalanannya di jalur yang sepi. Meskipun sudah malam, dia berharap bisa menemui kendaraan lain yang lewat. Namun, semakin dia berkendara, semakin terkejut dia dengan keadaan sekitarnya. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat di jalur tersebut. Pikirannya mulai dipenuhi dengan kebingungan.

Bara memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. 'Hah, apakah aku tersesat? atau memang jalan ini terlihat sama' batin Bara

Pohon dan rambu jalan yang berapa di tempat yang sama membuat Bara keheranan, 'Aku sudah melewati pohon yang patah ini 3 kali, tidak mungkin setiap jalan pohonnya patah!'

Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Kekhawatirannya semakin bertambah ketika gerimis mulai turun, membuat pandangan ke arah jalan menjadi sedikit tidak jelas.

"Yang benar saja langit! Aku tidak berpikir harus membawa jas hujan" Bara menepuk dahinya

Akhirnya, Bara memutuskan untuk berbalik arah dan kembali ke warung tempat dia bertemu dengan pria tua yang ramah sebelumnya. Dia berharap bisa mendapatkan petunjuk atau bantuan dari pria tua tersebut. Ketika dia tiba di warung, dia melihat pria tua itu sudah menunggunya dengan dua gelas kopi yang tersedia di meja.

"Halo, Bara. Kembali lagi?" sapa pria tua itu dengan senyuman hangat.

Bara terkejut. "Bagaimana Bapak bisa tahu nama saya?"

Pria tua itu tertawa. "Aku tahu banyak hal, termasuk nama-nama orang yang pernah datang ke warungku. Silakan, duduklah. Saya sudah menyiapkan kopi untukmu."

Bara duduk di meja yang sama dengan pria tua itu, merasa lega bisa kembali ke warung yang hangat ini. Dia mengambil salah satu gelas kopi dan menghirup aromanya yang menggugah selera.

"Maaf, Pak, saya benar-benar bingung dengan jalur yang saya lewati tadi. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat, dan saya merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak berujung," kata Bara dengan raut wajah penuh kebingungan.

Pria tua itu tersenyum bijak. "Kamu tidak sendirian dalam pengalaman itu, Bara. Jalur ini memiliki reputasi sebagai jalur yang misterius. Beberapa orang pernah mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami."

Bara menjadi semakin penasaran. "Apa yang sebenarnya terjadi di jalur ini, Pak?"

Pria tua itu menjelaskan, "Konon, jalur ini memiliki kekuatan magis yang membuat pengendara terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Beberapa orang percaya bahwa itu adalah permainan roh jahat yang ingin menguji ketahanan dan tekad kita."

Bara terkejut mendengar penjelasan itu. "Lalu, apa yang harus saya lakukan?"

Pria tua itu menyeruput kopi pelan-pelan sebelum menjawab, "Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa dengan mengubah arah perjalanan dan kembali ke titik awal, kita bisa keluar dari lingkaran tersebut. Namun, tidak semua orang berhasil melakukannya. Hanya mereka yang memiliki tekad kuat dan keyakinan yang tulus yang bisa keluar dari jalur ini."

Bara merenung sejenak. Dia merasa bahwa dia tidak boleh menyerah begitu saja. Dia harus mencoba untuk keluar dari lingkaran ini dan melanjutkan perjalanannya.

"Pak, saya harus gimana selanjutnya?" tanya Bara dengan harap.

"Beristirahatlah Nak, besok baru kamu lanjutkan perjalananmu. Terlalu beresiko jika malam ini kamu pergi" ujar Pria tua itu

Bara mengangguk setuju, kemudian masuk dan beristirahat di dalam.

***

Fajar mulai menyingsing, melunturkan embun embun malam dari dedaunan yang kemudian menetes di wajah Bara.

"Hah apa yang terjadi padaku?" betapa terkejut dia saat membuka mata dan menyadari bahwa dia berada di bawah pohon beringin besar dengan daun dan ranting yang lebat. Tadi malam seingatnya dia beristirahat di warung kopi milik seorang pria tua.

Bara menatap sekeliling, tas ranselnya masih ada di samping, motornya masih terparkir dengan posisi sama seperti semalam. Namun, Bara merasa bingung dan tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di tempat ini.

'Ah.. kenapa kepalaku pusing' Bara mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dia ingat bahwa dia berbincang dengan pria tua itu, kemudian gerimis mulai turun dan pandangan ke arah jalan menjadi tidak jelas. Setelah itu, ingatannya menjadi kabur.

Saat dia sedang mencoba memahami situasinya, seorang pengendara lewat dan menyapanya. Bara dengan cepat menghampiri pengendara itu dan bertanya, "Maaf, bisa Anda memberitahu saya di mana saya berada?"

Pengendara itu tersenyum ramah. "Tentu saja. Kamu berada di sekitar area hutan Kendra. Desa terdekat hanya setengah jam perjalanan dari sini."

Bara merasa lega mendengar informasi tersebut. "Terima kasih banyak! Saya benar-benar bingung dengan apa yang terjadi."

Pengendara itu mengangguk paham. "Mungkin kamu tersesat semalam, banyak orang yang sering tersesat di jalan ini jika melaluinya saat gelap. Tapi jangan khawatir, desa Kendra tidak terlalu jauh dari sini."

Bara mengucapkan terima kasih kepada pengendara itu atas bantuannya. Dia merasa lega bahwa dia tidak sendirian dalam situasi ini. Dengan semangat baru, Bara melanjutkan perjalanannya menuju desa Kendra

"Indah sekali .. " hanya kata - kata itu yang mampu keluar dari mulut Bara saat melihat keindahan pemandangan dalam perjalanannya menuju Desa pertama yang akan dia temui

Setelah setengah jam perjalanan yang penuh harap, Bara akhirnya tiba di desa Kendra. Desa itu terlihat sederhana dengan rumah-rumah tradisional dan penduduk yang ramah. Bara segera mencari penjual bensin eceran untuk mengisi bahan bakar motornya dan mencari penginapan untuk beristirahat.

Bara yang baru saja mampir melihat si pemilik bensin eceran itu sedang asik memoles ukiran kayu di tangannya. Dia menghampiri pria itu, "Permisi, Pak bensinnya tiga botol yah. Pak, apakah ada penginapan disekitar sini?

Pria itu tersenyum dan menjawab, "Tentu saja Mas. Ada beberapa penginapan di sekitar sini. Ada beberapa penginapan disini, yang paling dekat namanya Pondok Ayu Kendra, itu adalah salah satu penginapan di desa ini."

Bara merasa lega mendengar informasi tersebut. "Terima kasih Pak. Apakah Anda tahu di mana lokasinya?"

Pria itu memberikan petunjuk dengan jelas, "Kamu hanya perlu mengikuti jalan ini dan belok kanan di pertigaan berikutnya. Pondok Ayu Kendra akan berada di sebelah kiri jalan."

Bara mengucapkan terima kasih kepada pria itu atas bantuannya. Dia merasa beruntung telah menemukan seseorang yang ramah dan bisa membantunya saat baru masuk ke desa ini. Dengan semangat baru, Bara melanjutkan perjalanannya menuju Pondok itu

Sesampainya di Pondok tersebut, Bara disambut dengan hangat oleh pemilik penginapan. "Selamat pagi Tuan, saya Sekar Ayu. Pemilik penginapan ini" wanita itu sangat cantik dengan kebaya putih yang pas di badannya.

"Saya Bara Hadiwijaya. Panggil saja Bara, jangan Tuan. Saya mau menginap beberapa hari disini. Apakah ada kamar yang masih kosong?" Bara bertanya dengan sopan, hatinya memuji kecantikan Sekar

"Masih ada satu kamar di ujung, mari saya antarkan" Sekar berjalan lebih dulu, langkahnya anggun seperti wanita keraton yang begitu cantik. Wanita yang lemah lembut itu mengantarkan Bara ke depan kamarnya.

"Silahkan, jika ada keperluan bisa cari saya di depan" Sekar pamit dan membiarkan Bara beristirahat.

Bara merasa dia bisa berbaring dengan nyaman, 'Nah, kalau ini beneran kasur' gumamnya sambil tersenyum memikirkan kejadian semalam

Di dalam kamar, Bara merenung tentang petualangannya yang tak terduga. Meskipun dia masih tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di bawah pohon beringin tadi, dia merasa bersyukur karena masih dalam keadaan baik dan telah menemukan tempatnya bisa beristirahat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status