Home / Fantasi / Another Maze / Time Distortion

Share

Time Distortion

Author: A. JOEZAH
last update Last Updated: 2021-11-15 16:52:04

Neirda tampak serius.

Dia lalu menghadap lurus ke arah Zora dan mulai menjelaskan.

“Pertama, kau harus mencari kepingan air mata Aldebran yang terpencar di seluruh alam semesta, termasuk dunia paralel. Lalu, kau harus menemukan dan membunuh The Giant Black Doloro.” jelas Neirda, “Dan yang kedua lebih mudah, kau hanya perlu menghabisi nyawamu sendiri atau pria yang bersamamu itu.”

“Jangan main-main denganku!” murka Zora.

Matanya menyala biru. Tanpa berpikir panjang, Zora langsung menyerang Neirda dengan senjata meriam laser dari tangannya.

Zabb!

Meriam laser berwarna biru dengan cepat melesat mengenai tubuh Neirda.

Blasst!

Meriam itu tiba-tiba berhenti, dengan sekejap terhempas tepat sebelum mengenai Neirda.

“Seranganku tidak mempan sama sekali?” kejut Zora sembari tangannya gemetaran.

Neirda tetap tenang tak membalas, dia lalu berjalan membelakangi Zora beberapa langkah sambil melanjutkan penjelasannya.

“The Giant Black Doloro adalah makhluk perwujudan dari lubang hitam raksasa yang ada di alam semesta ini. Makhluk ini mampu menciptakan sebuah distorsi yang dapat mengganggu keseimbangan ruang dan waktu. Kembalinya Doloro,

dipicu karena adanya gangguan dalam paradoks waktu.”

Mata Zora kembali normal, dia tampak fokus mendengarkan penjelasan Neirda.

“Jadi, setelah aku mengumpulkan kepingan air mata Aldebran, apakah aku harus membunuh Doloro? Sedangkan, diriku sendiri tidak mengetahui wujud asli maupun keberadaannya?” tanya Zora.

“Tak ada yang mengetahui pasti keberadaannya, dan wujudnya juga dapat berubah-ubah. Hanya dengan mengembalikan wujud asli Doloro menjadi lubang hitam seperti semula, kau bisa menghentikan distorsi waktu,” jawab Neirda, “Tentunya hal itu tidak akan mudah dilakukan oleh makhluk fana biasa.”

“Apa itu distorsi waktu?” sahut Zora penasaran.

**

Kejadian aneh terjadi.

Tiba-tiba seluruh ruangan berguncang dahsyat.

“Apa yang terjadi di sini?” tanya Zora panik.

“Ini adalah distorsi waktu tahap awal.” jawab Neirda, “Tak ada waktu lagi, segera tentukan pilihanmu Zora!” imbuhnya.

Guncangan bertambah dahsyat.

Zora tiba-tiba merasa pusing dan mual.

Dari belakang Zora terbukalah sebuah portal raksasa.

Dari dalam portal tersebut bermunculan ribuan tangan raksasa pucat berkuku runcing disertai raungan keras menggelegar, memekakkan telinga.

“Aaa!! Raungan monster ini kencang sekali!” geram Zora sembari menutup telinganya.

Zora jatuh tersungkur, pandangan matanya perlahan mulai kabur.

Para monster mengerikan tanpa wajah mengenakan kostum pharaoh perlahan merangkak keluar dari dalam portal.

Para monster itu merangkak, perlahan mendekat ke arah Zora dengan mulut buasnya.

“Berhati-hatilah! Para monster distorsi itu akan melahapmu.” ujar Neirda, “Melawan para monster distorsi hanya akan memperbanyak jumlah mereka. Jadi, jangan pernah mencoba untuk melawan mereka!” imbuhnya memperingatkan.

“Aku pilih pilihanmu yang pertama, Neirda!” teriak Zora spontan, “Selamatkan aku!”

Neirda tiba-tiba menyusul ambruk bertekuk lutut.

Tek!

Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya.

Zora merangkak penuh hati-hati.

Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda.

Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut, lalu diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban.

Slap!

Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah.

Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan.

Sontak dia melarang Zora mendekat.

“Berhenti, Zora!”

“Jangan masuk ke dalam portal itu!” larang Neirda serius.

Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal.

Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri.

Neirda spontan berdiri menghadang Zora untuk menghalanginya masuk ke dalam portal misterius tersebut.

Dari belakang Zora, tampak para monster itu semakin beringas mengejarnya. Suara para monster yang menggelegar ditambah penampilannya yang mengerikan membuat suasana kala itu semakin mencekam.

Dengan penuh ketakutan Zora terus berlari.

Dengan pandangan menunduk, dirinya tidak sadar menabrak Neirda.

Bruak!

Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam portal misterius tersebut.

**

Di atas hamparan tanah merah gersang, Zora terbaring sendirian.

Di sekelilingnya tampak pasukan makhluk aneh menunggangi raksasa Hydra berkepala singa, tikus dan naga, berjumlah puluhan mengepung Zora.

Raksasa Hydra itu bermata empat, mereka tampak buas saat saling beradu semburan api.

Zora menoleh ke sana kemari sama sekali tak menemukan Hans dan Neirda.

“Di mana aku? Di mana Neirda? Hans juga tidak ada di sini?” gumamnya kepanikan.

“Tempat apa ini!!!” teriaknya lantang.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Another Maze   The Gate Aisle

    Beberapa minggu lalu, di Dunia Hampa. Neirda ambruk bertekuk lutut. Tek! Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya. Zora merangkak penuh hati-hati. Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda. Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut. Diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban. Slap! Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah. Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan. Sontak dia melarang Zora mendekat. “Berhenti, Zora!” “Jangan masuk portal itu!” larang Neirda serius. Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal. Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri. N

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 03

    Bangunan kerucut suku Taktataora lenyap. Seluruh mata terperangah. Mereka terkejut keheranan, tak menyangka akan menyaksikan Hexehemnemeywheye secara langsung. Namun, berbeda dengan Noel yang tampak curiga seakan tak percaya, “Aneh sekali, mengapa muncul makhluk yang berbeda?” gumamnya penasaran. Para suku Taktataora langsung berbaris kompak lalu berlutut menyembah. Hans menelan ludah. Matanya tiada henti memandang kedua makhluk aneh yang muncul dari portal tersebut. Dia lalu bertanya kepada Xena, mencoba memastikan, “Mereka ini makhluk mitologi yang kau ceritakan tadi?” Xena sejenak terdiam keheranan. “Aku tidak mengerti, aku tidak pernah melihat kedua makhluk ini … wujud Hexehemnemeywheye seharusnya hanya seekor naga merah!” ujar Xena. “Hah? Jadi—” “Mereka bukan Hexehemnemeywheye,” sahut ketua suku yang berdiri membelakangi Hans, “mereka makhluk miripoid … para pengawal Hexehemnemeywheye, jarang sekal

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 02

    Beberapa hari yang lalu. Di tengah pertemuan Neirda, Bethany dan Rosemary. Muncul sosok misterius berpenampilan serba putih di tengah mereka. Sosok itu seperti laki-laki, melayang, matanya tertutup kain dan membawa sebuah tongkat unik. “Iza?” ucap Neirda menebak, sementara Rosemary dan Bethany juga tampak cukup terkejut. Iza seketika itu membungkuk memberi penghormatan kepada Rosemary, lalu beralih pada Neirda dan Bethany. “Dengan berkah para dewa Aorda … sebagai utusannya … Zaseisye, atas terjadinya distorsi waktu, segeralah menuju Aorda!” ujar Iza, sosok laki-laki misterius tersebut. “Rose, Iza …! Zaseisye dan Bethany harus mengantarkan utusan GAIA itu ke Tetua Morga, aku juga harus melindungi salah seorang utusan GAIA yang tengah terpencar dari mereka. Dalam semesta mataku, ada beberapa utusan GAIA lain yang juga memasuki another maze, mereka butuh pengawal … mary.” sanggah Rosemary. “Mereka

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 01

    Hans tertegun. Sembari menelan ludah, matanya terbelalak tiada henti menatap perubahan tubuh Xena. “Cantik sekali!” “Aku ingin membawanya pulang!” gumam Hans penuh gairah. Xena tersenyum menatap Hans yang tiada henti memandanginya. Dia malah asyik memutar-mutar badan sengaja memperlihatkan penampilan barunya pada Hans, “Aku lebih cantik, ‘kan? Kau bisa gunakan aku sesukamu!” Deg! Hans mulai goyah. Tubuhnya mendadak menggigil gemetar, “Surga merindukanku!” batin Hans kesenangan, sembari menelan ludah. Neirda menyadari, dia spontan menepuk pundak Hans yang hendak hilang kontrol. “Kita harus melanjutkan perjalanan!” Hans tersadar. Dia mengangguk pelan perlahan setuju. “Sebentar! Aku butuh waktu untuk berpikir!” sahut Hans, “ini lebih dan lebih dari luar biasa! Dunia ini di luar akal sehat!” imbuh Hans terpukau sekaligus kebingungan. Noel sejenak melirik ke arah Hans, lalu pandangannya beralih ke arah

  • Another Maze   Tears of Aldebran

    Kakek tua itu hanya menatap sinis ke arah rombongan Hans, dan tampak acuh. Sambil membawa bola kristal hitam, dia tampak meregangkan punggung sembari memutar-mutar badan, “Ah nikmat sekali, badanku serasa muda lagi.” gumamnya sembari berlanjut menggaruk-garuk punggungnya yang gatal. Xena tampak serius, menatap kakek itu keheranan, “Ini … Tetua Agung Morga?” “Hah?” sahut kakek tersebut, sembari mendekatkan telinga, memperjelas pendengarannya. “Bukan, kakek ini cicit ke empat belas Tetua Morga!” timpal Yudolt berkulit kuning yang bersama mereka. “Hah?” kejut Xena kompak dengan Noel. “What the hell?” sahut Hans turut terkejut, sementara Neirda tampak menatap serius. Bethany berdiri menyambut kakek tua itu, “Panggilkan Tetua Morga kemari, bocah!” “Hah?” kejut Xena, Noel, dan Hans kompak. Sementara Neirda tampak menatap serius. Kakek itu sejenak melirik ke arah Bethany dan mengangguk seakan hafal dengan wajahnya, “T

  • Another Maze   The Great Elder Morga

    Noel berdiri menghadang, tangannya tampak begitu gemetar. “Makhluk ini bukan penyihir sembarangan.” gumam Noel setelah melihat Neirda memulihkan keadaan Hans menjadi normal seperti semula. “Neirda?” gumam Noel sekali lagi, seakan tak percaya. Neirda tampak tenang sembari berjalan menghampiri Noel. “Mengapa kau tidak membunuh Robert Hans?” tanya Neirda spontan, membuat Noel sangat terkejut keheranan. “Apa maksudmu?” sahut Noel penasaran. Neirda terdiam sejenak. Tanpa merapal sihir, tiba-tiba dari kejauhan, tangan Neirda menarik tubuh Robert Hans yang kala itu telah terbaring pingsan, dan membiarkannya melayang dalam sebuah sihir pelindung. “Dengan membunuh makhluk fana ini, kau akan mengakhiri penderitaannya, tapi ….” Neirda spontan menatap lurus wajah Noel dengan mata terpejamnya, “Doloro akan tetap ada!” Noel terkejut. “Doloro?” Mata hitam lebarnya mengkilap, insang kepalanya tampak mengepak-epak pertan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status