Share

BAB 4

last update Last Updated: 2021-10-17 07:32:50

"Si Joni kemarin istrinya lahiran loh, Yud!"

Yudha sontak lemas. Benar, kan? Di hari kedua ibunya di sini, pasti itu yang bakalan dia bahas! Sudah Yudha tebak! 

"Ya baguslah, Bu. Nambah personil, nambah rejeki." Begitu, kan, kata orang tua zaman dulu? Semboyan yang membuat satu KK sampai punya belasan anggota keluarga, banyak anak banyak rejeki! 

"Ya makanya itu ... Kamu kapan nikah, Yud?"

Skakmat! 

Kepala Yudha langsung berputar, rasanya ia ingin melesat masuk ke dalam kamar, tapi meninggalkan ibunya seorang diri di depan TV seperti ini? Itu mencari ribut namanya! 

"Nanti lah, kerjaan Yudha lagi padet, Bu." Jawab Yudha berharap ibunya tidak lagi membahas hal itu. Namun agaknya Yudha salah, karena sedetik kemudian, Ningsih langsung membelalak dan nampak tidak kesal dengan jawaban yang keluar dari mulut sang anak. 

"Nanti terus! Dari kamu lulus jadi dokter sampai sekarang sudah spesialis tiap ditanya kapan nikah jawabannya nanti terus, apa nggak ada jawaban lain?

'Ya Salam!'

"Kamu itu udah berumur, mau sampai kapan sih melajang terus begini? Masa iya ribuan wanita diluar sana nolak kamu semua? Jangan terlalu pilih-pilih lah, Yud! Keburu tambah tua!"

'Astaga, sabar!'

"Temen-temenmu coba dilihat, sudah pada punya anak semua dan kamu? Astaga Yud! Ibu sampai pusing mikirin kamu!" Suara Ningsih masih melengking, membuat Yudha rasanya ingin menyumpalkan handsfree ke telinga. Namun ia urungkan, takut disumpahin budek, bisa budek beneran Yudha nanti. 

"Bu, tidak perlu pusing-pusing mikirin Yudha, Yudha baik-baik saja, kok." Yudha terus mencoba bersabar, astaga kenapa sih selalu begini? 

"Gimana Ibu nggak pusing, Yud? Lihat umur kamu sudah berapa? Sebelum Ibu mati, Ibu pengen Yud, lihat kamu nikah, punya anak, gendong cucu dari kamu!"

Yudha sontak menepuk gemas jidatnya, "Jangan ngomong begitu ah, Bu! Ibu sehat, Ibu bakalan panjang umur!"

"Gimana Ibu mau panjang umur kalau Ibu stress mikirin kamu terus?"

Ahh... Yudha hanya bisa mendesah panjang. Memang susah tinggal di benua Asia, khususnya di negara +62 ini. Kalau di benua barat, hal ini termasuk privasi yang tidak boleh sembarangan diganggu gugat, berbeda dengan negara ini. Umur tua belum nikah, eh jadi omongan, nikah muda karena hamil duluan juga jadi omongan. Heran deh, orang-orang di negara ini mungkin kurang pekerjaan hingga menjadikan aktivitas suka ngulik kehidupan pribadi orang lain dijadikan pekerjaan. 

"Nanti deh, Yudha cari calon dulu." Jawab Yudha akhirnya. 

"Nah, gitu dong!" Tukas Ningsih kemudian. "Cari isteri jangan cuma cantik wajah doang, Yud. Attitude-nya harus baik."

Nah ... Yudha salah bicara agaknya! Setelah ini Yudha sudah menebak bahwa sang ibu akan berceloteh panjang lebar tentang kriteria calon istri yang baik seperti apa, yang tepat untuk Yudha seperti apa.

Yudha melirik kotak P3K yang menempel di tembok, rasanya setelah ini Yudha harus menenggak paracetamol agar dia bisa tidur, karena sejak tadi obrolan dimulai, kepalanya sudah begitu sakit. 

***

"Dokter!" 

Yudha yang baru saja turun dari mobil sontak menoleh, nampak gadis dengan celana bahan hitam dan kemeja dusty pink itu berlari-lari kecil ke arahnya, membuat Yudha tersenyum sinis dan mendadak muncul sebuah ide jahat di kepalanya. 

"Ya, kenapa?" Tanya Yudha sambil memasang wajah datar. 

Ngos-ngos. 

Terdengar jelas gadis itu terenggah, membuat Yudha makin bernafsu mengerjai mahasiswi menyebalkan macam Karina Destinna Pertiwi ini. 

"I-ni ... Tu-tugas saya, Dokter!" Tampak gadis itu terenggah-enggah, tangannya menyodorkan makalah bersampul mika biru itu pada Yudha. 

Yudha meraih makalah itu, membuka dan menatapnya sesaat, tidak dia baca memang. Hanya formalitas saja. Ia lantas menutup makalah itu, lalu mengembalikan benda itu pada sang pemilik. 

"Telat. Kemarin, kan, hari terakhir ngumpulinnya."

Mata itu sontak membuat, menatap Yudha dengan tatapan kesal. Rasanya Yudha ingin berteriak. Tidak dosa, kan, mengerjai mahasiswi model Karina begini? Udah badung, tukang ngeyel, ngeselin lagi! Mana kadang lemotnya setengah mati. Heran Yudha, dulu dia bisa lolos masuk kedokteran caranya bagaimana? 

"Loh ... tapi, kan, kemarin saya udah ngumpulin, Dok. Ini revisinya."

Sudah Yudha duga, sosok itu tidak akan gentar protes, membuat Yudha mengacungi jempol untuk keberanian Karina melawannya. 

"Makalah yang dikembalikan itu artinya ditolak, Rin. Dan itu artinya lagi bahwa makalah kamu tidak tercatat dikumpulkan di hari kemarin." Yudha masih sangat menikmati wajah cemberut itu, kenapa diam-diam gadis ini menggemaskan sekali? 

"Nggak bisa begitu dong, Dok! Itu peraturan dari mana?" Suara itu melengking, membuat Yudha rasanya ingin membungkam mulut itu seketika. 

"Peraturan saya lah! Kan kelas saya, jadi saya yang buat peraturan dan setiap mahasiswa yang ikut di jam kuliah saya, harus wajib patuh pada peraturan saya! Mengerti?"

"Loh tapikan--."

"Nggak ada tapi! Itu sudah fix!" Yudha mengacak rambut gadis itu, tersenyum jahil lantas membalikkan badan.

Dia tidak peduli bagaimana wajah itu tampak begitu kesal kepadanya, yang jelas dia sudah puas menunjukkan kuasanya di hadapan gadis itu. 

Apa yang akan gadis itu lakukan? Melapor pada dekan lagi seperti kemarin? Ah sebodoh amat, akan Yudha tunggu perlawanan apa lagi yang hendak dia lakukan. 

Yudha menghentikan langkahnya, membalikkan badan sejenak guna melihat apa yang hendak dilakukan gadis itu. Nampak gadis itu tengah menginjak-injak makalahnya sendiri di tanah. Membuat tawa Yudha sontak pecah. 

"Karin-Karin ... enak, kan, berurusan sama saya?"

***

"Dokter Yudha!!!!!"

Karina menghempaskan makalah yang sudah tidak berbentuk itu ke lantai, napasnya naik turun. Wajahnya memerah dengan bekas air mata yang masih nampak mengambang di mata bulat itu. 

Heni yang duduk di sebelahnya tahu betul kenapa sahabatnya itu selalu berurusan dengan salah satu dosen favorit di kampus mereka.

Ya ... Protes Karin hingga berani menghadap dan melapor ke dekan perihal hukuman dokter Yudha untuk mahasiwa yang telat di jam kuliahnya mengantarkan Karina selalu berurusan dengan sosok itu. 

"Sabar lah, jangan emosi begitu." Heni tersenyum kecut, memang dia bisa bantu apa? Malah-malah nanti Heni lagi yang kena batunya. 

"Gimana mau sabar? Dia udah bener-bener nggak adil sama aku, Hen!" Mata Karin kembali basah, sungguh ia benci sekali dengan laki-laki itu! 

"Pantes sampai umur setua itu masih jomblo, mana ada yang mau sama laki-laki ngeselin macam dia!" Gerutu Karin lagi sambil menitikkan air mata. 

"Hus!" Heni kontan menepuk punggung Karina dengan gemas. "Kamu itu, kalau beliaunya denger bisa gawat, Rin!" Heni melirik sekitar, ia bersyukur sosok itu tidak dijumpai oleh kedua matanya. 

"Biarin sekalian!" Kembali Karina berteriak, sampai Heni refleks membekap mulut Karina. 

"Lihat aja, pokoknya aku doakan dia besok dapat istri yang bawel, ngeyel dan ngeselin kayak aku gini! Biar hipertensi terus kena stroke!"

"Hus!" Kembali Heni menggebuk punggung Karina dengan gemas, "Orang kalau ngomong suka sembarangan!"

"Biarin ... Biarin ... Biarin!" Karina menghentakkan kakinya ke tanah, tampak dia sangat kesal sekali. "Pokoknya aku benci-benci-benci sama dokter Yudha! Benciiiiii!!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
KokoSan
lumayannanaa
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
ceritanya beda lanjut
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
sumpah serapah Karin lgsung menembus langit..dan d jabah Allah...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Annoying Marriage   BONUS

    Yudha tersenyum melihat pemandangan di depannya itu. Kalau saja tidak ada ibu dan mertuanya di sini, mungkin Yudha sudah sesegukan menangis. Bagaimana tidak? Yudha tidak pernah berpikir kalau kemudian dia bisa sampai pada tahap ini, tahap di mana dia akhirnya bisa menyandang dua gelar yang dulu sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya.Jadi suami dan seorang ayah!Ternyata rasanya sebahagia ini! Begitu bahagia sampai-sampai Yudha tidak bisa mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-kata.Yudha melangkah mendekat, menatap dengan saksama bagaimana manisnya Arjuna yang tengah menyusu pada ibunya."Hai, Jun ... ketahuilah, yang kau nikmati itu dulu jatah ayahmu." bisik Yudha yang langsung dapat sebuah tabokan dari Karina.Yudha terkekeh, dikecupnya puncak kepala Juna dengan penuh kasih sayang. Lalu tidak lupa puncak kepala Karina. Yudha mencintai dan mengasihi keduanya, bukan hanya salah satu saja."Kapan boleh pulang, Mas?" tanya Karina setelah Yudha duduk di kursi yang ada di sam

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 8

    "Ini bagus!" Brian menunjuk setelan piyama lengan panjang merek ternama dengan warna biru dan motif roket yang ada di tangan Heni. Mereka berdua tengah sibuk memilih perintilan perbayian untuk isi parcel hadiah lahiran dari Heni untuk Karina. Operasi berjalan lancar. Bayi laki-laki dengan BBL 3700 gram itu lahir tanpa kurang suatu apapun. Sehat, lengkap, normal dan lahir dengan penuh cinta. Karina sudah mengirimkan foto Arjuna Putra Yudhistira, nama anak Karina yang menurut Heni sedikit rancu dan bisa mengacaukan cerita pewayangan. Bagaimana tidak? Dalam kisah pewayangan, bapak dari Arjuna itu Prabu Pandudewanata! Bukan Yudhistira! Yudhistira itu saudara laki-laki Arjuna, bukan bapaknya! Tapi mau protes pun sia-sia. Sudah Heni lancarkan protes itu dan kau tahu apa jawaban Karina? "Ya itu kan Arjuna di cerita wayang, ini Arjuna versi aku sama Mas Yudha. Jadi ya jangan di samakan!"Begitulah pembelaan dari Dewi Karina, ibu dari Arjuna versinya sendiri dan Prabu Yudha Anggara Yudhist

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 7

    Yudha berlari dengan sedikit tergesa begitu selesai menerima telepon dari Anwar. Kebetulan sekali, jadwal operasinya mundur terdesak cito operasi pasien kecelakaan yang langsung ditangani oleh spesialis bedah saraf. Jadi tanpa membuang banyak waktu Yudha segera meluncur ke VK, tempat di mana istrinya sekarang berada. Keringat sebesar biji jagung sudah membasahi wajah Yudha. Ia begitu panik dan khawatir. Bukan apa-apa, hanya saja pemeriksaan yang terakhir sedikit mengkhawatirkan. Posisi kepala janin memang sudah di bawah, yang jadi masalah tentu adalah kepala janin yang tidak mau turun ke panggul! Padahal, saat mendekati HPL harusnya posisi kepala janin sudah dibawah dan masuk ke panggul. Tapi tidak dengan jagoan Yudha. Hal yang membuat jantung Yudha takikardia karena kalau sampai kontraksi dan lain-lain lantas tidak bisa membuat kepala janin masuk panggul, tentu sudah tahu opsi apa yang harus Karina ambil, bukan? "Gimana, War?" Tanya Yudha begitu sampai di VK. Napasnya terengah-eng

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 6

    "Udah sering konpal, Rin?"Heni melirik Karina yang duduk di kursi, ia trenyuh melihat perut membukit Karina yang terkadang menjadi alasan Karina sedikit kesusahan bergerak. "Dikit, kenapa?" Karina menoleh, nampak tersenyum simpul menatap Heni yang memperhatikan dirinya dari tempat Heni duduk. "Gimana rasanya, Rin? Aku lihat kayaknya kamu bahagia banget gitu." Heni menopang dagu, masih memperhatikan Karina yang sibuk mengelus perut membukitnya.Karina menatap Heni, senyumnya merekah ikut menopang dagu dan membalas tatapan kepo Heni yang tersorot sejak tadi. "Mau tau? Yakin?" Goda Karina sambil menaikkan kedua alis. Heni mencebik, ia mengangkat wajahnya, menegakkan kepala sambil mengerucutkan bibir. Ia tahu kemana arah bicara Karina, tahu apa yang akan dikatakan Karina perihal jawaban dari pertanyaan yang tadi ia lontarkan kepada Karina. "Nggak jadi kepo deh!" Heni melipat dua tangannya di dada. Pandangannya lurus ke depan, menatap pintu IGD yang tertutup dan sama sekali tidak ter

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 5

    "Nah kelihatan sekarang, Yud!" Teriak Anwar yang hampir membuat Yudha melonjak. Yudha menyipitkan mata, menatap layar monitor guna melihat apa yang terpampang di sana. Sedetik kemudian senyum Yudha melebar, nampak matanya berbinar bahagia. "Jangan kau ajari baku hantam, Yud! Cukup bapaknya yang bar-bar, anaknya jangan!" Gumam Anwar sambil melirik Yudha yang masih tersenyum lebar. "Iya tuh, Dok! Takut saya diajarin macam-macam sama bapaknya nanti!" Gumam Karina yang nampak speechless dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya kelihatan juga! Setelah beberapa kali Yudha junior itu enggan menunjukkan bagian paling sensitif miliknya, kini terlihat begitu jelas di layar monitor! Laki-laki! Anak mereka laki-laki! Sesuai dengan harapan Yudha yang ingin anak pertama lelaki. Supaya bisa membantu Yudha menjaga adik perempuan dia nantinya!"Yang jelas nggak bakalan diajarin main cewek, Rin. Aku jamin itu! Bapaknya aja kuper, nggak jago deketin cewek!" Ledek Anwar yang spontan membuat Yudha meliri

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 4

    Minggu ini rumah Yudha begitu sepi. Mbok Dar izin pulang kampung. Jadilah hanya Yudha dan Karina yang ada di rumah. Semoga di hari minggu ini mereka bisa lebih tenang. Tidak ada oncall atau cito atau apapun lah itu! Yudha tengah duduk santai bersandar di sofa lantai bawah ketika Karina muncul dan langsung duduk, melingkarkan kedua tangan ke tubuh Yudha dan memeluknya erat-erat. Yudha tersenyum, sudah tidak kaget lagi dia kalau Karina seperti ini. Bukankah istrinya ini memang manja? Terlebih ketika kemudian positif hamil. "Hari ini mau kemana? Pengen ngapain?" Tanya Yudha sambil mengelus-elus puncak kepala Karina. "Nggak pengen kemana-mana. Pengen kelon aja seharian." Jawabnya singkat dengan kepala bersandar di dada.Yudha terkekeh. Semenjak hamil, bisa Yudha rasakan kalau Karina begitu berbeda. Bahkan untuk urusan 'orang dewasa', Karina lebih on dari biasa. Padahal Yudha harus hati-hati betul agar anak mereka tidak kenapa-kenapa, eh malah ibunya yang terkadang terlalu 'liar' dan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status