Share

The Arrogant Girl

Sepuluh cyborg tipe Eleven berbadan besar dan bertubuh kekar berhadapan dengan seorang gadis bertopi tinggi yang mengenakan penutup mata sebelah. Gadis itu tampak sedang tertidur dengan posisi berdiri. Dengan sekejap, seluruh cyborg tersebut menyerang dari segala arah secara acak. Tanpa memberi celah sedikit pun, dengan beragam senjata yang mereka pakai, gadis itu mampu menghindarinya dengan refleks akrobatik yang sangat cantik.

Seluruh bidikan laser yang mengarah ke arahnya mampu ditepis hanya dengan melempar beberapa lembar tisu yang diambilnya dari saku baju. Empat cyborg dengan senjata gergaji mesin maju menyerangnya dari segala arah. Secara mengejutkan, empat unit cyborg dengan mudah dihancurkan hingga meledak hanya dengan beberapa sentilan peluru tisu sebesar kelereng.

Para cyborg lain tampak mundur menjauh dari gadis aneh tersebut. Dua buah meriam raksasa dari ribuan tisu yang bergerak menyatu membalut kedua tangannya, disertai sebuah cahaya biru menyala-nyala tampak mengumpul di tengah meriam tersebut.

“Sudah cukup!” perintah seorang perempuan bergaun merah, mengenakan topi floppy hitam berenda bunga dengan kain transparan menutup wajah, Lenna Lavender.

Gadis itu menurut.

“Trixie, kau masih belum cukup lavender untuk terlihat pantas di mataku,” ucap Lenna, menyebut kata lavender untuk cantik. “Berdirilah di belakangku!”

Tik!

Lenna Lavender mengetikkan jarinya sekali, seluruh cyborg yang tersisa seketika itu kembali nonaktif dan tergeletak berjatuhan.

“Kalian para kaleng rongsokan mengganggu pemandanganku! Jangan coba berani menginjakkan kaki di lantai yang sama denganku!” ketus Lenna dengan arogannya, sembari memegang gelas jus markisa dan duduk di atas tubuh seorang pelayan.

Selang beberapa saat, seorang pria berkostum kura-kura datang berjalan dengan merangkak menghampiri Lenna.

“Ada perlu apa kura-kura kotor ini menemuiku, sangat tidak lavender!” ucap Lenna dengan nada merendahkan.

“Aa a … anu,”

Dengan bicara terbata-bata, pria itu tampak ketakutan, seluruh tubuhnya menggigil gemetaran disertai keringat di wajahnya mengucur deras, ”Tu-tu-tuan Putri Lenna, di luar ada Nona Yuriko mencari Anda!”

“Panggil dia masuk dan kau cepat menyingkir dari pandanganku!” perintah Lenna.

Orang itu mengangguk tanpa berani mengangkat wajahnya ke atas.

Dengan santainya, Yuriko yang mengenakan kostum panda langsung saja berjalan masuk menghampiri Lenna tanpa diperintah. Sementara pria tersebut langsung merangkak keluar ruangan dengan cepat seperti cacing kepanasan.

“Serangga kotor WG! Menjijikkan! Sangat tidak lavender!” hina Lenna bergumam keras.

**

Seorang pelayan bertopi siput tampak menghampiri Lenna, dan menuangkan jus markisa dari cangkir emas ke dalam gelas yang dibawa Lenna.

“Trixie!” perintah Lenna menunjuk Trixie tanpa memberi tahu.

Trixie paham dan menurut, dia lalu mendekat di samping Lenna, “Ada perlu apa orang WG datang kemari?” sapa Trixie.

“Tidak ada hubungannya denganmu!” sahut Yuriko, “Aku ingin berbicara dengan Lenna yang duduk di sampingmu itu!”

Trixie berjalan mendekat menghampiri Yuriko, “Jika tidak ada hal penting yang akan dibicarakan lebih baik kau pergi dari sini!”

“Robert Hans telah ditemukan!” seru Yuriko.

Lenna terkejut. Raut wajahnya tampak serius sembari meneguk segelas jus markisa yang dipegangnya.

“Aku tidak kenal siapa itu Robert Hans! Dan apa hubungannya dengan Tuan Putri?” sanggah Trixie menatap mata Yuriko.

“Ozora Sakaguchi berhasil membawa Hans, mereka kini berada di laboratorium WG.”

Pyar!

Gelas jus markisa pecah setelah dicengkeram erat Lenna.

“Robot serangga menjijikkan! … Kurang ajar! Sangat tidak lavender!” geram Lenna tampak kesal, “Trixie!!”

Lenna berjalan mendekat menghampiri Yuriko, sementara Trixie mundur beberapa langkah memberi jalan lewat.

“Jangan berbohong padaku!” ujar Lenna.

Yuriko kemudian memperlihatkan bukti rekaman dari sebuah proyeksi hologram saat Zora bertemu Hans.

“Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Lenna mengamati seakan tidak percaya.

“Seperti yang kau lihat, mereka tampak merencanakan sesuatu!” ujar Yuriko.

“Merencanakan sesuatu?” gumam Lenna, “Di mana mereka sekarang?”

“Pulau terpencil Halze. Di salah satu laboratorium WG.”

“Trixie siapkan kapsul capung! Kabari para pasukan dan beberapa ilmuan agar segera ikut bersamaku! Kita akan segera meluncur ke Pulau Halze!” perintah Lenna, “Dan kau orang WG, kau juga ikut dengan kami!” tunjuk Lenna kepada Yuriko.

“Baik, Tuan Putri!” sahut Trixie, sementara Yuriko mengangguk pertanda setuju.

“Aku akan memberi tahu Jessie.” gumam Lenna sembari mengetikkan sebuah pesan melalui tablet hologram.

**

Setelah menempuh perjalanan seharian penuh, dengan kendaraan helikopter jenis capung, rombongan Im-Tech yang dipimpin Lenna berhasil mendarat di pesisir Pulau Halze.

“Jadi ini Halze, kotor sekali!” ucap Lenna sembari memandang hamparan pepohonan hijau disertai langit biru cerah dekat dengan pesisir pantai. “Trixie, bawakan padaku sepatu berlian agar kaki lavenderku ini tidak kotor!”

“Baik, Tuan Putri! Apa ada yang lain?”

“Pergi!!” bentak Lenna.

“Baik, Tuan Putri!”

Yuriko membuka tablet hologramnya, dia menelusuri lokasi laboratorium WG dengan bantuan peta digital, “Dua kilometer dari sini ke arah selatan, kita akan sampai di laboratorium.”

“Cukup! Aku tak ingin menunggu lama!” Lenna menyuruh Trixie mengambil beberapa gelang booster dari ransel lalu membagikannya kepada seluruh rombongan Im-Tech, “Pakai gelang ini! Tidak usah bertanya! Ikuti saja orang ini!” perintah Lenna sembari menunjuk Yuriko.

Selang beberapa saat, mereka pun berjalan mengikuti Yuriko dan meneruskan perjalanan.

Di sekeliling mereka, beberapa ekor kanguru tampak melompat-lompat bersama kawanannya.

Dari kejauhan seorang perempuan bertopi bowler dengan membawa shotgun berdiri menghadang setelah mereka sampai di depan puing-puing laboratorium WG.

Perempuan bertopi bowler tersebut tampak menyekap seorang gadis berkacamata yang tak lain adalah Dhea Kumala Anggraini.

“Jessie?” gumam Lenna terkejut, dia beserta rombongan lain lalu berjalan mendekat ke arah perempuan tersebut sembari mengamati puing-puing bekas laboratorium WG yang terbakar  dengan banyak jasad ilmuan berserakan.

“Kau terlambat! Kau sama sekali tidak berubah adik kecil!” sapa Jessie sambil menghempaskan asap rokoknya.

“Apa yang terjadi di sini?”

“Siapa gadis yang kau bawa itu?” tanya Lenna penasaran.

Jessie menarik rantai borgol yang terpasang di leher Dhea dengan kasar lalu membanting tubuhnya ke tanah.

Bruak!

Dhea mengerang kesakitan dengan mulut tersumpal perban.

“Di perjalanan aku bertemu kucing ini, jadi aku memungutnya. Aku akan menjadikannya hewan peliharaanku!” jawab Jessie santai, “Apa kau kemari hanya untuk mencampuri urusanku?”

Lenna tak langsung menjawab.

Dia melihat Dhea mengenakan jas lab putih dengan logo Mira-Tech membuatnya semakin penasaran, “Terserah! Lakukan sesukamu! Serangga tak ada hubungannya denganku!” jawab Lenna arogan, “Aku hanya tidak suka caramu memperlakukan serangga seperti itu!”

Jessie menodongkan shotgun-nya tepat ke arah muka Dhea, “Jika seperti ini, apa yang akan kau lakukan, adik kecil?”

“Trixie!!” teriak Lenna memanggil Trixie.

Dengan sekejap Trixie bergerak cepat menghampiri Jessie, lalu mengarahkan sebilah pedang tisu ke arahnya.

“Sebaiknya kau lepaskan serangga itu atau Trixie akan menebas lehermu!” ancam Lenna.

Jessie tampak santai sembari menghisap sebatang rokoknya lalu perlahan menghempaskan, “Fuuh!”

Selang beberapa saat Jessie berubah pikiran sembari menurunkan shotgun-nya, “Membosankan sekali!”

Situasi menegangkan tersebut berangsur kembali menjadi normal.

Lenna beralih melirik ke arah Yuriko yang tampak asyik mencamil sebungkus snack, “Kau yakin ini laboratorium WG?”

“Aku juga tidak mengerti apa yang terjadi di sini” jawab Yuriko, “Tempat ini adalah laboratorium WG, tempat mesin waktu berada.”

“Mesin waktu?”

“Jadi mesin itu benar-benar ada?” tanya Lenna penasaran.

“Mungkin jawabannya berada di balik tembok itu!” ucap Yuriko sembari menunjuk sebuah kotak ruang dikelilingi tembok dengan kondisi setengah hangus terbakar.

Lenna terdiam sejenak. Dengan wajah menunduk ke bawah, dia mengambil sebuah pistol dari balik gaunnya. Tanpa ada satu pun orang yang menyadari, Lenna merencanakan sesuatu di balik senyum anehnya.

“Banyak hal menarik terjadi,” gumam Lenna “Jika ada sesuatu di balik tembok itu, aku hanya berpikir bahwa ….”

Dhuarr!

Dhuarr!

Dua kali tembakan dilancarkan Lenna tepat mengenai dada Dhea.

“Memasuki tempat baru alangkah baiknya diawali dengan membunuh serangga!”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status