Motif Misterius...“Percuma saja. Kita hanya perlu mengetahui motif Graci sampai bunuh diri ...” Zizara kembali mendekati meja kerja Wilson. “Kamu sudah mengkhianatinya? Berselingkuh?”Jantungnya tiba-tiba saja berpacu kencang dengan wajah yang sangat kaget.Tatapan Zizara yang mengintrogasi benar-benar membuat Wilson berusaha keras mengalihkannya.“Mana mungkin? Jangankan berselingkuh, apakah selama ini aku selalu bermain-main dengan wanita?”Zizara menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Benar juga. Meski bisnis gelapmu itu masih jalan tapi kamu masih perjaka.” Dia melihat jam cantik di tangannya. “Ya sudah terserah kamu saja.” Berbalik badan dan pergi.Ruangan senyap setelah Zizara pergi, “Dia memang ayahnya Vanesya, tapi karena kesalahannya dia harus berhadapan langsung denganku.” Diam-diam Wilson tidak rela jika ada pria yang menyakiti saudari satu-satuny
Dia Bukan Mayat Di Pembaringan...“Aku diutus membawa Nona kembali ke mansion.”“Untuk apa memberiku racun kalau aku dibawa kembali ke sana?” Anehnya Rafaela percaya dengan kebohongan Aldrick tadi.Pria itu berusaha menahan tawanya, “Agar Nona bisa mudah dikubur di belakang rumahnya. Nanti orang bisa curiga kalau kami bawa mayat dari sini.”“Oh ... begitu rupanya. Baiklah!”Aldrick mengelus dada melihat tingkah polos gadis itu.“Tapi bisa beri waktu untuk menulis surat? Aku harus pamitan pada Kak Milna ...” pinta Rafaela. “Tenang saja aku tidak akan membocorkan kematianku.”“Di mobil saja. Kita tidak ada waktu.” Dia mendadak gugup.Rafaela menyiapkan selembar kertas dan pena. Kemudian bersama Aldrick menuju tempatnya Wilson. Saat Rafaela mengeluarkan kertas dan pena, Aldrick meminjamkan ponselnya untuk penerangan sewaktu Rafaela menulis.Ia tidak memperhatikan perjalanan ini, ketika mobil terhenti malah di rumah sakit. “Ap terjadi sesuatu dengan Wilson?” tanya Rafaela baru sadar sa
(MENDERITA SEPANJANG HIDUP)...“Tolong! Kak Dorny tolong aku ...” Tiba tiba saja Rafaela berkata dengan lirih. Wilson fikir gadis itu sudah bangun ternyata dia masih terpejam. Saat menyentuh keningnya terasa sangat panas.“Dasar lemah! Begini saja kamu sudah demam!” gumam Wilson meminta pelayan mengambilkan kompres untuk Rafaela. Entah mengapa hatinya bergerak untuk mengurus gadis itu malam ini.***Rafaela membuka matanya perlahan. Ada sesuatu yang berat sedang melingkar di perutnya. Saat dia melirik, sosok besar itu tengah bernafas dengan teratur. Ia juga salah fokus pada kain yang ada di atas keningnya. Refleks ia ambil itu dan menyingkirkannya. Apa aku sakit semalaman? Batin Rafaela.Merasakan ada pergerkan, Wilson membuka matanya. “Bagaimana? Apa semalam kamu bermimpi buruk yang bagiku sangat indah.” Ucapannya menyeramkan sekali. Namun sebisa ungkin Rafaela tidak akan takut.Gadis itu menjauhkan tangan Wilson dari tubuhnya dan beringsut untuk duduk. Tapi dia mengerang kesakita
(KEPUTUSAN GILA)...“Sebenarnya ikatan persahabatan Rafaela dan Graci membuat kami ingin ikatan terus terjalin dan berharap posisi Graci digantikan oleh Nak Rafaela,” ujar Remi meneruskan.Wilson dan Rafaela tidak mengerti apa maksud mereka. Nenek Ratri mengerti klau mereka berdua tidak mengerti atau mungkin kaget dengan keputusan yang secara tiba-tiba.“Kami sudah memutuskan untuk menjodohkan kalian berdua. Aku sebagai orang tua Wilson ingin yang terbaik buatnya dan tidak mau sembarang wanita yang jadi teman hidupnya.”“Ta ... tapi ini ... bagaimana mungkin. Tidak pernah terbesit sedikitpun mengambil Wilson dan Graci,” Rafaela berujar dengan lirih.“Graci sudah tidak ada. Kami sebagai orang tua Graci senang karena kamu adalah temannya putri kami.” Rama nampak memelas.“Kamu tidak mengambilnya dari putri kami. Iya kan? Bu Ratri?” Remi begitu antusias.“Tapi ini semu
(Peraturan Nyleneh)...“Wanita itu melakukan kesalahan apa?” Rafaela berbisik pada salah seorang pelayan.“Dia hamil. Tuan Wilson paling tidak suka dengan wanita hamil. Kalau bukan karena sudah lama mengabdi di sini, dia tidak akan bisa pergi hidup-hidup!” bisiknya dengan hati-hati.Terlihat wanita hamil yang perutnya masih rata itu berjalan tertatih meninggalkan kediaman Wilson. Banyak dari mereka yang ingin mengantar atau pun mengucapkan selamat jalan, tapi tidak ada yang berani melakukannya. Bu Maya pula ingin mengantar tapi dicegah oleh penjaga. Semua orang hanya memandang kepergiannya dengan perihatin.“Ngapain kalian masih saja berdiri! Kita kembali kerja!” Aldrick berseru lagi.Semua orang pun bubar. Bu Maya berhenti sejenak saat melihat Rafaela.“Bu ...” Rafaela ingin mendekatinya. Namun sayangnya wanita itu hanya membungkuk hormat dan berlalu begitu saja. Rafaela tidak terkejut t
(Semua Orang Kantor?)...“Jadi sejak tadi kamu hanya berkutat dengan ini?” Rafaela terkejut saat Wilson sudah membaca beberapa kata. “Maaf ... aku tidak ada kegiatan lain.” Gadis itu merasa bersalah sekali dan menutup Word-nya yang bahkan belum tersimpan.“Kamu suka buat puisi?”“Tidak, Pak. Bukan apa-apa ...” Rafaela enggan jujur.“Kamu tidak mau jujur.” Tiba-tiba Wilson menarik tubuh Rafaela dan memeluknya.“Apa mau kamu la ... hmp ...” Mulutnya sudah dibungkam dengan bibir Wilson. Pria itu tiba-tiba saja membawa Rafaela ke ruangan lain yang ada di sebelah. Sebuah ranjang luas dan tubuh Rafaela dijatuhkan begitu saja. Tanpa jeda Wilson menindihnya dan kembali memainkan bibirnya dengan brutal. Rafaela hanya bisa diam meski perasaannya masih saja sakit.“Mulai besok kamu tidak usah kerja lagi di sini. Aku sudah membeli tubuhmu dengan sangat mahal,” bisi
“Kenapa aku menolongnya? Biarkan dia. Dihina seluruh orang di kantor ini aku tidak keberatan,” batin Wilson. Tapi dia berbalik karena Aldrick cemas. “Pak Sinta kurang ajar sekali itu ...” Berharap Wilson segera melakukan sesuatu. Jika Aldrick yang disuruh turun tangan pun dia mau melakukannya.Tapi di lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin menolongnya dengan memberi pelajaran pada Sinta saat ini juga karena tidak sopan pada atasannya.Tapi tiba-tiba perasaannya tidak lagi bimbang untuk menolongnya, Wilson mengepalkan tangannya dengan erat ketika melihat Sinta menyiramnya dengan kuah bakso yang pedas. Dia melangkah untuk melerai mereka, tapi urung ketika melihat Rafaela membalas serangannya yang tiba-tiba itu.“Ternyata wanitaku tahan banting.” Wilson menyeringai.“Apa, Pak?” Aldrick seperti salah dengar saat Wilson menganggap Rafaela adalah wanitanya.Pria itu hanya melirik Aldrick sekilas dan pergi begitu saja. Sementara Rafaela dengan tubuhnya yang tidak nyaman karena basah berge
“Hah? Bukankah dia asistenmu?” Wilson mendekat ke arah teman-teman bisnisnya yang rata-rata lebih tua umurnya.“Kami akan segera menikah?”“What? Calon istrimu. Bahkan kuburan-“Argh ... Pria itu meringis keskitan ketika temn di sampingnya menginjak sepatunya dengan keras.“Aku memang belum melupakan Graci. Tapi Rafaela adalah sahabat Graci dan bagiku dia bisa menggantikn kesepianku.”“Ternyata Nona Rafaela cocok juga bersanding denganmu, Wilson.”Wilson mengenalkan Rafaela pada teman-temannya dan pada semua orang di pesta itu dimana semua orang mengenal Wilson.“Wuah ... siapa ini Wilson.” Wajah Wilson yang semula santai kini menjadi tegang setelah melihat wanita cantik yang tiba-tiba menyapanya. Dia nampak sangat cantik mengenakan gaun hitam dengan bawahan slim yang panjang. Meski begitu kaki jenjangnya masih terlihat karena belahan pada roknya.“Calon istrik