Camila tidak menjelaskan. Dia berkata dengan galak, “Sebenarnya kamu sudah hubungi Catherine belum? Hari ini dia datang atau nggak? Kalau dia nggak datang, aku pergi, nih!”Dylan segera berkata, “Datang, datang, datang. Dia balas aku kalau dia bakal datang, tapi dia datangnya agak sorean.”Kening Camila berkerut. “Kenapa sore?”Dylan berterus terang. “Aku juga nggak tahu. Kutebak mungkin sekarang dia lagi nggak di Kota Jawhar. Dia lagi perjalanan dari luar kota.”Camila merasa tidak senang. “Jadi, kenapa kamu nggak beri tahu aku sebelumnya?”Jika Camila tahu Catherine baru akan datang di sore hari, dia pun tidak akan datang ke rumah sakit di pagi hari!Apalagi hubungan mereka berdua sudah canggung!Dylan merasa agak kesal. “Kamu juga nggak tanya ….”Camila memelototinya.Belum sempat Camila kepikiran bagaimana untuk mengomeli Dylan, Dylan malah mulai muntah lagi. Dia berbaring di samping ranjang sembari mual-mual.Tadinya Camila tidak ingin menghiraukannya. Namun, ketika melihat dia mu
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila memalingkan kepalanya untuk melihat Hogan. “Hogan, dasar kamu ini! Padahal kamu ingin menikahinya, kenapa kamu malah berbohong? Dia saja nggak bilang kalau dia meremehkan kamu itu miskin.”Hogan terbengong. “Tapi … kata Catherine … katanya ….”Camila menyipitkan matanya dan bertanya, “Apa kata Bu Catherine? Apa dia bilang Keluarga Suryadi merendahkanmu karena kamu miskin, jadi mau memisahkan kalian?”Hogan tidak berani menyambung. Dia melihat Catherine dengan bingung.Catherine duduk di samping ranjang dengan ekspresi putus asa.Camila berkata, “Bu Catherine, sekarang kamu memang seorang ibu hamil, kamu itu orang yang sangat dilindungi bagai barang berharga negara saja. Tapi, aku ingin ngomong beberapa hal sama kamu, kenapa kamu berbohong?”“Kamu bohongin Hogan kalau dia diremehkan sama Keluarga Suryadi? Betapa besar tekanan yang diterima Hogan! Lagi pula setelah didengar, kelihatannya jadi Keluarga Suryadi sangat merendahkan orang miskin!”“Orang yang nggak tahu kenyataan pasti
Suasana di dalam kamar hening selama beberapa saat. Pada saat ini, teman sekolah Catherine bertanya, “Catherine hamil?”Camila mengangguk. “Emm, sudah 2-3 bulan!”Mentor Catherine bertanya, “Benarkah?”Camila mengangguk dengan sangat serius. “Tentu saja serius. Aku nggak mungkin sembarangan bicara dalam masalah ini.”Mentor segera melihat ke sisi Catherine. “Dasar, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu lagi hamil? Kalau aku tahu, aku juga nggak akan beri kamu penelitian yang begitu susah.”Teman-teman berkata, “Iya, kalau kami tahu kamu lagi hamil, kami pasti akan lebih menjagamu. Semua pekerjaan berat dan lelah nggak akan jadi milikmu.”Hogan merasa sangat gembira. “Catherine, apa kamu hamil? Benarkah? Apa benar kamu hamil?”Napas Catherine terengah-engah. Hatinya terasa panik. Baru saja dia hendak membantah, Camila pun duluan berkata, “Serius, serius, kalau kamu nggak percaya, nanti kamu bisa bikin tes DNA sendiri. Anak ini punya kamu.”Hogan merasa terharu hingga menangis. “Aku percay
Semua orang di tempat langsung terdiam. Tatapan mereka semua serempak melihat ke sisi Camila.Camila mendengus dalam hati dengan ekspresi lugu. “Bu Catherine, kamu jangan memfitnah orang baik. Sejak kapan aku memukulmu? Sejak kapan aku menculikmu?”Catherine menggertakkan giginya. “Hari ini! Hari ini! Kamu culik aku ke sini!”Camila tersenyum. “Oh, maksudmu yang ini. Memang aku dan Dylan yang bawa kamu ke sini, tapi kami bawa kamu ke sini buat kasih kejutan sama kamu.”“Kalau kami benar-benar mau menculikmu, kenapa kami akan berada di lokasi lamaran ini?”Para guru dan teman sekolah Catherine berbondong-bondong maju untuk membela Camila.“Catherine, kamu sudah salah paham. Dia memang lagi membantu. Semua dekorasi di ruangan ini dihias sama dia.”“Iya, Bu Camila sudah sibuk dari tadi. Dia keluar uang dan juga tenaga.”Para adik yang mengidolakan Camila juga merasa tidak senang. Mereka bergumam dengan suara kecil.“Bahkan jas putih dan bunga segar kekasihnya juga dibeli sama Bu Camila.”
Kevin dan Lyana bertanya kembali, “Kata siapa hari ini Dylan akan melamar?”William dan Siska terbengong di tempat.Mereka hanya mendapat kabar lamaran. Hanya saja, memang tidak ada yang mengungkit soal Dylan.Mereka tahu Catherine dan Dylan memiliki hubungan asmara. Itulah sebabnya saat mendengar kabar lamaran, mereka otomatis mengira Dylan yang akan melamar Catherine!Justru karena ini, mereka baru merasa begitu gembira, bahkan melakukan siaran langsung untuk memberi tahu seluruh orang di dunia ini!“Catherine dan Dylan ….” Kevin memotong mereka, “Mereka berdua sudah masa lalu. Apa kalian nggak lihat ada yang lagi melamar Catherine?”Siska merasa panik. “Bukan, menantu Keluarga Suryadi itu Pak Dylan!”Lyana membantah, “Kamu jangan sembarangan bicara. Dia baru menantu kalian!”William dan Siska melihat ke sisi Hogan sembari bernapas dengan terengah-engah. “Bukan! Bukan! Bukan seperti ini! Bukan … seperti ini!”William melangkah maju hendak memotong Hogan, tetapi langkahnya dihalangi
“Lagi pula, kamu juga bukannya nggak tahu hubungan dia dengan Dylan. Kalau aku benar-benar melukainya, Dylan juga nggak akan setuju.”Naomi bertanya, “Sebenarnya apa yang lagi kamu pikirkan?”Camila berkata, “Aku ingin menghancurkan mimpinya! Biar seumur hidupnya, dia nggak akan bisa memiliki Dylan lagi, lalu menjauhi Bibi Lyana dan Paman Kevin.”Naomi terdiam membisu. Baru saja Naomi hendak bertanya, tiba-tiba muncul sekelompok orang di depan pintu. “Kak Camila!”Camila menoleh untuk melirik sekilas, kemudian tersenyum ke sisi pintu. Dia berkata pada Naomi, “Naomi, kamu bangunkan Catherine, ya. Setelah dia bangun, kamu keluar saja. Aku akan tunggu kalian di koridor.”Usai berbicara, Camila berjalan ke sisi Dylan, lalu menariknya berjalan keluar pintu. Dia berjalan sembari berkata pada orang-orang di dalam ruangan, “Semuanya harap bersiap-siap. Kita akan segera masuk ke momen-momen penting. Kita akan menjadi saksi mata atas kebahagiaan.”Saat mendengar, orang-orang di dalam kamar langs
Demi sopan santun, Dylan pergi menyapa William dan Siksa, lalu segera meninggalkan tempat.Caden tidak akrab dengan mereka dan tidak ingin berhubungan dengan mereka. Caden juga tidak menghiraukan mereka, hanya terus berdiri di sisi Naomi saja.Orang-orang di kalangan juga tahu Dylan berhubungan baik dengan Caden. Ada seseorang berbisik kepada William, “Jangan-jangan dia itu Pak Caden?”William juga tidak pernah bertemu dengan Caden. Dia memalingkan kepala untuk bertanya pada Kevin, “Pak Kevin, apa dia itu Pak Caden dari Grup Pangestu?”Kevin mengangguk. “Iya, dia.”Kedua mata William kembali terbelalak. Tadinya William mengira sudah cukup hebat untuk berkenalan dengan William, siapa sangka ternyata Caden juga ada di tempat!Mereka segera memuji, “Pak Caden itu muda dan berkompeten. Padahal masih semuda ini, dia malah bisa menduduki posisi orang terkaya. Dia memang hebat sekali!”Kevin berkata, “Caden memang hebat. Jangan lihat dia masih muda, dia sangat punya otak bisnis.”Beberapa da
Kevin dan Lyana juga tidak mengerti apa yang sedang William katakan. Mereka hanya mengangguk dengan tersenyum saja. “Oke, oke, oke.”William berkata pada Kevin, “Pak Kevin, biar kuperkenalkan sebentar, dia adalah teman baikku. Sementara yang ini adalah mitra kerja paling penting bagiku. Yang ini ….”William memperkenalkan 1 per 1, lalu berkata, “Begitu mereka mendengar ada kabar gembira di Keluarga Suryadi, semuanya langsung datang untuk memberi ucapan selamat.”Orang-orang yang diperkenalkan langsung membungkukkan tubuh dan bersalaman dengan Kevin. Mereka menyerahkan kartu nama. “Halo, Pak Kevin!”“Salam kenal, Pak Kevin!”Mereka tidak benar-benar datang untuk memberi ucapan selamat. Lebih tepatnya, mereka datang untuk mengenal Kevin.Berhubung kedudukan Keluarga Suryadi di Kota Jawhar tidak bisa dibandingkan dengan Keluarga Hermanto, tempat sepergaulan William tidak seelite Kevin.Semua orang pergi ke rumah sakit malam-malam demi mengunjungi Kevin!Kevin tidak ingin berhubungan deng
Camila memegang pita berwarna dan berjinjit menempelkan ke dinding tanpa menoleh padanya. “Nggak boleh bocor. Kalau kamu bisa bantu, ya bantuin. Kalau nggak bisa, mending istirahat sana.”Dylan merapatkan bibirnya, lalu mengambil pita dari tangan Camila.“Tinggi segini cukup, nggak?”Camila mengangguk dengan puas. “Cukup, cukup.”Dylan menempelkan tali.Camila pun mengacungkan jempol. “Kamu juga bukannya nggak bisa apa-apa, kamu berguna juga.”Dylan terdiam. Entah kenapa pujian ini lebih parah daripada hujatan. Namun, Dylan tetap bertanya, “Ngapain kamu hias ruangan ini? Apa kamu berencana rayain pesta di sini?”“Kamar ini memang kamar VIP, nggak peduli apa pun yang kamu lakukan, juga nggak akan mempengaruhi orang lain. Hanya saja, gila kalau kamu rayain pesta di sini!”Camila menyindirnya, “Kamu yang gila. Kata siapa aku mau bikin pesta! Ayo, yang cepat, tempelkan balon di sini!”Dylan melakukan sesuai dengan perintah Camila. Dia menempel balon sembari bertanya, “Kalau kamu nggak adak
Mereka berdua berbicara sembari menatap Dylan. Kemudian, mereka kembali memperingati Dylan dengan susah payah, “Hargai Camila dengan baik. Bisa bertemu dengannya adalah keberuntungan dalam hidupmu! Kalau kamu menghilangkannya, keberuntungan dalam hidupmu juga akan ikut hilang!”“Kalau kamu berani menghilangkannya, aku akan patahkan kakimu. Kalau nggak percaya, kamu coba saja!”Dylan benar-benar tidak bisa bersembunyi. Baru saja berbicara sebentar, Dylan malah diomeli.Tiba-tiba Dylan kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Ma, bagaimana cara Camila menghibur kalian dalam masalah Catherine?”Ketika mengungkit masalah ini, Lyana merasa gembira. Dia berkata dengan tersenyum, “Camila telah menceritakan masalah kalian berdua kepada kami. Meskipun Camila belum hamil, kalian memang telah bersama, lagi pula kalian juga punya rencana untuk memiliki anak setelah menikah.”Dylan terbelalak lebar. Menikah dan melahirkan anak?Astaga! Kacau!“Itu kata Camila?”Lyana mengangguk. “Emm, kata Camila sendiri