Share

Bab 7

"Jadi anda ingin melamar kerja di sini sebagai instruktur?" 

Anggraini mengangguk yakin. 

"Ya, ini berkas saya," katanya sembari mendorong sebuah map berisi surat lamaran kerja, CV serta berkas pendukung lainnya.

"Tapi di sini sedang tidak membuka lowongan pekerjaan, Sis. Gymnasium ini sedang tidak membutuhkan instruktur senam tambahan," kata pengelola gymnasium itu.

Terlihat sekali pria berumur empat puluh tahunan itu tidak tertarik menerima surat lamaran kerja Anggraini. Jangankan membuka map itu, alih-alih dia malah mendorong kembali map itu pada Anggraini.

Anggraini tersenyum percaya diri.

"Maaf, Pak. Saya memang lancang mengantar surat lamaran kerja tanpa adanya pembukaan lowongan pekerjaan di tempat ini, namun meski begitu tolong terima saya. Ini adalah impian dan cita-cita saya sedari dulu," kata Anggraini berusaha meyakinkan.

"Ya, saya mengerti tetapi gymnasium di kota Bandung ini ada banyak, tak hanya di sini saja. Mungkin anda bisa mencobanya di gymnasium lain?" 

Pria bernama Handoko yang menjadi pengelola tempat itu sekaligus bisa berperan sebagai HRD juga, tetap kekeuh dengan penolakannya.

"Gymnasium ini lebih dekat dengan tempat tinggal saya. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik jika bapak menerima saya. Tolong dilihat dulu CV saya," kata Anggraini lagi sambil mendorong kembali mapnya ke arah pria paruh baya itu.

Ia benar-benar tidak mau menyerah, sehingga membuat Handoko mau tidak mau terpaksa menerima map itu untuk melihat apa yang membuat wanita di depannya itu begitu percaya diri dan pantang menyerah agar ia diterima bekerja sebagai instruktur di tempat itu.

Dan … Wow! 

Handoko memasang wajah takjub saat melihat Curiculum Vitae milik Anggraini yang menunjukkan bahwa Anggraini memiliki kualifikasi yang sangat layak dipertimbangkan.

Bagaimana tidak? Dalam keterangan daftar riwayat hidup milik Anggraini, ia hanya menuliskan di sana bahwa dia  berpendidikan terakhir SMA sederajat namun ia memiliki banyak sertifikat senam dari luar negeri. Salah satunya Jepang. 

"Semua sertifikat ini asli?" tanya Handoko tak percaya.

Anggraini tersenyum kalem. 

  

"Ya, bisa dicek ke situs penyelenggaranya saja langsung jika bapak tidak percaya," jawab Anggraini meyakinkan.

Handoko mengangguk masih takjub. Di antara semua instruktur senam maupun fitness yang ada di tempat ini tak ada satupun yang memiliki sertifikat sebanyak Anggraini.

"Begini, ini sangat menarik, tapi bagaimana kalau anda ikut pelamaran kerja saat pergantian tahun saja? Itu tidak akan lama lagi. Ini sudah Oktober akhir. Masalahnya saya tidak bisa mengubah peraturan di tempat ini seenak saya. Bos punya aturan dan …"

"Saya kebetulan butuhnya saat ini, Pak. Jika Bapak berkenan membantu, gaji pertama saya selama 3 bulan di tempat ini, utuh untuk Bapak," potong Anggraini cepat.

Tak ada gunanya bertele-tele membujuk orang ini. Anggraini telah sering bertemu dengan berbagai macam orang dan rupa-rupa karakter mereka. Kalau Anggraini tidak salah memberikan penilaian, HRD, pastinya orang yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.

Dan lihat bagaimana reaksi pria bernama Handoko itu?

Ia menatap Anggraini dengan tatapan tergiur meski tak bisa dipungkiri ia menatap heran pula. Adakah orang yang ngotot ingin mencari kerja namun malah mengikhlaskan gaji awalnya untuk orang yang mau menerimanya bekerja?

Aneh tapi nyata, tapi nyatanya ada. Orang itu ada di hadapannya kini.

"Anda sedang berusaha menyuap saya? Ehm!" dehem Handoko berhati-hati.

Kembali lagi ia membolak-balik berkas milik Anggraini. 

 

"Tidak, Pak. Mana berani saya. Itu hanya ucapan terimakasih saya, jika bapak bersedia membantu saya."

Gaji para instruktur Gimnasium itu jika dipikir-pikir oleh Handoko lumayan juga. Untuk gaji awal di gymnasium mereka dalam masa training saja bisa mencapai empat juta rupiah, dan jika sudah lolos masa training bisa naik ke satu digit. Dan itu cukup lumayan untuk tambah-tambah uang jajan untuk anak-anaknya di rumah.

"Ehem!! Bailah, siapa nama anda tadi? Les … tari Anggraeni? Anggraini?" baca Handoko. "Dengan siapa anda biasa dipanggil?" 

"Tari, Pak. Bapak dan yang lain bisa memanggil saya Tari," jawab Anggraini.

Handoko manggut-manggu.

"Baiklah, begini. Bisa saya panggil kamu Tari saja ya biar tidak terlalu formal?"

Anggraini mengangguk.

"Baiklah, saya menerima kamu bekerja di sini, tapi beri waktu saya untuk membicarakan ini dengan bos untuk memastikan karena saat ini memang tempat kita sedang tidak membutuhkan penambahan tenaga kerja. Tunggu beberapa hari lagi dan yang pasti jangan lupa terhadap janji kamu tadi," kata Handoko.

"Ya, Pak. Saya tidak akan ingkar janji. Salary saya selama tiga bulan pertama full bapak yang akan menerima," janji Anggraini.

Gaji full trainer selama tiga bulan diterima oleh Handoko, bukankah itu cukup lumayan? Handoko hanya perlu membujuk dan merayu bosnya untuk menerima satu orang lagi instruktur dan meyakinkan kalau orang yang akan diterima kerja ini memiliki kualifikasi yang tidak bisa diragukan lagi. Sang bos pastinya tidak akan keberatan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status