Share

Another day
Another day
Penulis: Sinta Nuna

Pertemuan

"Augh bosan sekali," desah seorang pria kecil yang sedang duduk di kursi tamu panti asuhan.

"Gevan, kau merasa bosan ya," tanya sang ayah.

"Hmm!" pria kecil itu menganggukan kepala.

"Kalau begitu kamu tunggu di luar sambil main, ada banyak anak panti yang seumuran denganmu kok. Ayah akan segera menyelesaikan pekerjaan ayah dengan cepat."

"Baik ayah kalau begitu aku tunggu di luar aja ya." dengan semangat pria kecil itu keluar dari ruangan kepala panti.

"Sampai mana tadi?" sang ayah melanjutkan rapatnya.

"Pak Gibran, bapak yakin akan memberikan sebanyak ini untuk panti asuhan?" tanya pengasuh pada ayah dari pria kecil tadi yang bernama pak Gibran.

"Ya saya yakin karna saya tidak tau kapan saya akan kembali, saya juga bahkan akan membawa Gevan untuk sekolah disana." jawab pak Gibran.

"Kalau begitu saya harus tanda tangan dimana? selaku pengasuh panti saya mohon maaf karna tidak bisa menolak."

"Ah tidak apa-apa! Saya justru senang jika anda berkenan menerimanya, karna selama ini saya selalu datang setiap minggu kesini tapi kali ini, entah berapa lama saya tidak akan datang jadi saya harap jumlah ini cukup untuk menggantikan kepergian saya," ujar pak Gibran.

***

Gevan Revaldo, dia adalah putra tunggal dari pengusaha terkaya no 2 di Indonesia. Setiap Minggu dia selalu ikut dengan ayahnya pergi ke panti asuhan untuk melakukan acara khusus bagi anak-anak disana namun, maksud kedatangan dia kali ini bukan untuk itu melainkan untuk berpamitan karna mereka akan segera pindah rumah ke Australia karna urusah bisnis.

Saat Gevan berjalan menyusuri halaman panti, dia melihat begitu banyak anak panti tengah asyik bermain dengan teman-temannya. Gevan terus berjalan tanpa berhenti dia hanya melihat-lihat saja tanpa ikut bermain.

Tanpa terasa setelah lama berjalan mengelilingi halaman panti, dia tiba di halaman belakang dan terdapat danau disana.

"Wah indah sekali," ucapnya dengan kagum.

Lalu Gevan pun berhenti berjalan dan duduk di tepi danau sambil menikmati pemandangan yang begitu indah.

"Sejak kapan ada danau yang begitu indah disini? Sepertinya ini pertama kalinya aku menginjak halaman belakang," gumam Gevan.

Saat sedang santai menikmati pemandangan dengan tiba-tiba sebuah bola datang dari belakangnya dan masuk ke dalam danau.

"Apa itu?" Gevan langsung berdiri dan mendekati danau.

"BOLAKUU!" teriak gadis kecil dari belakangnya.

Sambil menangis gadis kecil itu berlari mendekati sungai karna ingin mengambil bola miliknya.

"Eh..eh kamu mau ngapain?"tanya Gevan sambil memegang tangannya.

"Mau ngambil bola," jawab gadis itu.

"Bahaya tau nggak! Kamu terlalu kecil untuk masuk ke danau ini, kamu mau mati tenggelam?" ujar Gevan seraya menenangkan gadis itu.

"Kalau begitu ambilkan bola itu untukku," pinta gadis itu dengan manja.

"Tidak bisa, aku juga masih kecil untuk masuk kesana."

"Tapi kamu tinggi."

Gevan tersenyum dan langsung menarik gadis itu dari tepi danau sambil berkata:

"Aku memang tinggi tapi, tetap tak bisa masuk kesana."

"Kenapa?"

"Karna danau itu jauh lebih dalam di bandingkan tinggi badanku."

"Tapi bolaku,"

"Tidak apa-apa besok aku bawakan yang baru," Gevan menenangkan gadis itu dengan penuh kasih sayang.

"Benarkah?"

"Iya aku janji, sekarang kamu kembali bermain oke!"

"Bermain dengan siapa?"

"Dengan temanmu lah dengan siapa lagi?"

"Aku tidak punya teman," jawab gadis itu dengan singkat.

"Ah begitu! Kalau begitu mau main denganku?" tanya Gevan.

"Kamu mau main denganku?tapi main apa! Kan bolanya jatuh ke sungai," ujar gadis itu.

"Di halaman panti banyak bola kan disana jadi, kita main disana aja," jawab Gevan sambil tersenyum.

Gadis itu seketika terdiam dan langsung duduk di tepi danau.

"Kenapa?"

"Aku tidak mau main disana, aku benci keramaian," ketus gadis itu.

"Kenapa? Bukankah menyenangkan?" Gevan.

"Yaudah kamu sendiri aja yang main disana sama teman-teman yang lain, aku disini aja."

"Ah tapi bahaya jika kamu sendiri disini! Baiklah, kalau begitu aku akan duduk disini bersamamu." tanpa banyak bicara Gevan langsung duduk disamping gadis itu.

Gadis itu langsung tersenyum dengan begitu bahagia.

"Oh iya, ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Gevan.

"Alea, namaku Alea."

"Wah nama yang indah hehe berapa umurmu?"

"8 tahun."

"Berarti aku 2 tahun lebih tua darimu kenalin, namaku Gevan." Gevan mengulurkan tangannya pada Alea.

Sambil menerima uluran tangan Gevan, Alea menjawab

"Jadi kita berteman?"

"Tentu saja, kita berteman mulai sekarang tapi, aku mau tanya."

"Tanya aja."

"Apakah Alea suka main sendiri di belakang panti?"

Alea menganggukan kepala.

"Kenapa? Bukannya bahaya jika anak kecil berada disini sendirian? Nanti kalau jatuh ke air gimana? Emang Alea bisa berenang?"

Alea hanya menyeringai.

"Loh kok senyum? Aku serius loh," ujar Gevan.

"Kak Gevan terlalu banyak bertanya," celoteh Alea.

*Astaga Alea aku serius loh, nanti kalau kamu jatuh ke air gimana?"

"Gak gimana-gimana Kakak, sejauh ini Alea baik-baik saja. Sebenarnya bukan jatuh ke air yang alea takutkan."

"Lalu apa?"

"Alea takut sakit Alea kerasa lagi." Alea seketika menundukkan kepalanya.

"Sakit? Alea sakit apa emang?" tanya Gevan.

"Alea gak tau kak, tapi itu benar-benar sakit. Jika sakitnya mulai datang Alea bisa saja gak bangun selama beberapa hari," jelas Alea seketika membuat Gevan sedih dan memeluknya.

"Alea baik-baik saja kok, kak Gevan yakin Alea pasti gak bakalan sakit lagi."

"Kak Gevan adalah teman pertama Alea yang berani memeluk Alea dan sekarang Alea gak takut lagi sama sakit Alea," isak Alea

"Benarkah? Kalau begitu kak Gevan akan terus memeluk Alea setiap Alea merasa takut, agar takutnya Alea hilang."

Alea hanya tersenyum.

***

Gevan dan Alea terlihat sama-sama bahagia sambil saling berbagi cerita lucu yang mereka tau. Mereka berdua tertawa riang seolah-olah sudah mengenal lama satu sama lain. Namun sayang, di tengah perbincangan mereka, Alea dengan tiba-tiba merasa sesak nafas dan batuk darah. Gevan merasa sangat panik sampai mengelap darah di bibir Alea dengan lengan bajunya yang berwarna putih itu.

"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa darahnya banyak sekali?" tanya Gevan panik.

"Alea tidak apa-apa kok," jawab Alea dengan tatapan sayu.

"Alea tunggu disini ya, kak Gevan akan panggilkan kakak suster sebentar." Gevan langsung berlari menuju kantor dimana ayahnya berada.

Di kantor.

"Ayah... tolong temanku," teriak Gevan pada sang ayah.

"Kamu kenapa nak? Bajumu, kenapa bajumu penuh darah?" tanya sang ayah dengan panik.

"Temanku sakit ayah, tolong dia."

"Teman yang mana? Tunggu dulu, apa jangan-jangan? Nak, apa temanmu sesak nafas dan batuk darah?" tanya pengasuh panti.

"Iya-iya seperti itu, tunggu apalagi? Ayo ikuti aku ,dia mungkin sudah tak sadarkan diri sekarang," gertak Gevan.

Tanpa banyak bertanya lagi sang ayah dan pengasuh langsung lari mengikuti Gevan dan setibanya mereka di belakang panti betapa kagetnya Gevan saat melihat Alea sudah terkapar tak sadarkan diri di bawah pohon.

"ALEAA...ALEAAA!" Gevan berlari kearah Alea dan langsung memeluk Alea.

"ALEAA BANGUN KAU MENDENGARKU?ALEAA.." teriak Gevan sambil derai air mata.

"Gevan."

"Ayah cepatlah tolong dia, pengasuh, temanku  tidak mati kan?" tanya Gevan dengan begitu panik.

"Gevan.. Gevan kamu minggir dulu agar ayah bisa menggendongnya."

Suasana tegang, Panik, serta khawatir bercampur aduk hanya dalam satu waktu. Gevan yang baru saja senang karna mendapatkan teman baru, kini penuh derai air mata karna takut temannya tak bisa tertolong.

***

3 hari telah berlalu, namun Alea masih saja terbaring tak sadarkan diri dengan selang selang oksigen di hidungnya. Gevan tak bosan menjenguknya setiap hari di rumah sakit dari mulai matahari terbit bahkan hingga tenggelam. Terkadang dia membacakan dongeng untuk Alea, dia juga membawakan bola baru seperti yang telah di janjikannya dan meletakannya di meja yang ada di samping bangsalnya.

Saat sedang tidur sambil memegang tangan Alea, sang ayah tiba-tiba datang untuk mengajaknya segera pergi karna hari ini adalah hari pindahan mereka.

"Gevan ayo, kita akan ketinggalan pesawat," ucap sang ayah.

"Ayah, tidak bisakah pindahnya di tunda dulu sampai Alea bangun?"

"Tidak bisa nak, ayah sangat sibuk dan kamu juga harus mulai sekolah lusa."

"Tapi Alea."

"Dia akan baik-baik saja, ada pengasuh yang akan menjaganya."

"Aleaa... Kapan kamu akan bangun? Kak Gevan merindukanmu," isak Gevan.

"Gevan!!!"

"Iya ayah sebentar lagi. Alea kak Gevan pergi dulu ya, maafkan kak Gevan karna tak bisa ada saat Alea bangun nanti. Kak Gevan janji, saat kembali nanti kak Gevan akan langsung datang kesini untuk menemui Alea, tunggu kak Gevan datang lagi ya," ucap Gevan sambil mengepalkan liontin di tangan Alea.

"Bu pengasuh tolong jaga Alea ya."

"Jangan khawatir, Alea akan baik-baik saja sampai Gevan bisa menemuinya lagi nanti." ujar pengasuh.

Lalu sang ayah dengan terpaksa menarik tangan Gevan untuk segera pergi.

"Tunggu Kak Gevan Alea, kak Gevan pasti akan segera kembali."

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status