Home / Fantasi / Another Maze / Meet the Goddess

Share

Meet the Goddess

Author: A. JOEZAH
last update Last Updated: 2021-11-08 13:44:21

Portal mesin waktu perlahan lenyap dengan sendirinya. Dengan pandangan mata kabur, Zora melihat sosok perempuan misterius tersebut terbang mendekat ke arahnya.

Perempuan itu berambut merah scarlet, lurus terurai panjang semata kaki. Di atas kepalanya terdapat mahkota hitam berhias berlian, dengan dua tanduk merah kecil menyala-nyala.

Tubuh perempuan itu perlahan menyusut, kedua sayapnya menghilang, dan berjalan menyerupai manusia.

Berparas cantik dengan ekspresi datar, dan matanya terpejam. Kulitnya putih pucat, tubuhnya bersinar, memancarkan aura kehijauan.

Zora tertegun, matanya terus memandang lurus ke arah perempuan tersebut tanpa berkedip.

Perempuan itu mengenakan gaun cantik berwarna biru kelasi berbentuk unik, dan memegang sebuah tongkat aneh.

“Bidadari cantik sekali ... mungkin ini di surga.” gumam Zora.

Perempuan misterius itu mengentakkan tongkatnya.

Dhuk!

Tiba-tiba seluruh ruang putih hampa itu berubah sekejap menjadi hamparan pemandangan luar angkasa.

“Keseimbangan dunia adalah suatu tatanan kosmos dalam rotasi perputaran waktu.” tutur perempuan misterius tersebut tiba-tiba.

“Perubahan dalam tatanan kosmos, akan mengubah segala bentuk eksistensi yang bergerak dinamis dalam suatu harmoni. Sebuah distorsi dalam perputaran semu menciptakan sebuah labirin yang berjalan dalam paradoks waktu.” imbuhnya.

“Siapakah engkau sebenarnya?” tanya Zora keheranan.

“Neirda adalah perwujudan dari celestial goddess, penjaga keseimbangan universal. Jika sebuah identitas dapat dipahami oleh akal fana sebagai realitas kehidupan, Neirda adalah sosok yang mendekati julukan penjaga tatanan waktu.”

“Neirda?”

“Penjaga waktu? Aku sama sekali tak mengerti apa yang kau ucapkan!” sanggah Zora, “Bisakah kau berbicara dengan bahasa yang aku mengerti?” imbuhnya.

Neirda terdiam sejenak.

Aura hijaunya perlahan lenyap, merasuk ke dalam tubuhnya.

**

Neirda lalu mengubah cara bicaranya.

“Sudah empat puluh ribu tahun lamanya semenjak bangsa GAIA menginjakkan kaki di tempat ini.”

“Akhirnya kau bicara normal juga,” ujar Zora, “Sekarang jawablah pertanyaanku, siapa kau sebenarnya?” desaknya.

“Namaku Neirda Zaseisye Ei’en Dezehzsa, bangsa GAIA biasa memanggilku Neirda Sang Dewi Waktu,”

“Namamu Ozora Sakaguchi bukan?” sambung Neirda.

Zora terkejut.

Dia berdiri sembari tetap menggendong Hans.

“Bagaimana kau tahu namaku?”

Neirda berjalan beberapa langkah. Cara berjalannya tampak elegan, laksana tuan putri dalam negeri impian.

“Mudah saja bagi Neirda mengenali bangsa GAIA.” jawab Neirda enteng, “Neirda juga tau apa yang kau cemaskan dalam pikiranmu.” imbuhnya.

Zora terkejut.

“Apa kau bisa membaca pikiranku?”

Neirda tak langsung menjawab.

Dia tiba-tiba mengarahkan tangan ke atas, lalu merapalkan sebuah mantra, "Zeistiye Aldebara, lich u ku Neirda. Zeistiye GAIA, kai zemet e Zora."

Tampak aura hitam berputar menyelimuti seluruh tubuhnya.

Tongkat anehnya bersinar.

Sebuah proyeksi terpampang luas  terpancar dari tongkat aneh tersebut.

Tampak sebuah rekaman saat insiden mesin waktu bersama Hans.

“Ini adalah ingatan terakhirmu,” jelas Neirda.

Lalu rekaman itu berganti menjadi wajah seorang laki-laki, yang tak lain adalah Robert Hans.

“Dan ini adalah apa yang kau cemaskan.”

Zora yang kala itu memandang dengan serius tiba-tiba terdiam dengan wajah tertunduk lesu.

Neirda memahami apa yang sedang dipikirkan Zora, dia mencoba membantu menjelaskannya.

“Melakukan perjalanan waktu, hal itu sebenarnya sangat tidak diperkenankan bagi makhluk fana maupun para dewa sekalipun.” ujar Neirda serius, “Mengganggu sebuah perputaran waktu, dapat menciptakan munculnya sebuah labirin lain.”

“Labirin lain? Aku tidak paham maksudmu!” sahut Zora penasaran.

“Jika sebuah labirin normal atau labirin waktu hanya dapat menghubungkan perjalanan menuju dunia masa lalu, dunia masa depan maupun dunia masa sekarang, maka sebuah labirin lain akan tercipta dari sebuah labirin waktu yang terhubung dengan sebuah labirin ruang. Labirin lain tersebut juga akan menghubungkan beberapa dunia yang berbeda seperti dunia paralel maupun dunia fantasi.”

Zora mengangguk, penjelasan Neirda telah berhasil dipahaminya.

“Aku mengerti, jadi perjalanan waktu akan menciptakan sebuah labirin lain. Apakah kau juga bisa menjelaskan, jika sebuah portal waktu dari duniaku terbuka, apakah seluruh portal dari setiap dunia akan ikut terbuka?” tanya Zora penasaran.

“Tidak!”

“Itu tergantung dari tujuanmu, dan tergantung jenis portal yang kau gunakan.” jawab Neirda, “Sebuah portal hanya akan terbuka jika diaktifkan terlebih dahulu."

Zora berpikir sejenak.

Di dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang membuatnya semakin penasaran.

“Sebenarnya aku ini ada di mana? Mengapa aku bisa berada di sini?”

“Ini adalah dunia hampa. Dunia ini adalah tempat Neirda mengatur waktu.” jelas Neirda, “Kau telah memasuki sebuah portal kosong yang belum ter-setting, Zora. Sebenarnya portal tersebut sudah tidak dapat berfungsi lagi, namun pertemuan Neirda denganmu ini sudah diramalkan oleh para Dewa Aorda, maka Neirda harus membuka kembali portal tersebut.”

Zora tampak kebingungan, perkataan Neirda justru membuat pikirannya kalut dan terbeban, karena kejadian yang dialaminya sangat bertentangan dengan logika manusia normal. Zora berpikir keras, dia tidak dapat begitu saja mencerna seluruh kejadian aneh yang ada di sekitarnya.

“Cukup!”

“Aku tak peduli lagi dengan omong kosongmu!” bantah Zora.

Dia lalu menatap serius ke arah Neirda, sambil mengarahkan tangan cyborg yang dilengkapi meriam laser ke arahnya.

“Bagaimana caranya agar aku bisa kembali ke dunia asalku?” desak Zora.

Neirda tetap tenang, tak ada sedikit pun rasa khawatir di pikirannya.

“Empat puluh ribu tahun yang lalu bangsa GAIA juga bertanya sama persis sepertimu.” jawab Neirda, “Hanya ada dua pilihan agar kau bisa kembali lagi ke duniamu.” imbuhnya.

“Jangan berkelit!”

“Cepat katakan! Atau kuhabisi kau!” ketus Zora.

Dhuk!

Neirda mengentakkan tongkatnya.

Slap!

Layar proyeksi di hadapannya dengan sekejap menghilang, disertai seluruh ruangan kembali menjadi putih hampa seperti semula.

"Kau mengingatkan Neirda saat pertama kali bertemu dengan Eris." gumam Neirda.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Another Maze   The Gate Aisle

    Beberapa minggu lalu, di Dunia Hampa. Neirda ambruk bertekuk lutut. Tek! Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya. Zora merangkak penuh hati-hati. Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda. Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut. Diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban. Slap! Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah. Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan. Sontak dia melarang Zora mendekat. “Berhenti, Zora!” “Jangan masuk portal itu!” larang Neirda serius. Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal. Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri. N

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 03

    Bangunan kerucut suku Taktataora lenyap. Seluruh mata terperangah. Mereka terkejut keheranan, tak menyangka akan menyaksikan Hexehemnemeywheye secara langsung. Namun, berbeda dengan Noel yang tampak curiga seakan tak percaya, “Aneh sekali, mengapa muncul makhluk yang berbeda?” gumamnya penasaran. Para suku Taktataora langsung berbaris kompak lalu berlutut menyembah. Hans menelan ludah. Matanya tiada henti memandang kedua makhluk aneh yang muncul dari portal tersebut. Dia lalu bertanya kepada Xena, mencoba memastikan, “Mereka ini makhluk mitologi yang kau ceritakan tadi?” Xena sejenak terdiam keheranan. “Aku tidak mengerti, aku tidak pernah melihat kedua makhluk ini … wujud Hexehemnemeywheye seharusnya hanya seekor naga merah!” ujar Xena. “Hah? Jadi—” “Mereka bukan Hexehemnemeywheye,” sahut ketua suku yang berdiri membelakangi Hans, “mereka makhluk miripoid … para pengawal Hexehemnemeywheye, jarang sekal

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 02

    Beberapa hari yang lalu. Di tengah pertemuan Neirda, Bethany dan Rosemary. Muncul sosok misterius berpenampilan serba putih di tengah mereka. Sosok itu seperti laki-laki, melayang, matanya tertutup kain dan membawa sebuah tongkat unik. “Iza?” ucap Neirda menebak, sementara Rosemary dan Bethany juga tampak cukup terkejut. Iza seketika itu membungkuk memberi penghormatan kepada Rosemary, lalu beralih pada Neirda dan Bethany. “Dengan berkah para dewa Aorda … sebagai utusannya … Zaseisye, atas terjadinya distorsi waktu, segeralah menuju Aorda!” ujar Iza, sosok laki-laki misterius tersebut. “Rose, Iza …! Zaseisye dan Bethany harus mengantarkan utusan GAIA itu ke Tetua Morga, aku juga harus melindungi salah seorang utusan GAIA yang tengah terpencar dari mereka. Dalam semesta mataku, ada beberapa utusan GAIA lain yang juga memasuki another maze, mereka butuh pengawal … mary.” sanggah Rosemary. “Mereka

  • Another Maze   Hexehemnemeywheye - 01

    Hans tertegun. Sembari menelan ludah, matanya terbelalak tiada henti menatap perubahan tubuh Xena. “Cantik sekali!” “Aku ingin membawanya pulang!” gumam Hans penuh gairah. Xena tersenyum menatap Hans yang tiada henti memandanginya. Dia malah asyik memutar-mutar badan sengaja memperlihatkan penampilan barunya pada Hans, “Aku lebih cantik, ‘kan? Kau bisa gunakan aku sesukamu!” Deg! Hans mulai goyah. Tubuhnya mendadak menggigil gemetar, “Surga merindukanku!” batin Hans kesenangan, sembari menelan ludah. Neirda menyadari, dia spontan menepuk pundak Hans yang hendak hilang kontrol. “Kita harus melanjutkan perjalanan!” Hans tersadar. Dia mengangguk pelan perlahan setuju. “Sebentar! Aku butuh waktu untuk berpikir!” sahut Hans, “ini lebih dan lebih dari luar biasa! Dunia ini di luar akal sehat!” imbuh Hans terpukau sekaligus kebingungan. Noel sejenak melirik ke arah Hans, lalu pandangannya beralih ke arah

  • Another Maze   Tears of Aldebran

    Kakek tua itu hanya menatap sinis ke arah rombongan Hans, dan tampak acuh. Sambil membawa bola kristal hitam, dia tampak meregangkan punggung sembari memutar-mutar badan, “Ah nikmat sekali, badanku serasa muda lagi.” gumamnya sembari berlanjut menggaruk-garuk punggungnya yang gatal. Xena tampak serius, menatap kakek itu keheranan, “Ini … Tetua Agung Morga?” “Hah?” sahut kakek tersebut, sembari mendekatkan telinga, memperjelas pendengarannya. “Bukan, kakek ini cicit ke empat belas Tetua Morga!” timpal Yudolt berkulit kuning yang bersama mereka. “Hah?” kejut Xena kompak dengan Noel. “What the hell?” sahut Hans turut terkejut, sementara Neirda tampak menatap serius. Bethany berdiri menyambut kakek tua itu, “Panggilkan Tetua Morga kemari, bocah!” “Hah?” kejut Xena, Noel, dan Hans kompak. Sementara Neirda tampak menatap serius. Kakek itu sejenak melirik ke arah Bethany dan mengangguk seakan hafal dengan wajahnya, “T

  • Another Maze   The Great Elder Morga

    Noel berdiri menghadang, tangannya tampak begitu gemetar. “Makhluk ini bukan penyihir sembarangan.” gumam Noel setelah melihat Neirda memulihkan keadaan Hans menjadi normal seperti semula. “Neirda?” gumam Noel sekali lagi, seakan tak percaya. Neirda tampak tenang sembari berjalan menghampiri Noel. “Mengapa kau tidak membunuh Robert Hans?” tanya Neirda spontan, membuat Noel sangat terkejut keheranan. “Apa maksudmu?” sahut Noel penasaran. Neirda terdiam sejenak. Tanpa merapal sihir, tiba-tiba dari kejauhan, tangan Neirda menarik tubuh Robert Hans yang kala itu telah terbaring pingsan, dan membiarkannya melayang dalam sebuah sihir pelindung. “Dengan membunuh makhluk fana ini, kau akan mengakhiri penderitaannya, tapi ….” Neirda spontan menatap lurus wajah Noel dengan mata terpejamnya, “Doloro akan tetap ada!” Noel terkejut. “Doloro?” Mata hitam lebarnya mengkilap, insang kepalanya tampak mengepak-epak pertan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status