Rachel memakan puding bersama dua anak kembarnya dan juga Bibi Vee, seorang wanita yang dia pekerjakan untuk menjaga anaknya kalau dia sedang bekerja. Sebenarnya biaya untuk menyewa seorang babysitter bukanlah murah, tapi Bibi Vee hanyalah wanita tua yang membutuhkan pekerjaan karena tak lagi ada keluarga yang bisa dia tumpangi.
Wanita yang sudah lebih setengah abad itu memutuskan untuk bergabung dengan mereka, tidak meminta gaji tapi hanya hidup bersama dengan Rachel dan menjaga anaknya ketika Rachel bekerja. Dan Rachel hanya akan memberikan makan dan beberapa biaya kecil untuk Bibi Vee yang juga tak mau banyak meminta apapun padanya sebab dia diterima di rumah ini saja sudah cukup bagus."Nona, apakah pekerjaan membuatmu lelah? Kau memiliki kantung mata, beberapa hari ini kau tidak tidur dengan baik. Sebaiknya malam ini tidak usah melakukan apapun lagi dan langsung istirahat saja."Ketika kedua anaknya sedang menonton televisi, Bibi Vee mendekatinya sambil membawa segelas jus. Rachel tersenyum menerimanya lalu menghela napas dan menggeleng."Pekerjaan semakin semakin sibuk sudah mendekati akhir tahun. Di toko roti itu, aku harus memasak banyak sekali roti pesanan tahun baru dari orang-orang makanya aku dan beberapa pekerjanya harus bekerja lebih ekstra. Bukan masalah besar, aku hanya perlu lebih banyak tenaga saja." Rachel berkata seraya meminum jus itu. "Besok aku akan berangkat subuh, karena aku harus masuk dulu ke toko roti selama 2 jam di pagi hari lalu kuliah menjelang siang. Sebentar lagi aku akan lulus, aku tidak akan menyia-nyiakan waktu. Aku akan lulus kuliah strata dua selama kurang lebih 5 tahun dan itu sepertinya cukup untukku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nanti. Setelah aku lulus, kita akan pindah ke kota dan aku akan mencari pekerjaan di beberapa perusahaan."Bibi Vee terenyuh melihat semangat Rachel, padahal wanita ini masih terlalu muda dan juga seorang ibu tunggal. Pasti berat baginya untuk menjalani semua itu terlebih lagi tidak didampingi oleh suami dan harus memberikan kasih sayang untuk kedua anaknya. Rachel saja terlihat seperti kekurangan kasih sayang dan dia butuh seseorang untuk bersandar mendengarkan keluh kesahnya, hanya saja semua itu tidak pernah dia dapatkan."Nona tidak ada niatan untuk menikah? Bukankah pastinya ada pria yang akan menikah dengan Nona? Nona dan dia hanya perlu saling terbuka saja, tentang keberadaan dua Tuan Kecil," ucap Bibi Vee hati-hati. "Kalau Nona menikah lagi, pasti tidak akan sesulit sekarang untuk bisa mendapatkan kasih sayang dan tempat berlindung."Menikah? Seorang pria? Rachel menghela napasnya dan menggeleng tanpa berpikir. Bagaimana bisa dia menikah sementara tragedi lima tahun lalu saja membuatnya menderita seperti ini. Dia belum bisa melupakan hal itu dan juga kembali berpikir kalau semua pria pasti tidak punya tanggung jawab besar seperti yang dilakukan oleh Hillen Stepson.Bukannya mencari keberadaannya, Hillen sampai saat ini malah tidak ada kabarnya sama sekali. Walau melalui desas-desus, Rachel cara mendengar kalau pria itu sudah menjadi seorang presiden direktur di perusahaan Stepson Group, hanya saja kenapa dia tidak bisa datang kemari dengan kekuasaannya yang besar itu?Bukan aneh-aneh jawabannya, hanya satu hal. Rachel tak berharga di mata Hillen, Rachel tahu itu. Makanya, Hillen mana mungkin akan mencari atau mendatanginya."Sudah cukup sekali pria melakukan hal yang membuatku sakit, Bi. Kalau aku mencari pria lain dan mencoba untuk menikah, aku yakin pasti kehidupan menderita selanjutnya akan kualami. Bukan hanya aku, anak-anakku juga pasti akan mengalaminya. Itu bukanlah sebuah hal yang bagus," gumamnya lalu menghela napas dan menatap Raysan dan Raysen yang terlihat duduk dengan akur. "Mereka sudah cukup bahagianya dengan aku yang menjaganya, mereka tidak butuh seorang ayah karena aku juga tidak pernah memperkenalkan tentang seorang ayah pada mereka. Mungkin kalaupun nanti mereka tahu dan belajar dari teman-temannya saat mereka sudah aku daftarkan ke dalam pusat pembelajaran, aku hanya perlu memberikan penjelasan walaupun aku tidak yakin apakah mereka bisa menerimanya atau tidak. Untuk saat ini, aku sama sekali tidak ada niatan untuk menikah apalagi mencarikan Ayah untuk mereka. Tidak akan ada yang laki-laki yang mau menerima aku sebab aku membawa dua orang anak kembar hasil kehamilan diluar pernikahan."Bibi Vee terdiam, dia tahu walaupun ini negara Eropa tapi tetap saja bagi seorang wanita jika dia ingin menikah dan dia membawa anak dengan statusnya yang lajang, itu tetap dianggap sebagai sebuah hal yang memalukan. Terlebih lagi bagi kalangan orang susah seperti mereka, Rachel bisa dianggap memiliki hubungan gelap bersama pria-pria kaya, atau malah menjadi wanita penghibur.Disini saja kadang Rachel mendapatkan tatapan aneh dari tetangganya walaupun mereka memang tidak ada mengatakan apa-apa tapi jika ketahuan dia pernah menjadi anggota keluarga besar, maka dia pasti akan menjadi aib dan keluarga itu pasti akan malu.Rachel tidak memikirkan dirinya tapi malah memikirkan keluarga Stepson yang sudah merawat dan membesarkannya sampai sebesar ini, meskipun terputus lima tahun lalu tapi Rachel tetap menerima uang jajan dari kakeknya setiap bulan. Hanya saja, pria itu bertambah tua dan tidak lagi sekuat dulu jadi tidak pernah datang ke sini sebab membutuhkan perjalanan kurang lebih 3 jam.Alasan Rachel kenapa tidak juga ketahuan oleh keluarga itu sudah memiliki dua anak adalah karena dia juga tidak pernah ditemui secara langsung oleh orang-orang dari keluarga Stepson, dia hanya seorang wanita yang sudah berkata akan mandiri dan kakeknya menyetujui hal itu."Bibi ... Akhir pekan nanti sudah mendekati tahun baru. Biasanya aku akan mendapatkan kelipatan gaji jika sudah bekerja semakin sibuk seperti ini jadi aku berniat untuk mengajak kalian untuk membeli pakaian baru. Teman satu pekerjaan denganku bilang, ada tempat yang bagus dan murah untuk membeli pakaian. Nanti setelah pulang bekerja kurang lebih sore hari, kita akan ke sana, ya? Jadi, sebelum aku pulang Bibi menyiapkan Raysan dan Raysen, agar tidak membuang waktu karena katanya jika semakin malam maka semakin ramai. Kita akan memakai masker agar tidak ketahuan jika seandainya ada yang mengenalku sebagai cucu angkat keluarga Stepson. Aku tidak yakin akan dikenali atau tidak tapi aku lumayan sering ikut dengan kakek menemui beberapa rekan bisnis. Jadi, kita pakai masker untuk antisipasi." Rachel berkata, sengaja mengalihkan pembicaraan karena malas untuk memikirkan hal yang membuatnya sedih."Baiklah, Bibi juga akan mengambil sedikit uang dari celengan. Untuk sekedar mencukupi uang yang akan Nona gunakan untuk membeli pakaian. Sebaiknya, beli pakaian untuk Nona, Nak Raysan dan Raysen saja. Kalau pakaian Bibi, masih banyak yang bagus jadi tidak perlu membelikan untuk Bibi juga. Bibi akan pakai pakaian lama," ujarnya seraya tersenyum membuat Rachel balas tersenyum.Bibi Vee sangat baik dalam urusan apapun padanya, membuat Rachel seringkali diam-diam bermimpi memiliki ibu seperti wanita ini. Seandainya saja, dia punya ibu. Pasti kehidupannya tidak akan seberat ini, bukan?"Sama sekali saya tidak menemukan jejak wanita itu dalam lima tahun terakhir, Tuan. Sementara Nona Rachel juga tidak ada yang aneh darinya. Dia hanya berkuliah sambil bekerja paruh waktu di toko roti. Tuan Besar Stepson memberikan sebuah rumah dengan pagar dan tidak begitu besar untuknya. Saya pernah meminta agar anak buah mengawasi rumah itu dan tidak pernah terjadi hal yang aneh disana."Hillen berdiri membelakangi Vicky dan menatap pemandangan kota yang bisa dilihat dari jendela gedung perusahaannya. Wajahnya yang tampan itu terlihat datar, guratan tegas terlihat disana menyertai tubuhnya yang tinggi tegap. Vicky sendiri menyadari kalau aura majikannya ini semakin berubah pekat setelah tragedi malam itu. Dia bukan lagi seorang pria yang bisa diajak berbasa-basi, terlebih lagi setelah semua tanggung jawab dan beban perusahaan menjadi urusan dan juga hal yang harus dia pikul. Sebagai seorang pria kaya raya, Putra sah dari keluarga Stepson, Hillen termasuk seorang pria yang sangat jau
"Mommy sudah pulang!""Yeay! Mommy benar-benar pulang sangat cepat! Apakah kita jadi pergi ke mall? Mommy mengatakan kita akan membeli pakaian untuk tahun baru, apakah jadi perginya, Mommy?"Raysan dan Raysen menyerbunya dan mengikutinya masuk ke dalam rumah setelah dia pulang bekerja. Kedua Putra kembarnya yang tampan dan mewarisi gen ayahnya itu terlihat begitu antusias berceloteh. Membuat Rachel melepaskan tas yang disandangnya lalu berjongkok dan mendapatkan ciuman di masing-masing pipinya dari dua putranya itu."Tentu saja jadi! Mommy sudah berjanji jadi tidak mungkin Mommy akan mengingkarinya. Kita akan pergi ke mall untuk membeli pakaian dan ini adalah pertama kalinya untuk Raysan dan Raysen, bukan?" ujarnya lembut membuat kedua pria kecil berwajah kembar itu mengangguk-angguk."Ini pertama kalinya, Mom! Raysen benar-benar tidak sabar dan ingin segera datang ke sana. Selama ini kami hanya di rumah dan kalaupun bermain hanya di halaman rumah bersama dengan Nenek. Karena Nenek men
Suasana terasa membeku begitu Hillen dan Rachel bersitatap di dalam ruangan itu. Keduanya menatap wajah satu sama lain dengan tatapan kaget, bahkan tatapan Hillen yang terlihat menegang dan tangan mengepal erat. Dia masih tercengang karena melihat wajah kedua anak kembar yang sudah kembali merunduk ke dalam leher ibunya."Nona ... Anda ... Tuan ..." Vicky bahkan kehilangan kata-katanya melihat itu, tapi Hillen seperti tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Ketiganya sempat membeku saat itu, tapi berbeda dengan Rachel, dia terlihat menunduk setelah tersadar, dipeluknya tubuh anaknya dengan erat lalu membungkuk."Maaf, Tuan. Silakan, anak saya sudah selesai menggunakan kamar mandi ini." Dengan sopan Rachel berkata, walaupun dia akhirnya mengutuk kebodohannya.Bagaimana bisa dia mengatakan kata-kata itu? Sebagai seorang pria yang cerdas, Hillen pasti bisa menemukan sebuah kejanggalan dan kebenaran dari ucapannya. Tetapi dia tidak bisa lama-lama di sini, dia harus segera pergi atau nanti
"Pergilah, bawa masuk pakaian yang sudah Mommy belikan pada kalian. Sekarang pergi ke kamar, jangan keluar kecuali Mommy panggil, oke?"Raysan dan Raysen mengangguk sebelum akhirnya membawa paper bag berisi pakaian mereka, masuk ke dalam kamar dengan bahagia dan antusias. Rachel merasa senang karena anak-anaknya tidak ada bertanya sama sekali kenapa dia harus melakukan itu. Sementara setelahnya, Rachel langsung duduk di sofa dan diam dengan wajahnya yang kaku. Bibi Vee tahu pasti ada sesuatu yang sudah terjadi makanya tadi Rachel sengaja mengajak mereka pulang lebih cepat dan bahkan berlari-lari menggunakan jalan tikus sampai hampir tersesat.Dia pergi ke dapur lalu membuat teh sebelum membawanya ke depan dan duduk di hadapan Rachel yang sedang berusaha menghilangkan kekhawatiran di wajahnya. "Nona ... apakah ada sesuatu yang baru terjadi? Kenapa Anda seperti mengalami sesuatu yang berat dan mengkhawatirkan?" tanyanya sopan membuat Rachel menggeleng.Selama beberapa tahun ini Rachel
Rachel belum berani menuju ke arah pintu mendengar suara ketukan itu. Dia takut itu adalah Hillen, bagaimana dia akan menyembunyikan diri? Bagaimana dia akan menyembunyikan anak-anaknya? Hillen Stepson adalah pria yang kejam, dia sudah pasti akan tiba di sini dan melakukan semuanya, mungkin untuk membalaskan rasa kesal atau tidak sukanya karena Rachel diam-diam sudah berani melahirkan anaknya. Pertemuan mereka saat di mall tadi pasti membuat Hillen curiga dengan anak-anak yang di bawanya, bukan? Hillen adalah seorang pria cerdas dan segala macam pemikirannya pasti sudah sampai di tahap, anak-anak kembar itu pastilah anaknya."Mommy ..."Pintu kamarnya terbuka dan menampilkan putra sulungnya, Raysan, yang berjalan ke arahnya dengan wajah heran karena melihat ibunya yang sedang duduk melamun di atas ranjang."Ada apa, Raysan? Dimana adikmu?" tanya Rachel, berusaha untuk tetap baik-baik saja karena ada anaknya di sini.Raysan naik ke atas tempat tidur ibunya, lalu menatap wajah ibunya i
"Nona, saya sudah mengetuk pintunya dari tadi. Kenapa Nona tidak juga membukanya? Saya panik sekali kalau Nona ternyata tidak menerima saya lagi." Rachel membuang napasnya panjang ketika melihat kalau yang ada di balik pintu adalah Bibi Vee. Suara pintu yang terus diketuk membuatnya memberanikan diri untuk membukanya, dia sudah bersiap dengan apa yang akan dia lihat dan siapa yang akan dia hadapi, tapi ternyata yang datang adalah Bibi Vee dan itu cukup membuatnya lega."Maaf, masuklah, Bi. Sebaiknya mulai sekarang kita jangan terlalu sering keluar, mereka bisa melihat pergerakan kita dan itu bisa membuat mereka curiga." Rachel berkata seraya menarik tangan Bibi Vee masuk dan kembali menutup pintu rumahnya.Bibi Vee tahu kalau Rachel sedang dalam keadaan takut saat ini, bahkan bisa dikatakan ini adalah ketakutan terbesar yang dialami Rachel yang pernah dia lihat selama mereka tinggal bersama. Bibi Vee tak tahu apa sebabnya, tapi dia juga tak mau mencari tahu sebab itu adalah hal yang
Rachel membeku melihat siapa yang ada dihadapannya, dia kaget karena tak menduga kalau yang ada di hadapannya adalah pria yang sudah membuatnya kehilangan kesuciannya lima tahun lalu.Rachel sungguh tidak menduga kalau tamu VIP yang dikatakan oleh majikannya adalah dia. Rachel mengira kalau mungkin orang lain, karena memang biasanya toko roti mereka membuka layanan seperti ini. Beberapa tahun terakhir, ada banyak sekali kejadian bunuh diri di negara ini makanya pemilik toko berinisiatif untuk menyediakan jasa curhat jika seandainya ada yang ingin menyampaikan isi hatinya. Rachel juga beberapa kali mendapatkan job yang sama, hanya saja karena ada karyawan khusus yang akan mengurus itu, dia jarang berada di depan sini untuk melayani pelanggan sebab tugasnya ada di bagian dapur."Rachel Gracilia," ucap Hillen seraya menatapnya dalam. "Kemari."Rachel tak mau menggerakkan kakinya dan hanya diam saja di sana seperti tak mendengar apa-apa. Dia tidak menduga kalau pria ini yang ada di dalam
Rachel merasa lega karena Hillen tak mengganggunya lagi setelah dia meninggalkan pria itu di ruangannya tadi. Hingga sampai semua pekerjaannya selesai dan dia pulang ke flat yang kini sudah menjadi rumahnya, semuanya berjalan lancar seperti tak ada yang terjadi.Rachel merasa lega, tapi kemudian kelegaannya hilang ketika dia melihat seorang pria yang lumayan dikenalinnya sedang turun dari mobil yang berhenti di halaman flatnya tinggal."Nona Rachel, saya diperintahkan untuk mengantarkan bahan-bahan makanan dan kebutuhan ini oleh Tuan Besar. Beliau mengatakan sangat merindukan Nona, hanya saja kesehatannya menurun makanya beliau tidak bisa datang."Rachel kehilangan kata-kata karena pria itu menggunakan nama Tuan Besar Stepson dihadapannya, yang dimana itu adalah kakek angkatnya dan pria yang paling menyayanginya setelah kedua orangtuanya meninggal. Namun, bukankah pria ini adalah asistennya Hillen? Sejak kapan kakeknya kekurangan asisten hingga meminta asisten pria itu untuk mengantar