Share

Anak Lain Dari Suamiku
Anak Lain Dari Suamiku
Author: Maey Angel

bab

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2025-04-26 14:41:01

“Aku izin menikah lagi, Dek,” ucap Arya.

Rahayu yang sedang melipat pakaian itu kaget, menatap suaminya tak percaya.

“Coba katakan sekali lagi, Mas.” Dengan manahan debaran emosi dalam jiwanya, Rahayu menatap suaminya yang menunduk saat mengatakan itu.

“Aku khilaf, Paramita hamil dan aku diminta menikahinya.”

Plak!

Untuk pertama kalinya Rahayu sangat kecewa dengan lelaki itu. Lelaki yang selama ini dia anggap berwibawa dan baik, bahkan sampai mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya. Dia sampai berdiri dan menendang meja yang tadinya dipenuhi tumpukan lipatan baju sampai baju itu berserakan lagi.

“Katakan sekali lagi, Mas!” raung Rahayu dengan napas yang bergetar.

“Dek, aku terpaksa. Paramita hamil, dia bahkan sudah melahirkan anak kami dan … dia menagih janji aku menikahinya jika anak itu lahir. Jika tidak, dia akan membu-angnya kalau aku tak bertanggung jawab. Maafkan aku, Dek.”

“Ya Allah, Gusti.”

Dengan memegangi dadanya yang naik turun, Rahayu merasa dunianya runtuh. Untuk yang kedua kalinya, dia merasa pernikahannya tidak akan baik baik saja. Dia oleng dan akhirnya duduk dengan kasar di kursi bambu di belakangnya. Bahkan, mendengar nama Paramita, otaknya langsung meyakini dia adalah orang yang sama. Orang yang selalu tidak suka dengan kebahagiaannya.

Belum selesai dibuat shock dengan ucapan sang suami, mertua Rahayu yang baru datang pun langsung mengatakan ucapan yang tak kalah pedasnya.

“Kamu nggak ada alasan buat menolak, Rahayu. Paramita itu wanita yang mandiri dan dia bisa membantu ekonomi keluarga. Bahkan, kamu juga gak akan bisa setara dengannya. Dia nggak sok ngalim kayak kamu, meski dia sama sama mantan santri pesantren.”

“Bu, biar Arya bilang baik baik dulu sama Rahayu. Dia butuh waktu,” lirih Umam pada Ibunya.

“Itulah kalau jadi anak gak manut ucapan ibunya. Kan Ibu sudah bilang, jangan nikahi Rahayu. Dia itu janda dan dia akan bikin keluarga kita sial seumur hidup. LIhatlah bagaimana kamu sekarang? Kalau nggak dibantu Paramita, bisa apa kamu? Bahkan, anak satu satunya saja tidak becus Rahayu uruss! ”

Bukannya membantu mendinginkan suasana, Sekar–mertua Ayu malah memanas manasi.

Rahayu memejamkan mata. PErcuma saja dia menangis, tangisannya tak akan membuat mertua dan suaminya mengurungkan niat. Dia tahu betul, mereka punya hak kendali penuh atas dirinya.

“Ibu sudah bilang kyai setempat, besok kalian akan menikah. Gak usah minta restu Rahayu. DIa juga tak akan bisa membantu apa apa selain jadi beban keluarga ini!”

Setelah mengatakan itu, Sekar keluar dan Rahayu pun langsung menatap suaminya nanar.

“Ceraikan aku, Mas!”

“Dek, kita bisa bicarakan.”

“Ceraikan aku atau_”

“Mami, sakit … kaki Kai sakit, Mami.” Tangisan Kaisar–anak lelaki Rahayu itu membuat kemarahan Rahayu terjeda. Dia menengok ke arah sang anak yang sedang menangis sambil memegangi lututnya.

Rahayu menyeka air matanya, lalu berjalan ke arah sang anak yang masih menangis karena luka di lututnya. Tanpa bertanya, Rahayu membawa Kaisar ke kamar dan menguncinya. Dia tak ingin ada percakapan dengan Arya saat dia sedang fokus dengan anak lelakinya itu.

Rahayu mendudukkan Kaisar di ranjang dengan hati-hati, tangannya bergetar saat mengambil kotak P3K dari laci. Kaisar masih menangis, menahan perih di lututnya yang tergores.

"Ssshh… Mami ada di sini, Nak. Jangan nangis, ya," bisiknya sambil meniup luka kecil di lutut sang anak.

Tangisan Kaisar perlahan mereda, meski isaknya masih terdengar sesekali. Rahayu mengusap air mata anaknya, menatapnya penuh kasih sayang.

"Kenapa bisa jatuh, Sayang?" tanyanya lembut.

"Tadi Kai lari-lari, terus kejedot meja…" jawab Kaisar dengan suara tersendat.

Rahayu tersenyum tipis, meski hatinya masih kacau. "Lain kali hati-hati, ya. Kalau lari jangan terlalu cepat."

Kaisar mengangguk kecil, lalu tiba-tiba menatap Rahayu dengan sorot mata penuh kekhawatiran. "Mami kenapa sedih?"

Rahayu terdiam sejenak. Bagaimana mungkin ia menjelaskan pada anak sekecil ini bahwa ayahnya akan menikah lagi? Bahwa ia—ibunya—akan tersingkir dari kehidupan keluarga yang selama ini ia perjuangkan?

"Mami nggak sedih, Sayang. Mami cuma…" Rahayu menggigit bibirnya, berusaha menahan gejolak di dadanya. "Mami cuma capek."

Kaisar mengangguk polos, lalu tiba-tiba melingkarkan tangannya ke leher Rahayu, memberikan pelukan kecil yang hangat. "Mami jangan capek, ya. Kai sayang Mami."

Pelukan kecil itu membuat pertahanannya runtuh. Air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu membuat Rahayu buru-buru menghapus air matanya.

"Rahayu, buka pintunya," suara Arya terdengar dari balik pintu.

Rahayu tidak menjawab. Tangannya sibuk membalut luka Kaisar, pura-pura tak mendengar.

"Rahayu, kita harus bicara."

Masih tidak ada jawaban.

"Aku nggak mau ini berakhir dengan cara seperti ini, Dek. Tolong buka pintunya."

Rahayu menghela napas panjang. Ia tahu, Arya mungkin mencoba untuk berbicara baik-baik, tetapi apa gunanya? Keputusan sudah dibuat.

Sunyi. Rahayu masih diam, bagaimana mungkin suaminya menikah lagi. Yang lebih mirisnya, dengan wanita yang pernah menjadi teman lamanya.

Kaisar sudah tenang, dia sibuk dengan bola bekel yang Rahayu beli di warung depan.

“Kaisar di kamar dulu ya, Mami mau ke depan.”

“Iya, Mam.”

Setelah Kaisar tenang, Rahayu juga lebih tenang dia pun membuka pintu. Tidak menyangka, Arya masih berdiri di depan pintu.

“Maafkan aku, Dek.”

“Aku masih punya orang tua, kembalikan aku pada mereka kalau memang Mas sudah gak sanggup menanggung hidupku dan Kaisar.” Dengan berani, Rahayu mengatakan ini. Wanita yang lemah lemah itu kehilangan rasa hormatnya kepada sang suami.

"Jangan begini, Dek," akhirnya Arya berkata lirih. "Aku nggak mau kehilangan kamu."

Rahayu tersenyum pahit. "Tapi Mas sudah memilih perempuan lain. Mas sudah mengkhianati aku. Lalu untuk apa aku tetap di sini?"

"Kamu tahu aku terpaksa—"

"Terpaksa?" Rahayu tertawa kecil, namun penuh kepedihan. "Jadi, aku harus bertahan dengan suami yang 'terpaksa' menikah lagi? Harus pura-pura buta dan tuli atas penghianatan ini?"

Arya kembali terdiam.

"Mas," suara Rahayu melembut, namun tegas. "Aku mohon, lepaskan aku. Aku nggak bisa hidup dalam rumah tangga yang sudah hancur seperti ini."

"Kai butuh ayahnya," balas Arya pelan.

Rahayu menatap putranya yang sudah tertidur dalam pelukannya. Ia mengecup kening kecil itu dengan lembut.

"Kai butuh orang tua yang bahagia, Mas," katanya dengan suara bergetar. "Bukan orang tua yang pura-pura baik di depan anak, tapi saling menyakiti di belakang."

“Mas!! Anakmu akan aku b4kar hidup hidup di depan keluargamu!” Teriakan Paramita dari luar membuat Rahayu dan Arya kaget. Sontak pembicaraan mereka terhenti dan langsung berlari ke ruang tamu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 34

    “Nggak bilang mau lembur sampai malam begini, Mas. Apa kerjaan gak bisa ditunda buat besok?” tanya Rahayu yang sedih melihat suaminya pulang jam 11 malam.“Aku ini sedang merintis usaha baru, Dek. Banyak sekali tantangannya dan kalau aku malas malasan, gimana mau maju? Semua ini untuk anak anak. Kamu juga. Biar kamu dan Ibumu di kampung bisa tetap makan dan memenuhi kebutuhan hidup.”“Tapi kalau begini terus, lama lama bisa sakit nanti.”“Doakan saja supaya panjang umur dan selalu sehat.”Rahayu menatap wajah suaminya yang kelelahan. Matanya merah, pundaknya terlihat berat memikul beban yang tak tampak. Ia ingin marah, ingin memeluk, tapi semuanya tertahan di tenggorokan. Yang keluar hanya desahan pelan yang mengandung kecewa.“Mas Arya,” ucapnya pelan. “Aku bukan melarang kerja. Aku tahu Mas sedang berjuang. Tapi kalau pulang selalu tengah malam, kebersamaan kita bareng pun jadi langka. Kaisar sampai nanya, ‘Ayah kok sekarang selalu pulang malam?’”Arya membuka sepatu dengan gerakan

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 33

    Waktu terus bergulir. Rahayu hanya bisa menatap tumpukan baju Kenzi yang tersisa di rumah jika rindu dengan Kenzi. Arya tak memberinya izin bertemu jika bukan sedang libur sekolah. Alasanya, takut Knezi tak betah dan minta ikut pulang.Sebagai ibu dia merasa kasihan. Dia kepikiran bagaimana jika Kenzi di sana butuh sesuatu atau rindu keluarga. Meski Arya bilang kebutuhan sudah semua dikirimkan, tetap saja Rahayu merasa iba.“Mas, apa nggak sebaiknya semester ini aku ikut menjenguk Kenzi?” tanya Rahayu.“Buat apa? Sudahlah, gak usah aneh aneh. Dia malah jadi gak betah kalau liat kamu. Kamu fokus sama ngurus Ibu dan Kaisar, aku mau kerja.”Sikap Arya kembali dingin. Meski Rahayu berusaha berpikir, mungkin karena sekarang usahanya sedang jaya. Sehingga banyak waktu yang tersisa di luar sana untuk bekerja. Arya membuka beberapa usaha. Dia bahkan mengembangkan usaha Wira yang tadinya digarap bersama dengan istri kedua ibunya–Neneng. Selepas ayahnya meninggal, Neneng pun tak mau ambil pusi

  • Anak Lain Dari Suamiku   Bab 32

    “Mam…”Panggilan Kenzi membuat Rahayu yang menunggu dengan terkantuk itu langsung tersadar. Dia pun membuka mata lebar dan menajamkan suara.“Ya, Ken? Mami di sini. Jangan takut,” ucap Rahayu.“Ken di mana, Mam?”“Di rumah sakit, kamu demam semalam. Ayah membawamu ke sini.”“Ayah?”“Ya, Ayah sayang sama kamu. Dia panik pas kamu panas. Sekarang Ayah sudah pulang, ngantar kakakmu istirahat di rumah. Kita semua cemas.”“Ayah sayang sama Ken, Mam??”“Sayang, semua sayang sama Ken. mami bahkan sangat sayang sama Ken. Jangan begini lagi ya? Mami cemas sekali.”Kenzi tak menyangka Rahayu akan sebaik itu menemaninya sendiri di rumah sakit. Bahkan setelah dia siuman, Rahayu selalu memastikan semua yang dia inginkan dia dapatkan.“Ken pengin pulang aja, Mam.”“Nanti ya, tunggu dokter.”Rahayu mengelus rambut Kenzi yang mulai lembap karena keringat. Anak itu baru saja melewati malam panjang dengan suhu tubuh tinggi dan tubuh menggigil. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya mulai kembali seper

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 31

    “Makan, Ken. Kamu dari pagi belum makan,” bujuk Rahayu. Kenzi menggeleng, dia sibuk dengan bambu yang sedang dia buat kerangka layang layang. Dia tak menengok atau menggubris sang ibu meski Rahayu bersedia untuk menyuapi.“Dek, aku pergi dulu. Nanti malam mungkin lembur.” Arya berpamitan.“Ya, Mas. Tapi, apa nggak sebaiknya kamu minta maaf sama ken dulu? Dia mogok makan sejak pagi.”“Biarin aja, kalau lapar dia akan cari makan sendiri.”Kenzi mendengarnya, tapi dia memilih diam. Dia bahkan tak menggubris saat ayahnya itu pergi bekerja. “Ken, temani Abang ke fotokopian depan yuk! Sekalian kamu juga, mau fotokopi Surat kelulusan kan?”“Gak,” jawab Kenzi malas. “DIa kenapa, Mam?” tanya Kaisar yang bingung dengan sikap adiknya. “Dia mogok makan, mogok bicara sama semua orang. Mami juga bingung, dia nggak makan dan minum sejak pagi.”Kaisar duduk di samping Kenzi, dia tersenyum dan mengusap pelan pundaknya. “Abang tahu kamu marah sama Ayah, cuma kan … kita gak boleh ngelawan orang tua

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 30

    “Mas, kamu apa apa sih? Ken pasti shock dengan yang kamu ucapkan tadi.”“Ini hadiah dariku. Lagian memang kenapa? Pesantren itu bagus buat pendidikan akhlaknya. Biar dia semakin dewasa dan berpikir baik, nggak nakal dan ngerepotin kita terus,” jawab Arya.“Betul, Oma juga setuju. Ken itu sangat badung, gak kayak Kaisar. Kaisar nggak perlu masuk pesantren juga udah bagus akhlaknya,” balas Sekar.Pesta sudah selesai, Kaisar yang merasakan hawa tak nyaman pun mendatangi Kenzi yang ternyata tidak ada di tempat acara. Dia bahkan tak tahu adiknya itu ada di mana.“Mam, Ken ke mana ya? Kai cari gak ada,” tanya Kaisar bingung.“Paling dia sudah balik, kamu nggak usah bingung begitu. Adikmu kan biasa ngebolang,” jawab Arya santai.“Tapi, Yah…”“Sudah, ayo kita balik. Besok, kita harus dampingi Kaisar ke SMA favorit ya itu.”“Tapi, Mas, kalau Kenzi belum balik, gimana?”“Balik, yakin sama aku. Dia gak akan ke mana mana, mau ke mana dia? Ngilang juga gak mungkin ibunya nyariin.”Rahayu tetap cem

  • Anak Lain Dari Suamiku   bab 29

    “Jagain mamimu, jangan keluyuran! Kalau nggak nurut, Ayah bawa kamu ke pesantren nanti!” Ucapan Arya membuat Kenzi terngiang dan tak berani lagi membantah. Sejak insiden kecelakaan itu, Kenzi jadi murung dan sedih. Dia tetap menjadi anak yang disalahkan di mata Arya, meski Rahayu sudah mencoba menasehatinya. Bahkan bukan hanya ancaman akan dimasukan ke pesantren, tapi dikirim ke Banyumas jika Kenzi berani melawan dan pergi bermain di luar tanpa izin.“Kalau Ken mau main, main aja. Tapi jangan jauh jauh, jadi kalau AYah balik, Ken bisa buru buru pulang,” lirih Rahayu pada Kenzi yang terlihat kasihan–duduk di pojokan sambil bermain kartu mainan bergambar anime.“Nggak apa, Mam. Mami nggak usah khawatir, Ken di sini aja temani Mami. Kapan lagi kan bisa berduaan sama mami? Biasanya, Bang Kaisar yang selalu di dekat Mami dan Ayah.”“Mami sayang banget kok sama Ken, jangan merasa begitu.”“Iya, Ken tahu.”Ya, Ken tahu. Dia bahkan diingatkan oleh ayahnya sendiri jika dia adalah anak yang ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status