แชร์

Bertemu Lagi

ผู้เขียน: Aldra_12
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-06-22 11:41:06

Evan pergi ke Queen Hotel untuk kembali bertemu dengan resepsionis yang semalam memberinya kunci kamar lain, sehingga dia terjebak dan akhirnya tidur dengan wanita yang tidak dikenalnya.

“Aku ingin bertemu dengan staff yang berjaga di sini tadi malam,” kata Evan ke staff yang berjaga di bagian penerima tamu.

Staff itu malah terlihat bingung, menoleh dan terlihat berbisik dengan staff lain, membuat Evan memicingkan mata karena tidak senang dengan sikap resepsionis itu.

“Jika ada masalah, bisakah kamu mengatakan langsung dan jangan berbisik di depan tamu!” bentak Evan yang geram. Dia sudah cukup bersabar menunggu sampai sore agar bisa bertemu staff itu, tapi sekarang malah harus melihat sikap staff lain yang sangat tidak mengenakkan.

Staff itu meminta maaf, kemudian dengan hati-hati bicara. “Maaf atas ketidaknyamanan yang Anda rasakan. Staff yang Anda maksud dan berjaga di sini semalam, tadi pagi ditemukan tewas di rumahnya karena bunuh diri.”

Tentu saja hal itu membuat Evan sangat terkejut. Dia sampai tidak bisa berkata-kata dan menatap staff hotel itu dengan rasa tidak percaya.

“Sebenarnya ini rahasia. Namun, karena Anda semalam merasa mendapatkan perlakuan buruk dan ingin meminta pertanggungjawaban darinya, jadi saya berpikir untuk menceritakan yang terjadi sebenarnya.”

Evan terlihat berpikir, kenapa semua kejadian terasa begitu aneh untuknya. Dijebak agar tidur dengan wanita panggilan, saksi yang mengarahkan dirinya ke kamar itu mati bunuh diri, lalu sekarang apa?

Evan pun akhirnya berterima kasih karena diberi informasi itu. Dia masih tidak menemukan titik terang dari masalahnya. Bahkan dia sudah meminta orang untuk melacak wanita panggilan yang semalam memberinya obat perangsang, tapi ternyata wanita itu juga menghilang.

Evan sudah berupaya meminta pihak hotel untuk membuka rekaman Cctv semalam, tapi karena di sana tidak ada bukti jika terjadi tindak kriminal, membuat pihak hotel menolak memperlihatkan rekaman Cctv di sana, membuat Evan semakin frustasi.

**

“Kamu yakin jika baik-baik saja? Hanya itu yang ingin kamu ceritakan?” tanya Stef saat Renata datang ke rumah dan menceritakan tentang sikap sang paman ke pemuda itu.

Renata memang biasa bercerita ke Stef untuk sedikit meringankan beban pikirannya, tapi kali ini dia tidak menceritakan semuanya, karena malu sudah tidur dengan pria tidak dikenal, membuat Renata menutup rapat rahasia itu untuk dirinya sendiri, selama tidak terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.

“Ya, aku sedikit lega setelah bercerita denganmu,” ucap Renata sambil mengembangkan senyum.

Stef memperhatikan wajah Renata yang sedikit pucat, bahkan tadi siang saat datang juga sudah seperti ini, membuat pemuda itu cemas dengan kondisi Renata.

“Wajahmu terlihat pucat, Re. Apa karena kejadian semalam? Maaf aku sudah membuatmu banyak minum. Andai kamu bilang kalau mau pulang, pasti aku akan mengantarmu,” ujar Stef sambil menggenggam telapak tangan Renata.

Mereka memang sangat dekat, bahkan karena terlalu dekat sehingga banyak teman-teman mereka yang berpikir jika Stef berpacaran dengan Renata.

“Sepertinya aku hanya kurang tidur, Stef. Semalaman kepalaku pusing dan muntah,” kilah Renata agar Stef tidak curiga dengan yang terjadi kepadanya.

Stef melepas genggaman tangannya, lantas menatap Renata lekat dan terus memindai ekspresi wajah gadis itu.

“Setelah ini kamu mau melamar bekerja di mana?” tanya Stef.

“Entahlah. Kamu tahu aku suka musik, mungkin keliling dunia dan bermain musik dengan bebas,” jawab Renata dengan senyum lebar, bahkan membuat kedua matanya menyipit.

Stef tersenyum kecil mendengar jawaban Renata, hingga terlihat jelas di gurat wajahnya jika ada yang ingin diungkapkan tapi tidak bisa diungkapkan.

“Re, aku--” Stef ingin mengatakan sesuatu, tapi terjeda saat melihat Renata menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan.

“Stef, aku harus pulang, atau pamanku akan mengomel sampai malam. Terima kasih karena selalu menjadi pendengar setiaku, aku akan memberimu kabar jika sudah memutuskan mau ke mana,” ucap Renata sambil berdiri dan membetulkan letak tali tas di pundak.

Stef ingin kembali bicara, tapi ditahan karena Renata terlihat terburu-buru. Dia paham jika Renata pasti malas berdebat dengan sang paman jika pulang terlambat.

“Oke, hati-hati di jalan.”

Renata mengangguk, lantas berjalan ke arah gerbang karena mobilnya terparkir di luar gerbang rumah Stef.

Saat Renata berjalan menuju gerbang, mobil milik Evan memasuki gerbang dan pria itu melihat Renata berjalan. Sejenak pandangan Evan tertuju ke Renata, dia ingat jika Renata adalah gadis sama yang datang menemui Stef siang tadi, hingga kali ini Evan bisa melihatnya dengan jelas.

Tepat saat Renata berjalan sejajar dengan mobil Evan, jantung pria itu berdegup dengan cepat, seolah ada sesuatu yang membuatnya gelisah ketika melihat tatapan dan senyum Renata, meski tidak ditunjukkan secara langsung untuknya. Namun, meski begitu Evan terlihat tidak peduli dan terus memacu mobil masuk ke garasi rumah sepupunya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
hadeeeehhh mungkin karna muka nya rena lembab juga biru dia lupa y g ingat hehehe
goodnovel comment avatar
vieta_novie
Evan masih blm inget juga nih ma Renata??
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Anak Kembar Sang Presdir    ~Akhir~

    Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Kasih melahirkan dengan cara cesar. Kini Kasih sudah dipindah ke ruang inap, tapi bayinya masih dalam pemantauan dokter di ruangan khusus perawatan bayi. “Syukurlah semua berjalan dengan lancar,” ucap Liliana penuh kelegaan melihat Kasih baik-baik saja. “Kita akhirnya punya cucu.” Jefrine merangkul istrinya, terlihat tatapan penuh kebahagiaan di mata pria itu. Dean melihat tatapan berbeda dari sang papa ke sang mama. Tatapan yang dianggapnya sudah lenyap sejak bertahun-tahun lamanya. “Kamu sudah menghubungi ibunya Kasih?” tanya Liliana yang ingat ke besannya itu. “Sudah, Ma. Ibu bilang akan datang secepatnya naik kereta, jadi butuh waktu ke sini,” jawab Dean. “Iya ga papa, terpenting kamu sudah mengabarinya,” ujar Liliana. Renata dan Evan senang melihat kebahagiaan Dean. Akhirnya bisa melihat pria itu bisa tersenyum penuh kelegaan dan bahagia. “Kami pulang dulu, kalau nanti Kak Kasih bangun dan tanya, katakan kami akan datang besok,” ujar R

  • Anak Kembar Sang Presdir    Makan Malam Menegangkan

    “Benarkah? Ini berita yang sangat bagus.”Renata begitu senang mendengar Kasih dan Dean akhirnya berbaikan dengan Jefrine.Malam itu Kasih dan Dean mengajak makan malam Evan juga Renata, tentu saja untuk merayakan kebahagiaan keduanya yang kini sudah berbaikan dengan orang tua Dean.“Ya, kami pun tak menyangka. Kupikir bertemu dengan Papa akan membuat kami kembali bertengkar hebat. Namun, siapa sangka jika kemarin malam adalah malam yang benar-benar di luar dugaanku,” ujar Dean menjelaskan.Renata paham maksud Dean, hingga kemudian membalas, “Terkadang kita terlalu takut akan pemikiran kita sendiri. Kita merasa jika orang yang membenci kita, benar-benar akan terus membenci kita selamanya. Tapi siapa sangka jika ketakutan itu tidak benar, nyatanya papamu mau meminta maaf dulu.”“Benar, sama seperti Mama saat dulu tak suka Renata. Tiba-tiba saja datang dan meminta maaf, lalu menerima hubungan kami. Bukankah terkadang kita yang terlalu takut untuk memperbaiki kesalahan, hingga menunggu o

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story

    Dean dan yang lain terkejut saat melihat siapa yang kini berdiri memandang mereka, bahkan Liliana langsung berdiri karena panik.Dean langsung memalingkan wajah, seolah tak sudi melihat pria yang kini berdiri memandang dirinya.Kasih sendiri mengalihkan pandangan ke Dean, melihat suaminya yang terlihat tidak senang dan tidak nyaman.“Kamu sudah pulang. Kupikir kamu akan pulang minggu depan,” ujar Liliana dengan wajah panik.Jefrine—ayah Dean, menatap istrinya yang sudah berdiri dengan sikap kebingungan.“Mumpung kamu di sini, ada yang ingin kubicarakan denganmu,” ujar Jefrine sambil menatap Dean.Kasih langsung memandang suaminya, terlihat jelas jika Dean benar-benar tertekan.Jefrine menunggu Dean bicara, hingga sekilas melirik ke Kasih.“Hanya sebentar,” ucap pria itu kemudian.Dean menghela napas kasar, hingga akhirnya berdiri lantas memandang ke arah Jefrine.“Aku juga merasa perlu menyelesaikan sesuatu denganmu,” ucap Dean yang tak mau bersikap sopan ke pria yang dianggapnya buru

  • Anak Kembar Sang Presdir    Side Story : Kasih-Dean

    Dean akhirnya setuju pergi makan malam ke rumah orang tuanya. Dia dan Kasih kini berada di mobil menuju rumah Liliana.Kasih menoleh Dean, melihat suaminya terlihat serius menyetir. Sebelumnya Dean tidak memberi keputusan apakah mau datang makan malam di rumah orang tuanya, tapi tiba-tiba saja sore ini Dean meminta Kasih bersiap.“De, kamu tidak apa-apa, kan? Kalau memang masih tidak bisa, kita tidak usah datang. Mama juga pasti maklum kalau dijelaskan,” ujar Kasih yang tidak tega memaksa suaminya pulang.Kasih tahu bagaimana suaminya itu berjuang melawan sang papa. Dia sendiri tidak pernah menyalahkan sikap Dean yang membenci ayahnya, semua tak terlepas dari perbuatan ayah Dean di masa lalu, yang membuat Dean memilih membenci sang ayah.Deon menoleh Kasih, melihat istrinya itu terlihat cemas.“Aku tidak apa-apa. Sejak kita menikah, aku juga belum pernah melihat Mama. Ya, aku sadar jika membenci Papa, tapi Mama tidak salah sama sekali, jadi kupikir tidak ada salahnya berkunjung, selam

  • Anak Kembar Sang Presdir    Melayani Renata Bergosip

    “Kamu benar-benar tidak apa, kan? Bagaimana calon bayi kita? Dia tidak kaget, kan?”Dean sangat mencemaskan kondisi Kasih. Bahkan kembali memastikan saat sudah sampai apartemen.“Aku baik-baik saja, De. Serius.” Kasih mencoba meyakinkan jika dirinya baik-baik saja.Dean memandang Kasih. Dia sedih karena sang istri mendapat perlakukan tidak baik berulang kali.“Apa kita pindah saja. Kita ke tempat Ibu saja,” ujar Dean. Dia tidak bisa terus menerus panik karena istrinya beberapa kali hampir celaka.Kasih terkejut mendengar ucapan Dean. Jarak rumah ibu Kasih dan kota tempat mereka tinggal cukup jauh. Kasih tidak tega jika Dean harus bolak-balik menempuh jarak yang jauh.“Tidak apa, De. Aku janji akan hati-hati lagi. Lagian aku kalau pergi pasti bersama Renata, jadi ada yang melindungiku. Tadi saja memang mengalami kejadian tak terduga, tapi serius aku baik-baik saja,” balas Kasih mencoba meyakinkan.Dean menatap sendu. Dia sibuk bekerja sampai tidak bisa menemani istrinya pergi atau seka

  • Anak Kembar Sang Presdir    Balasan untuk Kanaya

    Dean berjalan cepat menuju ke ruang guru begitu sampai di sekolah Dhira dan Dharu. Renata memang menghubungi Dean, agar pria itu bisa melindungi Kasih, serta tahu apa yang dilakukan Kanaya ke Kasih.Dean masuk ke ruang guru, lantas secepat kilat menghampiri Kasih yang duduk dengan ekspresi wajah terkejut menatapnya.“Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka?” tanya Dean yang sangat panik. Dia mengecek tubuh sang istri apakah ada luka.“Aku baik-baik saja, De.” Kasih mencoba menenangkan istrinya.Kanaya terkejut melihat Dean di sana. Dia tidak pernah tahu jika Dean menikah dengan Kasih, karena pernikahan keduanya dilakukan secara tertutup dan hanya orang tertentu saja yang diundang.Renata melihat wajah panik Kanaya, lantas memberi isyarat ke Dean untuk menoleh ke pelaku yang mencoba menabrak Kasih.Dean menoleh ke Kanaya, tatapan tidak senang tersirat jelas dari sorot mata pria itu saat melihat Kanaya.Hingga beberapa saat kemudian, seorang pria masuk ke ruang guru, membuat semua ora

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status