Share

BAB 5

last update Last Updated: 2021-10-17 20:37:50

"Mimpi apa sih aku semalam, Hen?" Desah Karina sambil menyusut air mata. 

Heni menghela nafas panjang, ia menyodorkan tissu pada Karina. "Sudahlah, kamu sepuluh menit lagi sidang dan malah nangis sesegukan kayak gini? Kan file presentasi kamu udah ketemu, Rin."

Karina menghentakkan kakinya ke lantai, tampak terlihat dia begitu frustasi. 

"Ketemu sih, cuma aku bayarnya harus pakai masa depan, Hen!" Kembali Karina terisak, sungguh simalakama sekali. Tidak ketemu flashdisk itu sama saja dia harus menunda wisuda S1-nya, dan sekarang ketemu, dia harus menukarnya dengan masa depan cemerlang yang sudah Karina rancang sejak lama, tidak adakah pilihan lain? 

"Kamu sih!" Heni menggebuk punggung Karina dengan gemas, "Siapa suruh asal njeplak ngomong tadi? Pakai bawa-bawa nama Tuhan lagi, rasain sekarang!"

Tangis Karina makin kencang, membuat Heni kembali menggebuk punggung itu dengan kesal.

"Aku lagi kena sial kenapa kamu malah nyalahin aku?" Karina mencebik, kenapa tidak ada yang simpatik kepadanya? 

Heni memutar bola matanya dengan gemas, bukankah Heni sudah bilang berkali-kali bahwa Karina tidak boleh sembarangan bicara? Tapi dia sama sekali tidak mendengar, dan sekarang kena batunya, bukan? 

"Kan dulu aku udah pernah bilang, jangan asal kalau ngomong, kena, kan, sekarang?" Desis Heni sedikit kesal. "Dah lah, dokter Yudha ganteng juga kok. Mana tinggi lagi, memperbaiki keturunan, Rin. Tinggi kamu kan cuma satu setengah meter nih, nah nikah sama dokter Yudha yang menjulang gitu otomatis nanti anak kamu kan bakal--." 

"Aaaaaaaa  .... Huaaaaa!!"

Kembali Karina menangis sambil berteriak, membuat atensi peserta sidang skripsi yang sedang menunggu giliran tertuju kepadanya. Heni sontak membungkam mulut itu, menginjak kaki Karina keras-keras. 

"Sakit, Hen!"  Protes Karina sambil melotot tajam. 

"Inget kata-kataku, bakalan lebih sakit besok pas di perawani dokter Yudha daripada aku injek kakimu seperti ini!"

Karina membelalak, bayangan tidak senonoh yang pernah tidak sengaja dia lihat di video yang ada di ponsel sang kakak kembali berputar dalam pikirannya saat ini.

Dia dan sosok itu? Saling polos dan melakukan .... 

"Heh!" Kembali Heni menggebuk punggung Karina, "Mikir apa wajahmu sampai merah begitu, heh?"

Karina tersentak, ia sontak menutupi wajah merah padamnya dengan kedua tangan. Membuat Heni sontak tertawa terbahak-bahak. 

"Hayo mikir ngeres, kan?" Tebak Heni setengah menggoda. 

"Apaan sih, gaje!" Tukas Karina sambil menghirup udara banyak-banyak. 

"Kayaknya punya dokter Yudha gede deh, Rin. Lihat deh posturnya, apalagi--."

"STOP!" potong Karina cepat, apaan sih Heni ini? Kenapa bahas sampai sana? "Apanya yang gede? Lubang hidungnya? Matanya atau apa?"

Heni sontak nyengir lebar, mendekatkan wajahnya ke telinga Karina lantas berbisik lirih, "Anunya lah, manteb tuh kayaknya!"

Karina melotot, mulutnya separuh terbuka sambil menatap nanar sahabatnya yang tampak nyengir lebar sambil menaikkan kedua alis. Karina hendak buka mulut dan kembali berteriak ketika panggilan itu membungkam mulutnya seketika. 

"Karina Destinna Pertiwi."

***

Heni menatap kepergian sosok itu dengan tatapan iba. Dia tahu betul sahabatnya itu sejak dulu selalu bertikai dan berselisih dengan sosok dokter bedah ganteng itu. Dan sekarang, dia termakan sumpahnya sendiri, dia harus mau tidak mau dinikahi oleh sosok dokter Yudha Anggara Yudhistira yang dia benci setengah mati. 

Heni duduk di sofa depan ruang sidang, ia baru sidang minggu depan dan untung sekali tadi dia membawa laptopnya, jadi bisa dipakai Karina untuk sidang skripsinya. Dia masih tidak habis pikir, bagaimana bisa laptop Karina mati layarnya? Mana tadi flashdisk sempat hilang lagi. 

Ah ... Agaknya semesta memang menjodohkan dirinya dengan dokter bedah favorit se-Fakultas Kedokteran. 

"Apes banget sih kamu, Rin? Salah siapa mulut asal jeplak." Heni tertawa konyol, dasar Karina. Sejak dulu selalu begitu. 

Dulu Heni sudah banyak menasehati tapi siapa suruh tidak mendengarkan apa yang Heni nasehat kan? Kena, kan, sekarang? 

"Tapi lucu juga kayaknya kalau mereka jadi nikah beneran," Heni menopang dagunya, membayangkan Karina bersanding dengan sosok itu di pelaminan. 

"Pakai adat apa besok?" Heni memvisualisasikan sosok Karina dalam busana pengantin, pasti cantik! Karena Heni akui, Karina memang cantik! Coba kalau jelek, pasti meskipun dokter Yudha yang menemukan benda itu, dia nggak bakalan mau menikahi Karina meski Karina sudah bersumpah sekali pun. 

Senyum Heni merekah, dia jadi sangat tidak sabar menyaksikan mereka bersanding. Ah ... Kenapa jadi Heni yang tidak sabar.

"Kira-kira malam pertama mereka besok gimana?"

Kembali senyum Heni merekah, dia jadi macam orang gila begini? Senyam-senyum sendiri, ngomong sendiri seperti ini? Ah ... Semua gara-gara si Karina dan dokter ganteng itu! 

"Minta live boleh kali? Live malam pertama mereka sepanas apa nanti?" Ah ... Tawa Heni kembali pecah, kini ia harus menutup mulutnya agar suara tawa keras itu tidak terdengar oleh orang-orang di sekitarnya. Bisa-bisa Heni dibawa ke Prof Junaedi, dikira ada gangguan psikologis. 

"Tunggulah tanggal mainnya, dan nikmati yah jadi Nyonya Yudha. Beruntung amat sih, lulus S. Ked eh dapat suami udah spesialis!"

***

'.... Demi Allah, siapapun yang nemu flashdisk aku dan kasih balik ke aku, kalau dia perempuan aku jadikan dia saudara dan kalau dia laki-laki bakal aku jadiin suami!'

Bunyi sumpah Karina tadi entah mengapa terdengar begitu indah di telinga Yudha. Ah ... Baru beberapa menit yang lalu dia mengeluh cari istri kemana, eh ternyata langsung nemu! 

Yudha melirik smartwatch yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah setengah jam, sudah selesaikah Karina dengan sidang skripsinya? Benarkah dia akan menemui Yudha atau malah kabur?

"Awas saja kalau kamu kabur, aku kejar sampai kemanapun, Rin. Daripada harus nikahin Tere, mendingan ngejar kamu lah." Desis Yudha sambil mengusap wajahnya. 

Bayangan wajah itu masih terngiang di dalam benak Yudha membuat Yudha tak terasa menyunggingkan senyum tipis.

Cantik, imut dan menggemaskan! 

Sedetik kemudian wajah sumringah Yudha berubah masam. Teringat bagaimana menyebalkannya gadis itu. Baru jadi mahasiswinya saja sudah bikin Yudha sakit kepala, bagaimana nanti kalau jadi istri? 

"Ah ... Bisa diatur mah nanti, yang penting nggak harus nikah sama Tere! Gila apa nikah sama dia?" Kembali Yudha tersenyum kecut. 

"Lagian ibu ini gimana sih? Dapat ide edan itu dari mana? Masa iya anaknya ganteng begini mau dinikahin sama cewek model kayak begitu? Ogah lah!"

Yudha kembali melirik smartwatch di pergelangan tangannya, ia segera memberesi buku-buku dan melangkah keluar dari perpustakaan. Siapa tau dia sudah menunggu Yudha, bukan? 

Intinya hanya Karina yang bisa menyelamatkan masa depan Yudha sekarang! Hanya dia. Yudha melangkah dengan begitu santai, hingga kemudian wajahnya berubah cerah ketika melihat sosok itu tengah berdiri di depan pintu ruang dosen. 

"Ah ... Baru mau aku cari, kamu sudah datang sendiri!" Yudha mempercepat langkahnya, rasanya dia sudah tidak sabar lagi hendak berbincang banyak hal dengan sosok itu. 

"Cari saya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
dedi rosadi
keren ceritanya
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Mangat menuju pelaminan pados
goodnovel comment avatar
Farah Putri Wenang
semngat kak, smoga kontraknya cepat kelar
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Annoying Marriage   BONUS

    Yudha tersenyum melihat pemandangan di depannya itu. Kalau saja tidak ada ibu dan mertuanya di sini, mungkin Yudha sudah sesegukan menangis. Bagaimana tidak? Yudha tidak pernah berpikir kalau kemudian dia bisa sampai pada tahap ini, tahap di mana dia akhirnya bisa menyandang dua gelar yang dulu sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya.Jadi suami dan seorang ayah!Ternyata rasanya sebahagia ini! Begitu bahagia sampai-sampai Yudha tidak bisa mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata-kata.Yudha melangkah mendekat, menatap dengan saksama bagaimana manisnya Arjuna yang tengah menyusu pada ibunya."Hai, Jun ... ketahuilah, yang kau nikmati itu dulu jatah ayahmu." bisik Yudha yang langsung dapat sebuah tabokan dari Karina.Yudha terkekeh, dikecupnya puncak kepala Juna dengan penuh kasih sayang. Lalu tidak lupa puncak kepala Karina. Yudha mencintai dan mengasihi keduanya, bukan hanya salah satu saja."Kapan boleh pulang, Mas?" tanya Karina setelah Yudha duduk di kursi yang ada di sam

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 8

    "Ini bagus!" Brian menunjuk setelan piyama lengan panjang merek ternama dengan warna biru dan motif roket yang ada di tangan Heni. Mereka berdua tengah sibuk memilih perintilan perbayian untuk isi parcel hadiah lahiran dari Heni untuk Karina. Operasi berjalan lancar. Bayi laki-laki dengan BBL 3700 gram itu lahir tanpa kurang suatu apapun. Sehat, lengkap, normal dan lahir dengan penuh cinta. Karina sudah mengirimkan foto Arjuna Putra Yudhistira, nama anak Karina yang menurut Heni sedikit rancu dan bisa mengacaukan cerita pewayangan. Bagaimana tidak? Dalam kisah pewayangan, bapak dari Arjuna itu Prabu Pandudewanata! Bukan Yudhistira! Yudhistira itu saudara laki-laki Arjuna, bukan bapaknya! Tapi mau protes pun sia-sia. Sudah Heni lancarkan protes itu dan kau tahu apa jawaban Karina? "Ya itu kan Arjuna di cerita wayang, ini Arjuna versi aku sama Mas Yudha. Jadi ya jangan di samakan!"Begitulah pembelaan dari Dewi Karina, ibu dari Arjuna versinya sendiri dan Prabu Yudha Anggara Yudhist

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 7

    Yudha berlari dengan sedikit tergesa begitu selesai menerima telepon dari Anwar. Kebetulan sekali, jadwal operasinya mundur terdesak cito operasi pasien kecelakaan yang langsung ditangani oleh spesialis bedah saraf. Jadi tanpa membuang banyak waktu Yudha segera meluncur ke VK, tempat di mana istrinya sekarang berada. Keringat sebesar biji jagung sudah membasahi wajah Yudha. Ia begitu panik dan khawatir. Bukan apa-apa, hanya saja pemeriksaan yang terakhir sedikit mengkhawatirkan. Posisi kepala janin memang sudah di bawah, yang jadi masalah tentu adalah kepala janin yang tidak mau turun ke panggul! Padahal, saat mendekati HPL harusnya posisi kepala janin sudah dibawah dan masuk ke panggul. Tapi tidak dengan jagoan Yudha. Hal yang membuat jantung Yudha takikardia karena kalau sampai kontraksi dan lain-lain lantas tidak bisa membuat kepala janin masuk panggul, tentu sudah tahu opsi apa yang harus Karina ambil, bukan? "Gimana, War?" Tanya Yudha begitu sampai di VK. Napasnya terengah-eng

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 6

    "Udah sering konpal, Rin?"Heni melirik Karina yang duduk di kursi, ia trenyuh melihat perut membukit Karina yang terkadang menjadi alasan Karina sedikit kesusahan bergerak. "Dikit, kenapa?" Karina menoleh, nampak tersenyum simpul menatap Heni yang memperhatikan dirinya dari tempat Heni duduk. "Gimana rasanya, Rin? Aku lihat kayaknya kamu bahagia banget gitu." Heni menopang dagu, masih memperhatikan Karina yang sibuk mengelus perut membukitnya.Karina menatap Heni, senyumnya merekah ikut menopang dagu dan membalas tatapan kepo Heni yang tersorot sejak tadi. "Mau tau? Yakin?" Goda Karina sambil menaikkan kedua alis. Heni mencebik, ia mengangkat wajahnya, menegakkan kepala sambil mengerucutkan bibir. Ia tahu kemana arah bicara Karina, tahu apa yang akan dikatakan Karina perihal jawaban dari pertanyaan yang tadi ia lontarkan kepada Karina. "Nggak jadi kepo deh!" Heni melipat dua tangannya di dada. Pandangannya lurus ke depan, menatap pintu IGD yang tertutup dan sama sekali tidak ter

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 5

    "Nah kelihatan sekarang, Yud!" Teriak Anwar yang hampir membuat Yudha melonjak. Yudha menyipitkan mata, menatap layar monitor guna melihat apa yang terpampang di sana. Sedetik kemudian senyum Yudha melebar, nampak matanya berbinar bahagia. "Jangan kau ajari baku hantam, Yud! Cukup bapaknya yang bar-bar, anaknya jangan!" Gumam Anwar sambil melirik Yudha yang masih tersenyum lebar. "Iya tuh, Dok! Takut saya diajarin macam-macam sama bapaknya nanti!" Gumam Karina yang nampak speechless dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya kelihatan juga! Setelah beberapa kali Yudha junior itu enggan menunjukkan bagian paling sensitif miliknya, kini terlihat begitu jelas di layar monitor! Laki-laki! Anak mereka laki-laki! Sesuai dengan harapan Yudha yang ingin anak pertama lelaki. Supaya bisa membantu Yudha menjaga adik perempuan dia nantinya!"Yang jelas nggak bakalan diajarin main cewek, Rin. Aku jamin itu! Bapaknya aja kuper, nggak jago deketin cewek!" Ledek Anwar yang spontan membuat Yudha meliri

  • Annoying Marriage   EXTRA PART 4

    Minggu ini rumah Yudha begitu sepi. Mbok Dar izin pulang kampung. Jadilah hanya Yudha dan Karina yang ada di rumah. Semoga di hari minggu ini mereka bisa lebih tenang. Tidak ada oncall atau cito atau apapun lah itu! Yudha tengah duduk santai bersandar di sofa lantai bawah ketika Karina muncul dan langsung duduk, melingkarkan kedua tangan ke tubuh Yudha dan memeluknya erat-erat. Yudha tersenyum, sudah tidak kaget lagi dia kalau Karina seperti ini. Bukankah istrinya ini memang manja? Terlebih ketika kemudian positif hamil. "Hari ini mau kemana? Pengen ngapain?" Tanya Yudha sambil mengelus-elus puncak kepala Karina. "Nggak pengen kemana-mana. Pengen kelon aja seharian." Jawabnya singkat dengan kepala bersandar di dada.Yudha terkekeh. Semenjak hamil, bisa Yudha rasakan kalau Karina begitu berbeda. Bahkan untuk urusan 'orang dewasa', Karina lebih on dari biasa. Padahal Yudha harus hati-hati betul agar anak mereka tidak kenapa-kenapa, eh malah ibunya yang terkadang terlalu 'liar' dan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status