Share

Dimana ini ?

Penulis: Betzy viona
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-14 22:15:19

Bara melanjutkan perjalanannya di jalur yang sepi. Meskipun sudah malam, dia berharap bisa menemui kendaraan lain yang lewat. Namun, semakin dia berkendara, semakin terkejut dia dengan keadaan sekitarnya. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat di jalur tersebut. Pikirannya mulai dipenuhi dengan kebingungan.

Bara memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. 'Hah, apakah aku tersesat? atau memang jalan ini terlihat sama' batin Bara

Pohon dan rambu jalan yang berapa di tempat yang sama membuat Bara keheranan, 'Aku sudah melewati pohon yang patah ini 3 kali, tidak mungkin setiap jalan pohonnya patah!'

Dia merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Kekhawatirannya semakin bertambah ketika gerimis mulai turun, membuat pandangan ke arah jalan menjadi sedikit tidak jelas.

"Yang benar saja langit! Aku tidak berpikir harus membawa jas hujan" Bara menepuk dahinya

Akhirnya, Bara memutuskan untuk berbalik arah dan kembali ke warung tempat dia bertemu dengan pria tua yang ramah sebelumnya. Dia berharap bisa mendapatkan petunjuk atau bantuan dari pria tua tersebut. Ketika dia tiba di warung, dia melihat pria tua itu sudah menunggunya dengan dua gelas kopi yang tersedia di meja.

"Halo, Bara. Kembali lagi?" sapa pria tua itu dengan senyuman hangat.

Bara terkejut. "Bagaimana Bapak bisa tahu nama saya?"

Pria tua itu tertawa. "Aku tahu banyak hal, termasuk nama-nama orang yang pernah datang ke warungku. Silakan, duduklah. Saya sudah menyiapkan kopi untukmu."

Bara duduk di meja yang sama dengan pria tua itu, merasa lega bisa kembali ke warung yang hangat ini. Dia mengambil salah satu gelas kopi dan menghirup aromanya yang menggugah selera.

"Maaf, Pak, saya benar-benar bingung dengan jalur yang saya lewati tadi. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat, dan saya merasa seperti terjebak dalam lingkaran yang tak berujung," kata Bara dengan raut wajah penuh kebingungan.

Pria tua itu tersenyum bijak. "Kamu tidak sendirian dalam pengalaman itu, Bara. Jalur ini memiliki reputasi sebagai jalur yang misterius. Beberapa orang pernah mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami."

Bara menjadi semakin penasaran. "Apa yang sebenarnya terjadi di jalur ini, Pak?"

Pria tua itu menjelaskan, "Konon, jalur ini memiliki kekuatan magis yang membuat pengendara terjebak dalam lingkaran yang tak berujung. Beberapa orang percaya bahwa itu adalah permainan roh jahat yang ingin menguji ketahanan dan tekad kita."

Bara terkejut mendengar penjelasan itu. "Lalu, apa yang harus saya lakukan?"

Pria tua itu menyeruput kopi pelan-pelan sebelum menjawab, "Ada beberapa teori yang mengatakan bahwa dengan mengubah arah perjalanan dan kembali ke titik awal, kita bisa keluar dari lingkaran tersebut. Namun, tidak semua orang berhasil melakukannya. Hanya mereka yang memiliki tekad kuat dan keyakinan yang tulus yang bisa keluar dari jalur ini."

Bara merenung sejenak. Dia merasa bahwa dia tidak boleh menyerah begitu saja. Dia harus mencoba untuk keluar dari lingkaran ini dan melanjutkan perjalanannya.

"Pak, saya harus gimana selanjutnya?" tanya Bara dengan harap.

"Beristirahatlah Nak, besok baru kamu lanjutkan perjalananmu. Terlalu beresiko jika malam ini kamu pergi" ujar Pria tua itu

Bara mengangguk setuju, kemudian masuk dan beristirahat di dalam.

***

Fajar mulai menyingsing, melunturkan embun embun malam dari dedaunan yang kemudian menetes di wajah Bara.

"Hah apa yang terjadi padaku?" betapa terkejut dia saat membuka mata dan menyadari bahwa dia berada di bawah pohon beringin besar dengan daun dan ranting yang lebat. Tadi malam seingatnya dia beristirahat di warung kopi milik seorang pria tua.

Bara menatap sekeliling, tas ranselnya masih ada di samping, motornya masih terparkir dengan posisi sama seperti semalam. Namun, Bara merasa bingung dan tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di tempat ini.

'Ah.. kenapa kepalaku pusing' Bara mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Dia ingat bahwa dia berbincang dengan pria tua itu, kemudian gerimis mulai turun dan pandangan ke arah jalan menjadi tidak jelas. Setelah itu, ingatannya menjadi kabur.

Saat dia sedang mencoba memahami situasinya, seorang pengendara lewat dan menyapanya. Bara dengan cepat menghampiri pengendara itu dan bertanya, "Maaf, bisa Anda memberitahu saya di mana saya berada?"

Pengendara itu tersenyum ramah. "Tentu saja. Kamu berada di sekitar area hutan Kendra. Desa terdekat hanya setengah jam perjalanan dari sini."

Bara merasa lega mendengar informasi tersebut. "Terima kasih banyak! Saya benar-benar bingung dengan apa yang terjadi."

Pengendara itu mengangguk paham. "Mungkin kamu tersesat semalam, banyak orang yang sering tersesat di jalan ini jika melaluinya saat gelap. Tapi jangan khawatir, desa Kendra tidak terlalu jauh dari sini."

Bara mengucapkan terima kasih kepada pengendara itu atas bantuannya. Dia merasa lega bahwa dia tidak sendirian dalam situasi ini. Dengan semangat baru, Bara melanjutkan perjalanannya menuju desa Kendra

"Indah sekali .. " hanya kata - kata itu yang mampu keluar dari mulut Bara saat melihat keindahan pemandangan dalam perjalanannya menuju Desa pertama yang akan dia temui

Setelah setengah jam perjalanan yang penuh harap, Bara akhirnya tiba di desa Kendra. Desa itu terlihat sederhana dengan rumah-rumah tradisional dan penduduk yang ramah. Bara segera mencari penjual bensin eceran untuk mengisi bahan bakar motornya dan mencari penginapan untuk beristirahat.

Bara yang baru saja mampir melihat si pemilik bensin eceran itu sedang asik memoles ukiran kayu di tangannya. Dia menghampiri pria itu, "Permisi, Pak bensinnya tiga botol yah. Pak, apakah ada penginapan disekitar sini?

Pria itu tersenyum dan menjawab, "Tentu saja Mas. Ada beberapa penginapan di sekitar sini. Ada beberapa penginapan disini, yang paling dekat namanya Pondok Ayu Kendra, itu adalah salah satu penginapan di desa ini."

Bara merasa lega mendengar informasi tersebut. "Terima kasih Pak. Apakah Anda tahu di mana lokasinya?"

Pria itu memberikan petunjuk dengan jelas, "Kamu hanya perlu mengikuti jalan ini dan belok kanan di pertigaan berikutnya. Pondok Ayu Kendra akan berada di sebelah kiri jalan."

Bara mengucapkan terima kasih kepada pria itu atas bantuannya. Dia merasa beruntung telah menemukan seseorang yang ramah dan bisa membantunya saat baru masuk ke desa ini. Dengan semangat baru, Bara melanjutkan perjalanannya menuju Pondok itu

Sesampainya di Pondok tersebut, Bara disambut dengan hangat oleh pemilik penginapan. "Selamat pagi Tuan, saya Sekar Ayu. Pemilik penginapan ini" wanita itu sangat cantik dengan kebaya putih yang pas di badannya.

"Saya Bara Hadiwijaya. Panggil saja Bara, jangan Tuan. Saya mau menginap beberapa hari disini. Apakah ada kamar yang masih kosong?" Bara bertanya dengan sopan, hatinya memuji kecantikan Sekar

"Masih ada satu kamar di ujung, mari saya antarkan" Sekar berjalan lebih dulu, langkahnya anggun seperti wanita keraton yang begitu cantik. Wanita yang lemah lembut itu mengantarkan Bara ke depan kamarnya.

"Silahkan, jika ada keperluan bisa cari saya di depan" Sekar pamit dan membiarkan Bara beristirahat.

Bara merasa dia bisa berbaring dengan nyaman, 'Nah, kalau ini beneran kasur' gumamnya sambil tersenyum memikirkan kejadian semalam

Di dalam kamar, Bara merenung tentang petualangannya yang tak terduga. Meskipun dia masih tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di bawah pohon beringin tadi, dia merasa bersyukur karena masih dalam keadaan baik dan telah menemukan tempatnya bisa beristirahat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun   Konfrontasi Di Ladang

    Bara berdiri di tengah ladang jagung yang luas, dengan hanya suara angin yang menggerakkan dedaunan dan suara langkah kaki yang terdengar jauh di kejauhan. Pagi itu, suasana terasa lebih sunyi dari biasanya, seakan alam pun menahan napas menanti sesuatu yang tak terduga. Bara menatap ke sekeliling, merasa seperti ada yang mengintai dari balik bayangan pohon-pohon jagung yang tinggi.Sejak kejadian malam itu, pikirannya penuh dengan kebingungannya sendiri. Pria yang mencoba meruda paksa wanita itu telah melarikan diri, namun rasa curiga Bara belum hilang. Mengapa pria itu begitu takut padanya? Apa yang sebenarnya terjadi di balik segala hal yang ada di desa ini? Dan yang paling mengganggu, kenapa ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Alex? Ada rasa cemas yang kian menggelayuti hatinya setiap kali ia berpikir tentang pria itu.Bara masih memegang parang yang digunakan untuk menakuti pria tadi, meraba-raba bilahnya yang sudah agak tumpul, sementara perasaan cemasnya semakin bertambah. "

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun   Mulai dipercaya

    Beberapa hari berlalu, Bara yang dalam masa pemulihan kini sudah bisa berjalan walau dengan langkah agak pincang, dia berjalan ke arah depan teras rumah itu dan duduk disana.Aisyah terlihat lari ke luar menuju arah depan, matanya menatap ke kiri dan kanan seperti mencari seseorang, "Syah? cari siapa?" seru Bara dari depan terasAisyah menoleh, seketika kekhawatiran yang terlihat di wajahnya berubah jadi cemberut"Ah, kalau keluar bilang dong. Aku pikir kamu di culik anak buah Sapto" bentak Aisyah"Aduh jangan marah marah, saya di dalam tadi pegel banget tiduran terus jadi saya keluar dan duduk disini" jelas Bara Aisyah hanya menggeleng kepala dan masuk ke dalam, membiarkan Bara menikmati ketenangan di depan teras ituSaat sedang asyik merenung Bara di kejutkan dengan selongsong peluru yang menembus kursi karena meleset se inci dari pundaknya"Bangsat!" teriak Bara, nafasnya berderu kencang, jantungnya mungkin berhenti berdetak sebentar saat mendengar dentuman peluru ituDalam waktu

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun    Dikeroyok

    Bara turun ke area lobby penginapan. Waktu menunjukkan pukul 6.12 pagi. Wajahnya terlihat begitu kesal, alisnya mengkerut saat dia berjalan menuju meja resepsionis."Mbak, saya tahu ini penginapan, tapi semalam saya tidak bisa tidur. Saya terus-menerus terganggu oleh suara dari kamar-kamar di sebelah saya," keluh Bara pada resepsionis yang cantik itu."Mas, begini ya. Di penginapan desa ini, semua kamar digunakan untuk aktivitas yang kurang pantas. Mungkin hanya Mas saja yang datang ke sini untuk menginap. Saya juga tidak bisa berbuat apa-apa," jelas resepsionis itu dengan wajah yang penuh penyesalan.Dengan emosi, Bara memukul meja di depannya. "Halah, tidak jelas."Bara menghela nafas. Nampak sekali emosinya tak bisa tertahan saat dia bergegas pergi keluar mencari makan. Dengan mata yang berat, dia melangkah keluar dengan perasaan kesal. Perutnya lapar, dan dia merasa seperti orang bodoh saat ini."Pak, tolong satu porsi nasi ikan goreng dan air mineral," pinta Bara sambil langsung

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun   Penginapan ecek ecek

    Bara bangun dengan keadaan kepala yang pusing dan sedikit berkunang-kunang. Dia menatap ke arah jam tangannya yang menunjukkan pukul 03.18. Dia bangun dan duduk di samping kasurnya, mencoba mengumpulkan tenaga untuk pergi ke kamar mandi. Rasanya dia ingin muntah, mungkin karena semalam dia memang terlalu banyak minum.Bara yang berjalan ke kamar mandi segera membuka kran wastafel dan membasuh wajahnya. Kepalanya masih terasa berat. "Sepertinya memang harus kembali tidur," pikirnya saat melihat bayangan dirinya di cermin.Dia kembali ke kasurnya lalu perlahan merebahkan diri, mencari posisi yang enak untuk tertidur. Saat pikirannya sudah setengah sadar, tiba-tiba dia mendengar suara yang sangat menganggu dari kamar di sebelahnya."Hm. ahh. uhh" suara desahan yang begitu jelas terdengar di telinga Bara."Sialan!" ujar Bara sambil menutup kedua telinganya dengan bantal.Seperti yang kita ketahui, saat mencapai puncak suara itu akan lebih kencang dan cepat. Bara yang emosi mendengarnya me

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun   Metropolis adalah saksi bisu

    "Kok diam?" tanya pria itu, saat melihat Bara yang kaku tak bersuara. Mata Bara masih melirik pistol itu.Pria di sampingnya langsung menjabat tangan Bara dengan senyum menyeringai, "Aku Alex, santai saja, tak perlu kamu khawatir dengan apa yang kamu lihat."Mendengar ucapan pria itu, Bara langsung mengangguk. Perasaannya sedikit tenang, walaupun sebenarnya masih ada rasa khawatir yang menyelimutinyaBara, yang adalah anak satu-satunya di keluarga, sebenarnya punya hak yang istimewa untuk menikmati semua akses, terutama karena dia adalah anak seorang jenderal. Tentu banyak hal yang diinginkan Bara bisa dia dapatkan, misalnya pergi ke tempat-tempat seperti Metropolis ini.Namun, saat masih di rumahnya, Bara hanya sibuk dengan buku dan semua hal tentang pengetahuan. Memang sesekali Bara pernah ke bar di kotanya, itupun saat diajak paman atau sepupunya. Itulah sebabnya Bara tak terlalu nyaman berada di tempat ini.Dentuman dan lampu yang berkedip-kedip itu membuat semua orang di sana sep

  • Anak Jendral dan Desa Penyamun   Desa Baru

    Setelah pemberhentian terakhirnya, Bara melanjutkan perjalanan melewati beberapa desa. Sebenarnya, dalam hati ia ingin berhenti sejenak untuk menikmati makanan khas desa tersebut atau bahkan menginap di salah satu desa tersebut. Namun, dengan pertimbangan yang matang, Bara memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dan berhenti di desa yang benar-benar ingin ia tinggali.Beberapa menit kemudian dari kejauhan, Bara memperhatikan sebuah mobil Kijang yang terparkir di bahu jalan. Seorang pria dengan kaos hitam dan celana jeans terlihat sangat frustasi saat menendang-nendang bagian tengah mobil tersebut, dan membuka kap mobil. Bara perlahan memperlambat laju motornya dan berhenti tepat di samping mobil tersebut, ingin memberikan pertolongan yang diperlukan."Mobilnya kenapa, Pak?" tanya Bara sambil melepas helmnya, memperhatikan dengan seksama kerusakan yang ada.Pria tersebut menatap ke arah Bara dengan pandangan campuran antara harapan dan kekecewaan. "Ndak tau ini, Mas. Tiba-tiba m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status