공유

Rencana Akhir Tahun

작가: Ainin
last update 최신 업데이트: 2024-03-07 00:50:58

Rachel memakan puding bersama dua anak kembarnya dan juga Bibi Vee, seorang wanita yang dia pekerjakan untuk menjaga anaknya kalau dia sedang bekerja. Sebenarnya biaya untuk menyewa seorang babysitter bukanlah murah, tapi Bibi Vee hanyalah wanita tua yang membutuhkan pekerjaan karena tak lagi ada keluarga yang bisa dia tumpangi.

Wanita yang sudah lebih setengah abad itu memutuskan untuk bergabung dengan mereka, tidak meminta gaji tapi hanya hidup bersama dengan Rachel dan menjaga anaknya ketika Rachel bekerja. Dan Rachel hanya akan memberikan makan dan beberapa biaya kecil untuk Bibi Vee yang juga tak mau banyak meminta apapun padanya sebab dia diterima di rumah ini saja sudah cukup bagus.

"Nona, apakah pekerjaan membuatmu lelah? Kau memiliki kantung mata, beberapa hari ini kau tidak tidur dengan baik. Sebaiknya malam ini tidak usah melakukan apapun lagi dan langsung istirahat saja."

Ketika kedua anaknya sedang menonton televisi, Bibi Vee mendekatinya sambil membawa segelas jus. Rachel tersenyum menerimanya lalu menghela napas dan menggeleng.

"Pekerjaan semakin semakin sibuk sudah mendekati akhir tahun. Di toko roti itu, aku harus memasak banyak sekali roti pesanan tahun baru dari orang-orang makanya aku dan beberapa pekerjanya harus bekerja lebih ekstra. Bukan masalah besar, aku hanya perlu lebih banyak tenaga saja." Rachel berkata seraya meminum jus itu. "Besok aku akan berangkat subuh, karena aku harus masuk dulu ke toko roti selama 2 jam di pagi hari lalu kuliah menjelang siang. Sebentar lagi aku akan lulus, aku tidak akan menyia-nyiakan waktu. Aku akan lulus kuliah strata dua selama kurang lebih 5 tahun dan itu sepertinya cukup untukku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nanti. Setelah aku lulus, kita akan pindah ke kota dan aku akan mencari pekerjaan di beberapa perusahaan."

Bibi Vee terenyuh melihat semangat Rachel, padahal wanita ini masih terlalu muda dan juga seorang ibu tunggal. Pasti berat baginya untuk menjalani semua itu terlebih lagi tidak didampingi oleh suami dan harus memberikan kasih sayang untuk kedua anaknya. Rachel saja terlihat seperti kekurangan kasih sayang dan dia butuh seseorang untuk bersandar mendengarkan keluh kesahnya, hanya saja semua itu tidak pernah dia dapatkan.

"Nona tidak ada niatan untuk menikah? Bukankah pastinya ada pria yang akan menikah dengan Nona? Nona dan dia hanya perlu saling terbuka saja, tentang keberadaan dua Tuan Kecil," ucap Bibi Vee hati-hati. "Kalau Nona menikah lagi, pasti tidak akan sesulit sekarang untuk bisa mendapatkan kasih sayang dan tempat berlindung."

Menikah? Seorang pria? Rachel menghela napasnya dan menggeleng tanpa berpikir. Bagaimana bisa dia menikah sementara tragedi lima tahun lalu saja membuatnya menderita seperti ini. Dia belum bisa melupakan hal itu dan juga kembali berpikir kalau semua pria pasti tidak punya tanggung jawab besar seperti yang dilakukan oleh Hillen Stepson.

Bukannya mencari keberadaannya, Hillen sampai saat ini malah tidak ada kabarnya sama sekali. Walau melalui desas-desus, Rachel cara mendengar kalau pria itu sudah menjadi seorang presiden direktur di perusahaan Stepson Group, hanya saja kenapa dia tidak bisa datang kemari dengan kekuasaannya yang besar itu?

Bukan aneh-aneh jawabannya, hanya satu hal. Rachel tak berharga di mata Hillen, Rachel tahu itu. Makanya, Hillen mana mungkin akan mencari atau mendatanginya.

"Sudah cukup sekali pria melakukan hal yang membuatku sakit, Bi. Kalau aku mencari pria lain dan mencoba untuk menikah, aku yakin pasti kehidupan menderita selanjutnya akan kualami. Bukan hanya aku, anak-anakku juga pasti akan mengalaminya. Itu bukanlah sebuah hal yang bagus," gumamnya lalu menghela napas dan menatap Raysan dan Raysen yang terlihat duduk dengan akur. "Mereka sudah cukup bahagianya dengan aku yang menjaganya, mereka tidak butuh seorang ayah karena aku juga tidak pernah memperkenalkan tentang seorang ayah pada mereka. Mungkin kalaupun nanti mereka tahu dan belajar dari teman-temannya saat mereka sudah aku daftarkan ke dalam pusat pembelajaran, aku hanya perlu memberikan penjelasan walaupun aku tidak yakin apakah mereka bisa menerimanya atau tidak. Untuk saat ini, aku sama sekali tidak ada niatan untuk menikah apalagi mencarikan Ayah untuk mereka. Tidak akan ada yang laki-laki yang mau menerima aku sebab aku membawa dua orang anak kembar hasil kehamilan diluar pernikahan."

Bibi Vee terdiam, dia tahu walaupun ini negara Eropa tapi tetap saja bagi seorang wanita jika dia ingin menikah dan dia membawa anak dengan statusnya yang lajang, itu tetap dianggap sebagai sebuah hal yang memalukan. Terlebih lagi bagi kalangan orang susah seperti mereka, Rachel bisa dianggap memiliki hubungan gelap bersama pria-pria kaya, atau malah menjadi wanita penghibur.

Disini saja kadang Rachel mendapatkan tatapan aneh dari tetangganya walaupun mereka memang tidak ada mengatakan apa-apa tapi jika ketahuan dia pernah menjadi anggota keluarga besar, maka dia pasti akan menjadi aib dan keluarga itu pasti akan malu.

Rachel tidak memikirkan dirinya tapi malah memikirkan keluarga Stepson yang sudah merawat dan membesarkannya sampai sebesar ini, meskipun terputus lima tahun lalu tapi Rachel tetap menerima uang jajan dari kakeknya setiap bulan. Hanya saja, pria itu bertambah tua dan tidak lagi sekuat dulu jadi tidak pernah datang ke sini sebab membutuhkan perjalanan kurang lebih 3 jam.

Alasan Rachel kenapa tidak juga ketahuan oleh keluarga itu sudah memiliki dua anak adalah karena dia juga tidak pernah ditemui secara langsung oleh orang-orang dari keluarga Stepson, dia hanya seorang wanita yang sudah berkata akan mandiri dan kakeknya menyetujui hal itu.

"Bibi ... Akhir pekan nanti sudah mendekati tahun baru. Biasanya aku akan mendapatkan kelipatan gaji jika sudah bekerja semakin sibuk seperti ini jadi aku berniat untuk mengajak kalian untuk membeli pakaian baru. Teman satu pekerjaan denganku bilang, ada tempat yang bagus dan murah untuk membeli pakaian. Nanti setelah pulang bekerja kurang lebih sore hari, kita akan ke sana, ya? Jadi, sebelum aku pulang Bibi menyiapkan Raysan dan Raysen, agar tidak membuang waktu karena katanya jika semakin malam maka semakin ramai. Kita akan memakai masker agar tidak ketahuan jika seandainya ada yang mengenalku sebagai cucu angkat keluarga Stepson. Aku tidak yakin akan dikenali atau tidak tapi aku lumayan sering ikut dengan kakek menemui beberapa rekan bisnis. Jadi, kita pakai masker untuk antisipasi." Rachel berkata, sengaja mengalihkan pembicaraan karena malas untuk memikirkan hal yang membuatnya sedih.

"Baiklah, Bibi juga akan mengambil sedikit uang dari celengan. Untuk sekedar mencukupi uang yang akan Nona gunakan untuk membeli pakaian. Sebaiknya, beli pakaian untuk Nona, Nak Raysan dan Raysen saja. Kalau pakaian Bibi, masih banyak yang bagus jadi tidak perlu membelikan untuk Bibi juga. Bibi akan pakai pakaian lama," ujarnya seraya tersenyum membuat Rachel balas tersenyum.

Bibi Vee sangat baik dalam urusan apapun padanya, membuat Rachel seringkali diam-diam bermimpi memiliki ibu seperti wanita ini. Seandainya saja, dia punya ibu. Pasti kehidupannya tidak akan seberat ini, bukan?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Penjelasan Dari Vicky

    Seharian itu Rachel habiskan di dalam kantor dan dia tidak melakukan apa-apa selain bekerja sampai akhirnya rasa lelah menggerogoti. Namun, meski dia merasa lelah saat ini tapi ada rasa senang di hatinya karena tak perlu merepotkan orang lain kelak. Dia juga punya pegangan karena bekerja di perusahaan dan dia tidak akan menjadi gelandangan meski nanti harus luntang-lantung kemana-mana. Saat sedang berhenti dan menunggu taksinya datang, dia melamun sendirian di depan perusahaan sebelum akhirnya dia menghela napas berat. "Entah bagaimana kedepannya akan terjadi, aku tidak tahu. Yang pasti aku masih berdiri tegak dan masih hidup," gumamnya seraya menatap sekitar. Namun, baru saja dia akan menenangkan diri, sebuah mobil mewah berhenti di depannya membuat Rachel mengerutkan dahinya dan menatap siapa yang datang. Rekan bisnisnya yang lainnya tampak berbisik-bisik heboh melihat mobil itu, sampai akhirnya pintu mobil itu terbuka dan Vicky terlihat berjalan sebelum menunduk sopan padanya.

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Rachel Yang Masin Sama

    Rachel menyentuh dahinya dengan wajah yang masih diam saja di kamarnya. Dia teringat dengan apa yang dilakukan Hillen tadi makanya saat ini dia merasa seperti kehilangan kemampuan untuk menyembunyikan sedikit saja perasaan aneh di dadanya. Dia belum keluar sejak tadi, masih memakai seragam kerjanya. Tetapi sekarang dia masih mempersiapkan mentalnya untuk bertemu dengan anak-anaknya dan Hillen. "Non ..." Rachel menoleh sambil memasukkan notebook, dia menemukan Bibi Vee tengah bergerak masuk ke dalam kamarnya. "Kenapa, Bi?" "Sudah siap? Tuan dan anak-anak sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama." Rachel menghela napasnya. "Bibi turun saja dulu, bilang supaya mereka mau sarapan lebih dulu dan tidak usah menungguku. Aku akan turun setelah menyelesaikan apa saja yang kubutuhkan," ucapnya membuat Bibi Vee menatapnya. "Bibi melihat Nona berubah akhir-akhir ini, ada masalah apa?" Rachel menggeleng, lalu tersenyum menatap Bibi Vee tanpa ada niatan menjelaskan apa yang dia rasakan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Sambutan Pagi

    Rachel membuka mata dan mengusap wajahnya perlahan. Dia membuka matanya ketika mendengar suara alarm, tidurnya benar-benar lelap saat ini dan itu cukup membuat yang rasa lebih baik sebelum akhirnya bangkit duduk. Sudah tidak ada suara anak-anaknya yang membangunkan setiap hari, Rachel sebenarnya merasa rindu tapi kalau mereka juga tak mau menemuinya itu juga bukan sebuah hal yang harus dia pikirkan lagi. Mungkin dia memang benar-benar belum dewasa tapi dia tidak mau mendapatkan penolakan dari anak-anaknya masih kecil. Itu hanya akan melukai hatinya yang sudah merawat mereka dengan sepenuh hati. "Mungkin setelah menikah nanti dan mereka semakin tidak mau denganku, aku akan memutuskan untuk berpisah. Aku lelah kalau harus menjalani hidup dalam permainan, masih banyak hal yang bisa aku gapai dan aku bisa melakukan semua itu dengan leluasa." Bangkit dari duduknya, Rachel menuju kamar mandi dan langsung membersihkan diri karena dia harus bekerja hari ini. Dia masih memiliki pekerjaan

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Gerbang Kebahagiaan

    Rachel tiba di rumah dan tidak ada anak-anak, biasanya kedua anak kembar itu akan selalu menyambutnya kalau dia pulang, tapi saat ini bahkan tak ada anak-anak yang menyambutnya, tidak ada lagi mereka yang datang dan mengerumuninya. "Bibi ..." Tidak ada sahutan, Rachel hanya bisa duduk di sofa dan memegang kepalanya yang sakit. Tidak ada tanda-tanda ada orang di rumah dan itu membuatnya tahu kalau mereka mungkin pergi entah ke mana. Mungkin bersama dengan ayah mereka atau mereka jalan-jalan ke mana. Di rumah itu dia diam sendirian, seolah bisa melihat bayangan ketika dia dulu dengan susah payah menerima kenyataan kalau dia hamil, mengandungnya dengan hampir gila, melahirkannya dengan bertaruh nyawa, membesarkannya dengan bekerja sambil kuliah. Susah payah dia melakukan semua itu tapi saat anaknya mendapatkan ayah, dia bahkan terlupakan begitu saja. Sekarang dia tidak tahu bagaimana harus bersikap, air matanya menetes begitu saja. Rachel menangis sendirian tanpa mampu menahan keses

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Kembali Berpikir

    Hari itu Hillen tidak pulang, dia tetap berada di rumah Rachel dan entah menunggu apa. Raysan dan Raysen sudah bermain lagi dengannya setelah sarapan, sementara Rachel sedang bersiap karena dia akan pergi bekerja. "Ra ... bisa kamu datang ke rumah nanti malam? Biar bagaimanapun, Kakek juga harus tahu tentang rencana pernikahan kita." Rachel menarik napasnya lalu menatap wajah Hillen. "Aku sudah keluar dari keluarga Kakak," balasnya tanpa ekspresi berlebihan. "Kalau Kakak mau mengatakan pada Kakek, Kakak bisa katakan sendiri. Sekaligus minta pendapatnya, aku yakin Kakek tidak akan setuju kalau Kakak menikahiku." "Kenapa?" "Tidak usah bertanya hal yang sudah jelas, seharusnya Kakak juga lebih tahu dariku." Hillen terdiam menatap wajah Rachel untuk sesaat. "Kalau kakek saja bisa menjadikanmu sebagai cucunya itu berarti kamu layak. Kakek bukan seseorang yang suka bermain-main, dia juga selalu serius dalam urusan apapun. Kakek menerimamu sebagai cucunya itu menunjukkan kalau kau

  • Anak Kembar Milik Sang Presdir   Setuju Menikah

    Hillen mengerutkan dahinya mendengar itu. Tatapannya tampak heran karena Rachel tiba-tiba mengajukan syarat seperti itu. Selama beberapa hari ini, Hillen berusaha untuk membuka hatinya walau dia tahu kalau masih belum seberapa. Hanya saja kenapa sekarang dia malah mengajukan hal seperti ini?"Apa maksud dari semua ini?" tanyanya seraya mengambil berkas itu. "Kenapa tiba-tiba mengajukan pernikahan?"Rachel duduk di sofa seberang Hillen, lalu menatapnya dengan wajah serius. "Jadi ... memang tidak ada niatan untuk menikahiku ya? Kakak datang hanya untuk mendapatkan perhatian anak-anak?"Hillen menatapnya lalu menghela napas dan kembali menatap berkas yang merupakan kertas dengan tulisan manual milik Rachel. Disana ada beberapa syarat yang sudah ditulis Rachel secara langsung."Kalau Kakak hanya mau anak-anak, aku sudah katakan. Tunggu mereka sedikit lebih besar, agar bisa memutuskan apakah mereka mau ikut dengan Kakak atau tidak. Kalau hanya dari keinginan Kakak sendiri, seharusnya Kakak

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status