Home / Romansa / Anak Kembarku dengan Kakak Ipar / Bab VI. Kehilangan Kesadaran

Share

Bab VI. Kehilangan Kesadaran

Author: yuiiii
last update Last Updated: 2023-07-06 19:29:49

Arisha merasa kepalanya sedikit pusing. Namun, ia tidak mau lagi mengecewakan kedua anaknya yang sudah ia janjikan untuk makan malam di luar malam ini. Ia berdiri di depan wastafel ruang kerjanya, melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin dan bisa ia lihat betapa pucat wajahnya.

Untuk menutupi hal itu, Arisha mengambil beberapa alat rias di sebuah tas kecil miliknya. Ia memilih menutup wajah pucatnya itu dengan riasan yang sedikit lebih tebal dari biasanya agar bisa menutupi betapa pucat wajahnya. Terakhir, Arisha memoleskan sebuah lipstik berwarna merah bata di bibirnya.

“Momi!” Arisha terperanjat saat mendengar suara anak perempuannya yang memanggilnya cukup kencang dari ruang kerjanya. Untung saja, lipstiknya itu tidak mencoret bagian wajah yang lain selain bibirnya.

“Iya, sebentar, Sayang,” balas Arisha sambil membereskan semua alat riasnya kembali.

“Ih, Mama lama banget. Tya udah laper!” keluh Tya yang terlihat cemberut.

“Mama dandan dulu? Mama ‘kan udah cantik walaupun gak dandan,” imbuh Tara saat melihat riasan wajah sang ibu terlihat lebih mencolok dari biasanya.

“Dikit doang kok, Sayang,” balas Arisha yang kini sudah tampak siap untuk berangkat. “Udah yuk, katanya laper? Mama udah pesen taksi, katanya udah deket,” imbuh Arisha mengalihkan pembicaraan.

Arisha menggandeng tangan kedua anaknya di sisi kanan dan diri. Rasa pusing di kepalanya masih terasa tetapi ia coba untuk menahannya. Ia harus kuat, hanya untuk malam ini saja karena ia benar-benar tidak mau membuat kedua anaknya kembali kecewa untuk kedua kalinya.

“Tapi Momi emang cantik kok walaupun gak dandan,” ujar Tya yang semangat berjalan dengan tangan yang memegang kuat pada sang ibu.

“Iya Sayang, makasih ya. Tya ‘kan anak Mama, jadi Tya pasti lebih cantik dari Mama,” balas Arisha lembut.

“Iya cantik, kayak Mama,” balas Tara singkat.

Arisha hanya tertawa kecil mendengar obrolan kedua anaknya yang terdengar menggemaskan. Sebuah hal yang paling Arisha sukai saat bisa menghabiskan waktu bersama keduanya. Ia berharap suasana menyenangkan seperti ini selalu terjadi dengannya dan kedua anak kembarnya.

***

Tara dan Tya memakan makanan mereka dengan begitu lahap. Arisha memperhatikan kedua anaknya yang memakan makanan mereka seraya bercanda ria, hatinya selalu menghangat dibuatnya. Selalu seperti itu saat Arisha bersama keduanya. Kedua anak kembarnya itu menjadi self healing terbaik untuk Arisha saat Arisha lelah oleh hirup pikuk pekerjaan atau masalah lainnya.

“Mama gak makan?” tanya Tara saat melihat Arisha yang hanya tersenyum menatap keduanya.

“Mama seneng liat kalian makan, sampe lupa kalau Mama juga harus makan,” jawab Arisha tersenyum.

“Momi liatin kitanya sambil makan!” seru Tya mengambil sesendok makanannya lalu menyodorkannya pada Arisha.

Arisha kembali tersenyum, dengan senang ia membuka mulutnya menerima satu suapan dari anak gadisnya itu. Tak mau kalah, Tara juga mengambil sesendok makanan miliknya lalu menyodorkannya pada Arisha. “Ini punya Tara juga, Mah,” ujar Tara.

Dengan mulut yang penuh karena baru saja menerima suapan dari Tya, Arisha tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Tangannya mengangkat lalu menunjuk mulutnya sendiri seakan memberi isyarat kalau mulutnya masih penuh. Setelah ia selesai mengunyah, Arisha kembali membuka mulutnya menerima suapan dari Tara.

“Udah ya, kalian lanjut makan makanan kalian. Biar Mama makan makanan punya Mama sendiri,” ujar Arisha membuat Tara dan Tya yang tadinya berniat menyuapinya lagi kini mengurungkan niat mereka.

Senyum Arisha samar-samar memudar. Rasa mual, juga sakit dan pusing di kepalanya kini mulai terasa lebih dari sebelumnya. Arisha menghentikan makannya, ia memijat kepalanya sesaat berharap rasa sakit itu segera hilang.

Si kembar masih tidak begitu menyadari kalau Arisha sedang menahan sakit di kepalanya. Mereka masih melahap makanannya sambil bercanda ria membicarakan hal-hal konyol yang mereka lalui saat di taman kanak-kanak tadi siang. Hingga akhirnya Tara dan Tya terkejut saat suara gebrakan kursi yang jatuh disertai Arisha yang tidak sadarkan diri menghantam lantai.

“MAMA!” seru Tara dan Tya bersamaan.

Mereka segera melepas genggaman mereka terhadap alat makan yang mereka pegang. Setelah itu, Tara dan Tya segera turun dari kursi mereka dan menghampiri sang ibu yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Teriakan mereka sebelumnya cukup bisa membuat para pengunjung restoran yang tidak begitu banyak itu memperhatikan mereka.

“Mah! Mama kenapa, Mah!?” tanya Tya yang mulai menangis. Sementara Tara tampak cemas, ia hanya bisa celingak-celinguk berharap ada orang yang mau membantu mereka.

Salah satu pelayan restoran datang menghampiri mereka dan menanyakan bagaimana kondisi ibunya bisa sampai seperti ini.Tentu saja kedua anak kembar berusia empat tahun itu sama sekali tidak tau dan tidak mengerti. Karena sebelumnya sang ibu terlihat baik-baik saja.

Pelayan restoran itu sendiri bingung harus bagaimana menanganinya. Sementara Tya dan Tara hanya bisa menangis sambil berusaha membangunkan Arisha. Tidak ada pengunjung lain yang memedulikan tangisan si kembar, mereka hanya menonton adegan itu.

“Tunggu ya, kalian jangan nangis. Saya telepon ambulans,” ujar sang pelayan yang segera bergegas pergi.

Belum sempat pelayan itu mencapai telepon yang ada di meja kasir, ia menghentikan langkahnya saat hampir saja ia menabrak seorang pria jangkung yang baru saja masuk ke dalam restoran tersebut. Seorang pria dengan pakaian yang rapi menatap datar ke arah pelayan tersebut membuat sang pelayan menunduk dan meminta maaf. Namun, laki-laki itu mengalihkan pandangannya ada sumber suara di mana ia mendengar dua anak kecil yang sedang menangis memanggil ibunya.

“Ada apa?” tanya laki-laki itu sang pelayan.

“Seorang wanita muda tiba-tiba tidak sadarkan diri, Pak,” jawab pelayan itu dengan raut wajah cemas.

“Kenapa?”

“Saya kurang tau, Pak. Kedua anak kecil yang sepertinya anaknya juga hanya bisa menangis memanggil mamanya. Saya berniat untuk menelepon ambulans,” jelas sang pelayan.

Laki-laki itu segera menghampiri Arisha diikuti dengan seorang laki-laki lainnya di belakangnya. Dahinya mengkerut saat melihat samar siapa wanita yang tengah tak sadarkan diri itu. Langkahnya semakin cepat mendekat, matanya membelalak.

“Arisha?” gumamnya pelan sambil semakin mendekatkan diri kepada Arisha dan kedua anaknya.

“Mama, bangun, Mah!” seru Tya sambil menangis.

“Ma ... ma?” ulang laki-laki itu semakin dibuat terkejut. “Ini mama kalian?” tanyanya tidak percaya.

“Om, bantu Mama, Om!” mohon Tara sambil menangis memegang tangan laki-laki itu.

Laki-laki segera menganggukkan kepalanya lalu berbalik menatap laki-laki yang sedari tadi membuntutinya. “Cepat siapkan mobil, Haerul. Dan bilang pada pelayan untuk tidak usah memanggil ambulans!” tegasnya pada sang asisten.

“Baik, Pak Ilham. Saya akan tunggu tepat di depan pintu keluar restoran. Apa Anda perlu saya untuk bantu mengangkatnya juga?” tanya Haerul.

Ilham menggelengkan kepalanya. “Hanya mobil, Haerul. Cepat!” seru Ilham membuat Haerul segera bergegas.

Ilham segera menggendong Arisha dalam pelukannya, satu tangan di bawah kakinya dan tangan lainnya menopang punggungnya. Ilham segera bergegas berjalan ke arah pintu keluar restoran dan menghampiri mobil miliknya yang sudah disiapkan berada tepat di depan pintu restoran tersebut dengan si kembar yang tentu saja mengikutinya di belakang sambil menangis. Ada perasaan marah saat melihat beberapa pengunjung yang hanya bisa terdiam menjadikan Arisha dan kedua anak kembarnya yang menangis menjadi tontonan semata dan bukannya membantunya.

Dan lagi, ia tidak mengira kalau ia akan bertemu dengan Arisha kembali setelah bertahun-tahun dirinya menghilang. Ilham menatap lagi ke arah si kembar, melihat kedua anak kembar yang menangis itu, Ilham jadi menduga-duga. Apakah mereka adalah darah dagingnya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXX. Lama-lama Nyaman

    Ketukan di pintu membuat Arisha tersadar dari keterkejutannya karena tawaran dari Ilham sebelumnya. Arisha menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu ia bangkit dari duduknya. “Masuk,” ujar Arisha.Ilham tampak merasa sedikit kecewa karena momen ia menyatakan tawarannya terganggu. Namun, wajahnya berubah saat ia melihat Tara dan juga Tya masuk ke dalam ruangan dengan antusias. Seketika Ilham tersenyum senang saat melihat sepasang anak kembar tersebut.“Mama!” seru Tya berlari kecil menghampiri Arisha.“Mama, tangannya jadi dibuntel,” ujar Tara tampak sedih melihat tangan Arisha yang terbalut perban.Arisha mencoba untuk tersenyum. Tangan satunya ia gunakan untuk mengelus lembut puncak kepala Tara. “Gak akan lama, kok. Nanti juga tangan Mama sembuh, Tara sama Tya doain Mama, ya?” balas Arisha.Tya yang mendengar itu segera merangkul tangan Ilham. “Papa, temenin kita ya buat jagain Mama,” pinta Tya pada Ilham membuat Ilham dan Arisha saling beradu pandang.“Kalian ini, ‘kan ada Tante Bun

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXIX. Menikah?

    “Saya denger dari Tara, waktu malam hari kamu terlihat kesal dan gelisah, Arisha. Jawab saya dengan jujur untuk kali ini, apa ada sesuatu yang mengganggu? Apa ada yang mengancam kamu dengan sesuatu?”Arisha terbatuk lalu dengan cepat Ilham menyuguhkan segelas air mineral. Setelah meminumnya, Arisha terdiam saat ia kembali mengingat kalau dirinya tidak diperbolehkan untuk dekat-dekat dengan Ilham. Benar, kenapa ia malah sangat dekat dengan Ilham sekarang? Pikir Arisha.“Mas, lebih baik kamu pergi. Jangan dekat-dekat sama aku dan kedua anak aku,” tegas Arisha yang tampak serius menatap Ilham.Ilham sedikit keheranan saat tiba-tiba Arisha berubah. Ia semakin curiga kalau Arisha mendapatkan sebuah teror yang mengancam bila berdekatan dengannya. Terlebih Ilham menyadari kalau Arisha sebenarnya tidak masalah dengan kehadirannya.“Arisha, jujur, apa ada seseorang yang meneror kamu? Jangan pendam hal tersebut sendirian. Terlebih kalau hal-hal buruk itu berhubungan dengan saya,” kata Ilham yan

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXVIII. Ciuman yang Lancang

    Derung motor yang terdengar kencang pun melewat dengan cepat. Arisha tidak sempat untuk melangkah mundurkan kakinya membuat tangan kirinya sempat terkena senggolan motor berkecepatan tinggi yang sepertinya sang pengemudi sengaja melakukan hal tersebut. Teriakan kedua anak kembar Arisha bisa Arisha dengar dengan jelas saat dirinya terjatuh dengan rasa nyeri di bagian tangan.“Mama!”Arisha tampak meringis kesakitan. Tangannya bergetar entah karena rasa sakit atau terkejut. Tara dan Tya segera menghampiri sang ibunda dengan tangis yang mulai mereka ekspresikan. Beberapa orang yang melihat kejadian itu pun segera menghampiri Arisha untuk membantu.Arisha dibantu untuk berdiri dan berjalan ke sisi jalan. Tara dan Tya masih menangis karena terkejut dengan apa yang terjadi pada sang ibunda. Mereka duduk di sebuah kursi kayu yang ada di sebuah kios warung kecil yang berada di sisi jalan.“Arisha,” panggil seorang laki-laki membuat Arisha menengadahkan kepalanya.“Papa,” rengek Tara dan Tya b

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXVII. Masih Permulaan

    Bunga kini menatap Arisha penuh tanya. Ia juga tidak begitu mengerti dengan apa yang ia baca pada secarik kertas yang ia pegang. Ia segera mendudukan diri di kursi yang berada di seberang meja kerja Arisha.“Mbak, ini maksudnya apa? Ilham siapa?” tanya Bunga sambil menggenggam tangan Arisha yang berada di atas meja.Bunga bisa melihat dengan jelas kalau Arisha sepertinya sedang merasa terguncang atas apa yang baru saja ia lihat. Sebuah buket bunga yang indah tetapi terdapat sesuatu yang mengancam di dalamnya. Siang itu, Arisha lagi dan lagi dibuat merasa terserang rasa panik karena ancaman-ancaman yang berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, ada sebuah keyakinan pada hati Arisha bila hal ini berhubungan dengan Ilham, dalang di balik semua ancaman yang ia terima selama ini kemungkinan besar adalah Kian, kakak tirinya.Arisha menggigit bibir bawahnya sambil menatap Bunga yang ada di depannya. Ia ingin menceritakan apa yang akhir-akhir ini ia alami. Namun, ada sedik

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXVI. Tubuh yang Bergetar

    Siang itu, Ilham dan Arisha masih duduk berhadapan ditemani lagu pop yang diputar di kedai yang masih menjadi tempat Ilham dan Arisha tempati. Raut wajah Ilham tampak berkerut saat ini, rahangnya pun mulai menegas menatap tajam Arisha yang berada di hadapannya. Ia merasa apa yang Arisha katakan padanya adalah sebuah hal yang membuat ia semakin curiga jika Tara dan Tya adalah kedua anaknya.“Kenapa?” tanya Ilham terdengar dingin membuat Arisha menggigit bibir bawahnya saat menyadari hal tersebut.“Apa Tara dan Tya memang benar anak kandung saya?” imbuh Ilham membuat Arisha membelalakan matanya lalu menggeleng dengan cepat.“Tentu, bukan. Bukan, mereka bukan anak Anda,” balas Arisha dengan cepat dan terdengar gugup.“Apa kamu berani kalau saya meminta test DNA?” tanya Ilham menantang membuat Arisha merasa gelisah dibuatnya.“Jangan bicara sembarangan ya, Pak. Saya cuma minta Anda untuk tidak mengganggu kehidupan saya dan kedua anak saya. Tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda kataka

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXV. Merasa Terancam dari Biasanya

    Arisha terduduk, tangannya yang berada di atas meja saling menggenggam. Malam itu, langit malam yang gelap terasa kelam. Arisha memperhatikan bintang-bintang yang terlihat jarang di langit lewat kaca jendela besar tak bertirai di depannya.Ia sedang merasa resah, cemas, gelisah saat mengingat pertemuannya tadi dengan Roseline. Arisha tau betul siapa wanita itu. Seorang ibu dari Ilham, ayah kandung kedua anak kembarnya.Arisha takut, ia berpikir keras bagaimana bisa kedua anaknya bertemu dengan Roseline setelah sebelumnya bertemu dengan Ilham? Arisha sendiri sudah yakin kalau kota tempat ia tinggal kali ini aman dari mereka. Tapi apa yang ia dapat? Setelah Arisha pindah ke kota ini, ia malah bertemu ayah dan nenek dari kedua anaknya.Arisha mengembuskan napasnya dengan berat. Piyama putih dengan corak beruang membuat ia lebih terlihat seperti gadis muda daripada ibu muda. Namun, semua dipatahkan saat salah satu anaknya datang menghampirinya lalu memeluknya dengan manja.Arisha sedikit

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXIV. Pembicaraan Serius

    Roseline, wanita paruh baya itu tampak antusias saat mendengar apa yang sang pelayan katakan padanya. Sebuah surat yang dikirimkan sekaligus bunga mawar merah yang indah untuknya. Tanpa Roseline sadari, suaminya tersenyum seraya memperhatikan respon sang istri yang tampak sangat senang.“Tolong kamu simpan suratnya ya, dan bunganya biar gak layu masukin ke vas,” peintah Roseline masih dengan senyumnya.Pelayannya tentu menganggukan kepalanya menandakan ia paham dan segera berlalu pergi. Senyum Roseline masih tersisa di wajahnya menunjukan betapa senangnya ia pada malam itu. Haerul dan Ilham beradu pandang, mereka tidak begitu mengerti dengan situasi yang ada.“Senang?” Suara bariton ayah Ilham terdengar bertanya pada istrinya.Roseline seketika mengangguk sambil menyuapkan satu sendok makanannya ke mulutnya. Ia seakan lupa dengan hal lain karena kiriman bunga mawar tersebut. Namun, baru beberapa kali ia mengunyah makanannya, Roseline seakan tersadar sesuatu. Ia berhenti dari aktivitas

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXIII. Mawar

    “Lagi mikirin apa nih, Bos Besar?”Ilham menoleh sekilas pada asisten pribadinya itu, Haerul. Bukan pulang ke apartemen miliknya sendiri, apartemen tempat Haerul tinggal kini menjadi sebuah tempat Ilham untuk berpikir sore itu setelah pulang dari kantornya.Kemeja biru langit yang Ilham kenakan kini kancing bagian atasnya sudah ia buka akibat gerah. Rambut hitam yang biasa ia tata rapi kini sudah sedikit berantakan.“Coba cari tau siapa pemilik Renjana katering,” gumam Ilham, ia duduk menghadap jendela yang memperlihatkan langit senja yang menaungi kota di bawahnya.Haerul yang sedang bebaring bersantai di atas sofa kini mengerutkan dahinya saat mendengar apa yang bos sekaligus sahabatnya itu katakan. “Maksudnya? Katering yang kita sewa jasanya itu?” tanya Haerul memastikan.“Harus saya jelasin secara detail katering yang mana?” balas Ilham dengan malas.Haerul tersenyum canggung mendengar balasan dari Ilham yang terdengar satir. Ia cukup ngeri dengan nada bicara sang bos yang sudah t

  • Anak Kembarku dengan Kakak Ipar   Bab XXII. Oma Roseline itu Siapa?

    Mata Tara memicing tajam menatap seorang wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapannya dan Tya. Siang itu, Tara dan Tya dibuat menunggu oleh sang ibunda karena Arisha tak kunjung tampak untu menjemput keduanya. Namun, rasa waspada kembali Tara aktifkan saat seorang wanita paruh baya yang sebelumnya pernah bertemu mereka kini muncul kembali.“Ini Oma yang waktu itu ya?” tanya Tya yang berada di belakang Tara.Wanita itu mengangguk senang ketika anak gadis itu masih mengenalinya. “Iya, ini Tya sama Tara, ‘kan?” balas wanita itu. Tya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.“Wah, kalian apa kabar? Lagi nunggu jemputan ya? Nunggunya di sini yuk, sambil duduk,” ajak wanita itu berjalan ke arah sebuah bangku yang ada di halaman taman kanak-kanak tersebut.Tanpa banyak berpikir, Tya mengikuti wanita paruh baya itu untuk duduk di sampingnya. Sementara Tara, ia membelalakan matanya ketika Tya dengan santainya meninggalkannya. Dengan sigap, Tara mengikuti langkah kecil sang adik.“Siapa yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status