Share

BAB 7

"Bismillah dulu sebelum buka amplopnya."

Pandangan Karina yang semula tertuju pada amplop di tangannya sontak beralih pada sosok berjilbab itu. Dokter Rasya tersenyum begitu manis, membuat jantung Karina makin kencang berdegub. Di dalam amplop itu ada secarik kertas yang menentukan hidupnya setelah ini. Ah ... maksudnya menentukan nasib perjalanan pre-kliniknya yang sudah tiga setengah tahun dia lalui. 

"Bismillah, ya Allah," desis Karina lirih lalu membuka amplop itu.

Ia mengambil kertas yang terlipat di dalamnya, membukanya perlahan-lahan dengan jantung yang berdisko ria. Harus lulus! Kalau tidak bisa habis Karina nanti. Mana dia harus izin nikah lagi, ah! Kenapa malah mikirin nikah sih? Karina memaki dirinya sendiri, semoga... 

Karina tertegun, surat itu sudah dia buka dan tak selang lama terdengar suara teriakan riuh teman-teman yang berjuang sidang bersamanya hari ini. Karina LULUS! Dia sudah lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Kedokteran yang selama ini dia impikan. 

Sontak Karina melonjak, memeluk Nindy yang duduk di sampingnya. Tangis mereka pecah bersamaan. Akhirnya setelah berdarah-darah berjuang, dia dinyatakan lulus!

"Selamat ya, jangan lupa setelah ini kalian masih harus ujian lagi untuk menempuh pendidikan pre-klinik. Jadi terus belajar lagi ya." sosok itu ikut berkaca-kaca melihat kebahagiaan mahasiswa dan mahasiswinya. 

"Ingat, tidak seperti jurusan lain yang mana lulus dan mendapatkan gelar sarjana adalah akhir dari masa belajar, untuk anak kedokteran, jalan kalian masih panjang."

Karina menyeka air matanya, rasanya sungguh sangat bahagia sekali, walaupun setelah ini jalan yang harus ia lalui untuk menjadi dokter bakal lebih terjal dan menguras tenaga yang lebih dalam lagi, tapi Karina sudah bertekad bahwa dia harus menjadi dokter seperti kedua orang tuanya, seperti kakak laki-lakinya. 

"Atau malah udah ada yang rencana mau nikah nih? Siapa yang sudah di lamar?" tanya dokter Rasya sambil tersenyum menggoda. 

Seketika Karina seperti ditampar, terlebih beberapa temannya dengan kompak menyeletuk menyebutkan namanya. 

"Karina, Dok. Sudah dilamar dia, otw married!" teriak mereka kompak yang langsung membelalakkan mata karena kesal. 

"Oh ya?" dokter Rasya menatap Karina sambil tersenyum menggoda, "Betul? Dilamar siapa, Rin?"

Karina nyengir lebar, ia hendak buka suara ketika kembali teman-teman kurang ajarnya itu berteriak lebih dulu. 

"Sama dokter Yudha, Dok!"

Tampak wajah itu terkejut setengah mati, sementara Karina menepuk jidatnya dengan kesal. 

"Dokter Yudha? Yudha siapa?"

Tidak perlu Karina jawab, karena juru bicara Karina yang berjumlah enam orang itu langsung kembali menjawab dengan lantang. 

"Dokter Yudha Anggara Yudhistira Sp. B, lah, Dok."

"Hah? Dokter Yudha Anggara?" wajah itu kembali nampak terkejut, sungguh rasanya Karina ingin membunuh enam cecungguk itu dengan tangannya. 

"Jadi kalian selama ini pacaran, Rin? Kamu sama dokter Yudha?" kembali dokter Rasya menatap Karina dengan tatapan menyelidik, "Bukannya kalian selama ini terus berselisih satu sama lain ya?"

Memang! Ketidak akuran Karina dengan dosen satu itu sudah terdengar seantero dosen dan mahasiswa FK angkatan Karina. Sudah bukan pemandangan aneh jika melihat mereka bertemu tapi tidak saling tegur sapa, bahkan beradu argumen di ruang dekan, melihat Karina di hukum dokter Yudha, itu sudah sangat biasa sekali. 

Tentu sangat mengejutkan tiba-tiba mendengar Karina hendak menikah dengan sosok itu. 

"A-anu, Dok... jadi sebenarnya...."

"Karina kemakan sumpahnya sendiri, Dok." seru Tomi yang sontak diikuti anggukan kepala yang lain. 

Karina mengeram, rasanya setelah ini ia perlu ke kedai kopi kenamaan membelikan teman-temannya itu kopi, setelah dicampur sianida pastinya. Kenapa mereka tampak bahagia sekali dengan penderitaan Karina? 

"Eh?" dokter Rasya sontak menatap Tomi, "Kemakan sumpahnya sendiri gimana?" tentu ini membuat dosen patologi klinik itu penasaran, dan tentu saja bisa jadi berita heboh yang mengguncang fakultas. 

Pasalnya dia tahu sejawatnya itu tampak tidak pernah dekat atau tertarik pada wanita. Banyak yang mengira bahwa dia punya kelainan seksual. Tapi tidak ada bukti yang mendukung jadi itu hanya sebatas rumor. Dan sekarang sosok itu dikabarkan hendak menikahi mahasiswinya yang masih begitu belia? Tentu ini sangat mengejutkan sekali! 

Terlebih antara mereka tidak pernah terlihat akur. Tentu aneh sekali, bukan, kalau mereka tiba-tiba hendak menikah? 

"Ya tadi kan si Karina itu flashdisk dia hilang, Dok, nah teriak dia-nya. Bilang kalau ada yang nemuin dan kasih balik ke dia, kalau dia perempuan bakal dijadikan saudara, kalau laki-laki bakalan dijadikan suami."

Kontan tawa seisi ruangan pecah, tidak terkecuali dokter Rasya. 

"Oh begitu ya? Macam kisah Dayang Sumbi dan Tumang dong." seloroh dokter Rasya sambil tertawa. "Terus yang nemuin dokter Yudha gitu?"

"Iya Dok, beliau juga dengar teriakan nazar si Karin, nah langsung deh tadi bilang mau dilamar ke rumah."

Dokter Rasya sontak membulatkan mata, menoleh Karina yang wajahnya nampak merah padam itu. 

"Nggak apa-apa, Rin. Dokter Yudha ganteng juga kok, mana sudah spesialis lagi. Masa depanmu terjamin pokoknya!"

Tawa seisi kelas kembali pecah, Karina hanya nyengir sambil mengumpat dalam hati. Menikah dengan sosok judes dan menyebalkan itu dikatakan masa depan Karina terjamin? Ah... tidak perlu menikah dengan dia selama kedua orang tua Karin masih praktek mah, masa depan Karin juga terjamin kok. 

Karina mengusap wajahnya dengan kedua tangan, takdir macam apa ini? 

***

Karina melangkah lesu keluar dari ruang sidang, ia sudah kenyang dijadikan bahan tertawaan teman-teman dajjal-nya perihal hal malang apa yang harus Karina lakoni efek dari asal bicara yang membuat dia harus terikat secara terpaksa dengan sosok itu. 

Karina hendak menjatuhkan diri di sofa yang ada di depan ruang sidang ketika suara dering ponsel mengejutkan dirinya. 

"Siapa sih? Nggak tahu apa kalau lagi kesel?" Karina menggerutu, meraih ponsel itu dan terbelalak melihat siapa yang meneleponnya itu. 

'My Lovely Husband'

Hah! Lovely husband katanya! Rasanya Karina ingin me-reject panggilan itu. Namun dia tahu ini bukan solusi! Tidak menyelesaikan masalah! 

"Hallo," dengan malas Karina mengangkat panggilan itu. 

"Selamat ya, lulus, kan?" suara itu begitu datar, membuat  Karin mendecih kesal. 

"Lulus, Dok. Terima kasih banyak." jawab Karin dengan sama datarnya, garing banget sih orang ini? Eh tapi memangnya Karin berharap dia bersikap yang seperti apa? 

"Bagus, nanti malam siap-siap, saya jemput di kosan kamu."

Karina terkejut membelalakkan matanya mendengar apa yang dikatakan sosok itu. Dia mau menjemput Karina di kostnya? Untuk apa? 

"Hah? Mau ngapain, Dok?" tanya Karina tidak mengerti.

"Sudah lah, siap-siap saja, jam tujuh tepat saya sampai sana."

Kembali Karina terbelalak. 

"Memang Dokter tahu di mana kost saya?" mendadak Karina curiga, Jangan-jangan.... 

"Belum sih, nanti share lock ya? Saya jemput."

"Ta-tapi...."

TUT

Sambungan telepon terputus, membuat Karina sontak meremas ponselnya dengan gemas. Orang itu mau ngapain sih? Untuk apa dia menjemput Karina?

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Nury
ya allah aku gak berhenti ngakak baca ini..wkwkw
goodnovel comment avatar
Claudia
wkwkwkwkw...
goodnovel comment avatar
siti fauziah
.........tambah kocak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status